App herunterladen
26.38% Phantasy world / Chapter 19: Peri Iblis

Kapitel 19: Peri Iblis

setiap balon-balon yang dikeluarkan oleh peri iblis itu menampilkan masa lalu kelam Jason dan Stacey.

peri-peri iblis ini akan memperlihatkan diri mereka ketika ada seseorang yang memasuki daerahnya. Tujuan mereka hanya satu yaitu membuat manusia atau makhluk hidup lainnya menjadi perwujudan iblis, mereka yang terkena perwujudan iblis akan menjadi tak terkendali hingga membunuh dirinya sendiri. Hal itu bisa dicegah dengan bantuan sihir penyembuh, Stacey terus berjalan bersama Jason kedepan tanpa memperdulikan peri-peri iblis itu, walau dirasa sangat berat karena tekanan udara yang meninggi dan masa lalu yang ditampilkan, mereka tetap berusaha berjalan ke depan.

Stacey mencoba mengalihkan pandangannya dari masa lalunya, tetapi peri-peri iblis itu menghalangi jalannya Stacey dan Jason.

Apa yang ditampilkan peri-peri itu adalah masa lalu kelam Stacey ketika dirinya dengan desanya.

Terlihat sebuah desa Elf yang bahagia dan damai tiba-tiba diselimuti oleh api besar yang mulai menyebar dari rumah ke rumah. Banyak Elf yang mencoba kabur tetapi mereka dibunuh oleh prajurit kerajaan, tebasan demi tebasan nampak di netra Stacey yang umurnya saat itu masih kecil. Ayahnya mencoba melindungi Stacey, tak ada serangan balasan dari ras Elf, hanya jeritan yang terdengar di malam kelabu itu. Ayahnya Stacey menyuruhnya untuk segera pergi dari tempat ini, Stacey tetap pada pelukan ibunya, Stacey menatap ibunya. Rambut pirang terurai milik ibunya diterpa hembusan angin, Floreia alias ibunya Stacey menggenggam tangan anaknya lalu berlari ke luar daerah desa ini, Ayahnya melindungi mereka dari prajurit kerajaan dan terkena tebasan. Ayahnya terjatuh dengan senyuman mengembang di wajahnya, mata nya tak melihatkan penyesalan ataupun kekesalan. Floreia berteriak.

"DAM!!!!"

"PERGILAH!! TERUS BERLARI! JANGAN MELIHAT KEBELAKANG!!!!! JANGAN PERNAH MERASA— AGHHH!" Ayah Stacey terbunuh saat itu juga, pipi Floreia dipenuhi air mata yang terus mengalir, Stacey pun begitu, dia tak mengerti dengan apa yang terjadi.

"AYAH!!" Teriak Stacey yang semakin menjauh dari ayahnya, tangisnya pecah seketika. Floreia terus berlari, larinya tersendat karena ada yang menghalanginya, satu prajurit berzirah besi dengan satu pedang besar di tangannya.

"Kau ingin kemana?!" Seru Prajurit itu, tangannya siap menebas kedua wanita lemah yang ada dihadapannya.

Floreia berlari ke belakang dan dihadang lagi oleh satu prajurit kekar berzirah. Keadaan nya kini sangat tidak baik, dia harus segera mungkin menyelamatkan anaknya dari daerah ini.

Tawa dari kedua prajurit berzirah itu membahana, Floreia memutuskan untuk berlari ke arah samping walau satu tebasan terkena di punggungnya.

"MAMA!" Stacey berteriak sambil menangis keras.

Floreia menurunkan anaknya di pinggiran hutan,

"Stacey! Dengarkan Mama, kau harus berlari, berlari sejauh mungkin! Hindari orang-orang kerajaan. Tenang saja, masih banyak orang diluar sana yang memiliki hati lembut! Ingat pesan Mama! Jangan pernah benci dan menaruh dendam kepada mereka, kepada manusia! Sekarang pergilah!" Floreia berkata tegas, tepat setelah ia mengakhiri kalimatnya, Floreia kembali menghadang para prajurit itu agar Stacey bisa pergi dari tempat ini. Untuk terakhir kalinya, Stacey memandang wajah ibunya yang tersenyum dan mengalirkan air mata.

Dengan kaki telanjang Stacey berlari ke arah hutan, kobaran api besar dan teriakan terdengar jelas dibelakangnya. Stacey terisak, tubuhnya kedinginan. Sekarang ia tak tau harus kemana, dia tak memiliki saudara di tempat lain. Goresan luka besar tergores di hati nya, umurnya masih sangat muda untuk menerima semua kejadian ini. Orang tuanya sudah tak bisa lagi bersama nya, kemana kaki ini akan berjalan? Itulah pikirnya, Stacey mencoba sebisa mungkin untuk tidak membenci manusia, membenci orang kerajaan, tetapi ketika ia memikirkan hal itu, tangisan selalu keluar.

