"Nico, apakah kamu benar-benar tidak tahu apa pun?"
"Aku hanya bisa menebak-nebak, tetapi aku rasa dugaanku sangat konyol. Mungkin aku terlalu banyak berpikir," Nico berusaha untuk tersenyum, tetapi entah mengapa wajahnya terasa kaku.
"Apa dugaanmu?" tanya Anya.
"Bukan apa-apa," Nico menggelengkan kepalanya. "Apa yang Tara katakan pada Bibi?"
"Tara sebenarnya tidak ingin meninggalkanmu. Tetapi ia lebih mencintai dirinya sendiri dibandingkan mencintai orang lain. Kalau suatu hari nanti kamu bersedia untuk meninggalkan semua status dan nama keluargamu, ia bersedia untuk membiayaimu seumur hidupnya," Anya menyampaikan kata-kata Tara tanpa menambahkan atau menguranginya.
"Mungkin kamu tidak akan percaya, Bibi. Sebenarnya bukannya aku tidak mau melepaskan segalanya, tetapi kalau aku benar-benar melakukannya, kakekku tidak akan pernah memaafkan Tara dan kakeknya. Aku tidak bisa melakukan itu," Nico tidak menyembunyikan kesedihan di matanya. Kepalanya sedikit tertunduk.