"Aiden, aku … Aku tidak berani," kaki Anya berhenti melangkah, tidak berani masuk ke ruangan tersebut meski sudah di depan mata.
Wajah tampan Aiden tampak memancarkan ekspresi yang rumit. Istri kecilnya selama ini bertahan hidup dengan gigih dan kuat, tetapi saat ini ia tampak sangat rapuh.
Ia bahkan sama sekali tidak berani untuk melihat hasil tes apakah ia benar-benar putri ibunya, meski sudah mengumpulkan keberaniannya semalaman penuh.
Karena semakin kamu peduli pada seseorang, kamu akan semakin takut untuk kehilangannya.
Aiden merangkul pundak Anya dan berusaha untuk menghiburnya, "Aku akan membantumu melihatnya terlebih dahulu."
"Aku … Aku tidak ingin tahu. Ayo kita pulang saja," Anya tersental. Ia takut kalau dokter yang memeriksa sampel darah tersebut mengatakan bahwa ia bukan putri ibunya.