"Itu adalah tempat yang sering aku datangi waktu kecil ketika aku ingin menangis." Jawab Calvin dengan tawa kecil yang malah terdengar sendu.
"Bolehkah aku melihatnya?" Tanya Emma.
"Tapi, mungkin saja kau akan merasa tidak nyaman. Karena itu adalah sebuah lapangan basket terbengkalai." Calvin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Aku ingin melihat kenapa kau merasa nyaman menangis di tempat yang kau katakan bodoh itu." Emma tersenyum lembut.
Kemudian, mobil itu melaju ke sebuah lapangan yang hanya diterangi oleh dua buah tiang lampu yang cahayanya sudah sangat redup dan satunya berkedip-kedip. Entah mengapa lapangan basket itu tidak dihancurkan saja atau dirapihkan hingga menjadi seperti baru.
Calvin memarkir mobilnya di samping lapangan itu, "Lihatlah.. Tempat ini sangat sruram, kan?"
Emma mengangguk, "Apakah dulu sama seperti ini?"