Punggung tangannya mengusap air mata yang tak berhenti, malam demi malam ia capai dengan perasaan yang sama, setiap malam Stacey selalu terpikirkan mengenai orang tuanya, mengenai sahabat dan teman-temannya. Setiap harinya, setiap tahunnya Stacey mencoba melupakan kenangan itu dan hadirlah sosok Stacey saat ini, gadis kecil yang awalnya selalu menampilkan wajah ceria kini menampilkan wajah dingin. Trauma yang di alaminya membuat dirinya benci akan masa lalu, benci akan hidupnya sendiri.

"Mama.....Papa...." Lirih Stacey dengan suara parau nya.

✿✿✿

Stacey melihat balon-balon masa lalunya, dia menampilkan wajah datar dengan hati pilu, sedangkan Jason mengamatinya dengan serius. Ia tau bahwa peri iblis tak mungkin memperlihatkan kebohongan, ini benar-benar masa lalunya Stacey.

"Stacey..." Jason berkata lemah, tak sanggup dirinya melihat kejadian mengenaskan ini.

Jason tertegun sebentar, ia benar-benar mengamati dan mengingat tentang kejadian itu.

"JANGAN TINGGALKAN AKU!" Suara itu membuat Jason dan Stacey terkejut, suara itu berasal dari balon yang berada tepat disamping tubuh Jason.

Jason tercengang, masa lalu akan dirinya yang tak akan pernah bisa ia lupakan. Saat itu Jason masihlah seekor anak serigala. Nampak jelas kalau orang tua Jason meninggalkannya sendirian di hutan. Sepertinya, Jason ditelantarkan oleh orang tuanya sendiri. Stacey menatap Jason, tak pernah terpikir kalau masa lalu Jason seperti ini. Jason terpaku melihat masa lalunya, Stacey menepuk punggung hewan berbulu itu.

"Kita lanjutkan perjalanan, masa lalu tak akan bisa di ubah tapi masa depan? Kita bisa menentukan masa depan kita sendiri. Cepatlah, atau kau akan membuat Erissa dan Amanda menunggu kita terlalu lama." Stacey berujar dan menduduki punggung Jason.

"Kau benar. Pegangan yang erat nona elf!" Stacey mengeratkan pegangannya agar tak jatuh saat melesat kencang.

Hutan ini cukup jauh, alasan mengapa Aldero memilih hutan ini karena hutan ini sangat cocok untuk melatih mental. Sekuat apapun dirimu di medan perang tapi mentalmu tak kuat maka itu percuma.

Akhirnya, Stacey sudah berada di luar hutan ini. Ia melihat Meidiva dan Aldero duduk di kursi, menunggu calon anggota baru.

"Sepertinya kita sampai terlebih dahulu." Jason berujar dengan nafas ter engah-engah.

Stacey menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan Jason.

"AAAAAA! AAGGGHHHH!!" Seorang pria keluar dengan berteriak kesakitan.

"Meidiva! Segera panggil mereka!" Seru Aldero memerintahkan mereka sembari bangkit dari singgasananya.

Dengan sigap Meidiva segera berlari, Aldero pria yang kini memiliki wanra mata merah dan simbol hitam disekitar bawah matanya.

Stacey bersama Jason melangkahkan kakinya untuk menemui Aldero, pria itu masih saja berteriak kesakitan.

Meidiva hadir kembali membawa beberapa orang penyihir. penyihir-penyihir itu segera mengobati pria itu.

"Perwujudan iblis." Gumam Jason tetapi masih bisa terdengar jelas di telinga Stacey.

"Apa?" Tanya Stacey.

"Kau tau Perwujudan Iblis, emmmm. Itu terjadi ketika kau terhasut oleh peri iblis di hutan penggoda ini. Perbandingan berhasil disembuhkan adalah 50 : 50, 50 selamat dan 50 lainnya mati." Jason menjelaskan sembari melihat para penyihir itu menggambar lingkaran.

Setiap penyihir berdiri di luar lingkaran begitu juga dengan Aldero.

"Dewi hutan, aku tau kau mendengarkan ku. Kumohon hilangkan lah makhluk berdosa di tubuh pemuda ini." Aldero berkata tegas lalu disusul sebuah mantra dari penyihir.

Kilauan cahaya kebiruan keluar dari tanah, pria perwujudan iblis itu merasa sangat kesakitan. Awan berubah menjadi kelabu, Kilauan itu bercahaya di sekitar lingkaran.

"50 banding 50, selamat atau mati." Benak Stacey ketika melihat kejadian itu.

Pria itu berhasil diselamatkan, Aldero pun terlihat kelelahan, sepertinya melakukan ini membutuhkan energi yang besar. Erissa dan Amanda pun mendatangi Stacey dan Jason.

Mereka sudah berhasil melewati hutan ini ketika ditengah-tengah pembersihan perwujudan iblis.

"Kalian semua—


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C19
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen