App herunterladen
50.54% Dibatas Senja / Chapter 46: Bab 46

Kapitel 46: Bab 46

Yang masih dibawah umur di skip aja ya, bisa baper tingkat tinggi.

Happy reading

---------------

Ardan menggendong wanitanya masuk ke kamar yang udah disiapin sebagai kamar pengantin.

" Kamarku di lantai 2 dan, kamu dak mau ditemenin, aku arep malem ngantenan dewe karo bojo emang kowe tok sing iso mesraan," ( Aku mau malam penganten sendiri sama suami memang kamu aja yang bisa bermesraan ) ucap kak alfiah sambil cikikikan karo mas Rendra suaminya.

" udah sono mbak alfi" kata ardan sambil bersungut sungut kesal digoda kakaknya.

ehm, ardan menelan ludah kebayang aja apa yang ada dalam benaknya, melihat istri masih tertidur digendongan, alamat hanya tidur doang, kadung sewa kamar hotel bisa nganggur cuma nungguin istri tidur, sial dak sesuai ekspektasi.

Ditaruhnya tubuh istri barunya di atas ranjang penganten yang sudah ditaburi kelopak bunga mawar merah dan putih diatas seprei warna kuning gading, lampu lampu pun dihias dengan bunga kertas dan menyala redup, menciptakan nuansa romantis.

Tubuh lusi menggeliat dan terbangun

" maaf kak ardan, aku ketiduran," ucap lusi manja." ganti baju dik, masa mau tidur lagi, ke kamar mandi dulu," ucap ardan dengan memandang mesra membujuk sang istri. "emmm, capek kak," kata lusi dengan malas beranjak dari ranjang." bagus kak kamarnya, siapa yang nyiapin, wangi aromanya aku suka," lusi berguling guling di ranjang sambil mainan kelopak bunga mawar bertaburan seperti anak kecil senang dapat mainan baru.

" Dik, ke kamar mandi, mau aku gendong lagi nih," ardan mendekat ditepi ranjang melihat kelopak bunga mawar yang sudah bertebaran, melihat istrinya begitu seneng, ardanpun tersenyum, moment yang langka. Ardan mengambil handpone dan mengabadikan moment indah, saat istrinya bermain kelopak bunga dan dihamburkan ke atas dengan tertawa senang." dik, sini selfi yuk," ardan mendekat mencium pipi merah lusi, mereka tersenyum merekah menghadap kamera handpone dan jepret jepret

Diraihnya tangan lusi dan ditariknya tubuh yang masih berbalut baju pengantin hingga terjatuh, lusi berada diatas ardan dan mereka saling berpandangan.

akhirnya lusi berlari ke kamar mandi dengan wajah merah jambu karna malu, "katanya nyuruh ke kamar mandi, hik hik hik," lusi tergelak melihat ardan melotot memandang mangsanya yang kabur.

wk wk wk

"awas dik, kutunggu kau keluar kamar mandi," ardan tersenyum bahagia dia bersyukur bisa menjadikan lusi istri syahnya,' aku akan menbahagiakanmu,' kata ardan dalam hati.

Terdengar bunyi air mengalir dari shower kamar mandi, kemudian berhenti. ditunggu ardan lima menit lebih, sepuluh menit gak ada yg keluar dari dalam kamar mandi, "kak ardan bisa keluar kamar sebentar," akhirnya ardan lega terdengar ucapan wanita dari kamar mandi." kenapa ?, kamar udah ku sewa kok aku disuruh keluar, gak mau, rugi," kata ardan sengaja menggoda lusi, ardan tahu lusi dak bawa baju ganti.

"Aa acch, keluar bentar aja" aku mau ganti baju dulu," ucap lusi kesel pasti kesempatan ardan jahili dia." aku di dalam kenapa, toh aku dah boleh lihat semuanya yang ada di kamu," ucapan ardan menyadarkan kalo dia sudah menjadi istri seseorang, kalo dia dak bisa memberikan kehormatannya pada suaminya, laki laki yang begitu baik selama ini padanya, perempuan macam apa aku ini, lusi kembali teringat dirinya penuh dengan dosa, dosa besar yang tak terampuni. Di hidupkan kembali air shower diguyurnya kembali seluruh tubuhnya, tubuh lusi menggigil air dingin terus membasahi. " tidak, aku tak pantas untukmu, kak ardan" tiba tiba lusi berteriak keras sambil menangis.

Ardan sangat kaget dan panik, dibukanya pintu kamar mandi yang ternyata tidak terkunci. ditemukan tubuh lusi yang berbalut handuk yang masih diguyur air shower, dimatikan aliran air, dan dipeluknya istrinya ditariknya handuk basah dan digendongnya ke luar kamar mandi, ardan menarik selimut tebal di ranjang dan dibalutkan ditubuh istrinya yang sudah dibaringkan di ranjang. Air mata lusi terus mengalir, " maafkan aku kak," lusi memunggunggi ardan, dia dak sanggup menatap bola mata suaminya.

" dipeluknya tubuh istri tercintanya dan tangan satunya membelai rambutnya yang masih basah." aku menyayangimu, sayang, ardan membalik tubuh yang masih gemetar." kamu kedinginan," ucap ardan melihat bibir mungil itu sedikit membiru. Ardan berdiri, dan dicarinya minyak kayu putih di dalam kotak kecil P3K yang selalu dibawa, masih ada dalam travel bagnya. dibalurkan pada telapan tangan dan lengan milik istrinya sedang tubuh kecilnya masih terbungkus selimut tebal. Lusi memejamkan mata melihat perlakuan suaminya." kak jangan terlalu baik padaku, aku dak ...." belum selesai kalimat lusi, bibir mungilnua ditutup dengan tangan kekar. " Jangan pernah ngomong sembarangan lagi, aku sekarang suamimu, kamu tanggung jawabku," ardan menatap lusi dengan tajam, lusi mewek dibuatnya," hik hik hik," kepala lusi disandarkan di dada bidang suaminya," biarkan begini, kak, beri aku waktu," ucap lusi di tengah isakannya.

"Aku akan selalu disampingmu," ucap ardan, dia jadi teringat sahabatnya yang menyebabkan istrinya seperti ini, bertahun tahun dia menunggu saat ini tiba berharap semua sudah berlalu, ardan menggeratakkan rahangnya dengan keras.

" astagfirullahaladzim, tidak baik memelihara dendam," ucap ardan dalam hati, dia menatap lembut istrinya yang sudah terlelap." semoga kau bisa melewati semuanya, aamiin," kata ardan pelan, dikecupnya jari lentik istrinya, dibelainya kepalanya dengan pelan takut membangunkannya.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C46
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen