Rumah itu terasa sepi. Sosok Aiden yang tinggi berdiri di koridor, tepat di hadapan pintu kamar tamu. Tangannya terulur untuk memegang kenop pintu kamar tamu. Ia tahu bahwa apa yang ia lakukan ini salah, tetapi ia tidak bisa mengendalikan dirinya.
Ia tidak bisa menyingkirkan sosok Anya dari benaknya sehingga tidur tidak kunjung mendatanginya. Ia membuka pintu kamar tamu itu perlahan.
Di tempat tidur besar kamar tersebut, Anya tertidur dengan lelap. Ia bahkan sama sekali tidak mendengar ada seseorang yang membuka pintu kamarnya. Aiden melangkah mendekati tempat tidur tersebut dan duduk di pinggirnya sambil menatap Anya lekat-lekat.
"Aiden, dasar kamu pria jahat …" gumam Anya sambil masih memejamkan matanya. Ia merasa kesal pada Aiden karena pria itu tidak datang menjemputnya sehingga kekesalannya itu mengikutinya hingga ke dalam mimpi.
Aiden hanya tertawa dalam hati melihat istrinya yang galak. Ia mengulurkan tangannya dan mengelus wajahnya dengan lembut.