Anya hanya berdiri diam saat menerima hinaan dan cacian itu. Ia bisa memahami kemampuan Raisa untuk membuat keributan. Sepertinya, persahabatan bisa membuat seseorang menjadi serupa. Natali, Raisa, mereka berdua bak pinang dibelah dua. Kelakuan mereka serupa. Kebusukan mereka, kelicikan mereka …
Ketika ia masih berhubungan dengan Raka, Raisa selalu membencinya. Raisa merendahkannya karena merasa Anya tidak sepadan untuk kakaknya.
Sekarang, meski Anya tidak melakukan kesalahan apa pun, meski Anya tidak menggoda Aiden, meski semua ini adalah hasil kelicikan Natali, Raisa yang tidak tahu apa-apa langsung menuduhnya. Risa menghinanya sebagai wanita murahan yang menggoda Aiden. Raisa mengaburkan kenyataan, membuat semua orang berprasangka buruk padanya.
Anya tidak bisa membantah. Apa yang bisa ia lakukan di hadapan begitu banyak orang. Ia hanya bisa menatap mereka, menatap mata-mata yang memandangnya dengan jijik dan mulut-mulut yang terus menghinanya.