Setetes manik bening bergulir disudut mata Zara, ia perhatikan Langkah Aldi yang mulai menjauh.. gadis itu menyeka air mata lalu berjalan kembali untuk menemui Oma Diana.
Sementara dibalik dinding ada sepasang telinga yang menangkap pertengkaran kecil suami istri itu... sedikit mengobarkan api yang perlahan mulai padam, api semangat untuk mengejar dan mendapatkan orang yang ia sukai. Mendengar kenyataan yang baru ia dengar mungkin saja tidak ada salahnya jika ia coba tetap bertahan dan melindungi seseorang yang ia sayang! karena sesuatu yang ingin digapai wajib diperjuangkan!!!
***
Aura menuruni mobil Pajero sport hitam, ia bingung Aldi tampak lebih banyak diam dan sikapnya berubah. Sekedar menunggunya masuk kedalam rumah pun sepertinya Aldi enggan. Desainer muda itu menghela nafas dan segera masuk kedalam rumah.
.
Pintu kediaman Zara dan Aldi terbuka,, mba Rahayu berada di balik pintu menyambut kedatangannya.
"non Zara.. baru pulang.. ditunggin sama mas Aldi.. "
Zara mengerenyitkan dahi,, tumben Aldi menunggunya.
"non.. mba pulang ya sudah malem.." mba Rahayu pamit pulang
"ya mba.. makasih ya..."
.
Zara bisa menangkap keberadaan suaminya duduk di ruang tengah sibuk menggonta-ganti Chanel tivi tak jelas! ia berusaha cuek dan melupakan kejadian tadi siang.
"berhenti!" sergahnya menghentikan Zara yang hendak melangkah ke tangga. "kenapa kau baru pulang...?"
"maaf.. tadi Oma Diana mengajakku makan dulu.."
Aldi mendengus kasar, ia mendekati Zara dan menyambar goodie bag dari tangan gadis itu.
"CEO itu membelikan mu ini?" Aldi mengangkat tinggi-tinggi goodie bag dengan brand dari butik Aura "senang ya bisa dekat dengan orang kaya..." sindir Aldi resek lalu sengaja menjatuhkan benda persegi bewarna silver dari tangannya.
"kau bicara apa??"
"jangan pura-pura bodoh,, katakan apa hubungan kalian?"
"kau kenapa??!"
"CEPAT jawab aku!! apa hubungan kalian?? kau senang mendapat perhatian dan barang-barang mewah darinya??! kau senang bisa merayunya dengan wajah polos mu itu" tuduh Aldi bernada tinggi.
Mata Zara membulat lebar.. ia tak menyangka Aldi akan menuduh nya dengan kata-kata menyakitkan. Ingin rasanya ia menangis, tapi sebisa mungkin ia tahan.
"aku malas berdebat dengan mu.." Zara ingin menyudahi tapi Aldi kembali menghalaunya.
"kau belum jawab aku Zara !!" desak Aldi dingin.
Zara memejamkan mata, ia sudah tak tahan dicerca dengan berbagai pertanyaan seakan ia seorang terdakwa yang harus diadili.
"apa yang ingin kau tahu?? sejak kapan kau peduli padaku...??!" manik bening itu akhirnya lolos juga di pelupuk mata "berapa kali aku harus mengingat kan mu dengan apa yang kau katakan?? kau ingin aku tidak pernah berharap apapun dengan mu.. kenapa sekarang kau begitu peduli.. hah??!!"
"kau istri ku ingat itu!!!"
"istri seperti apa?? istri seperti boneka yang bisa kau mainkan saat kau ingin dan bisa kau simpan saat kau bosan??" Zara menghela nafas ia coba bertahan disana menatap nanar kearah Aldi yang kini membisu " kenapa kau sangat ingin tahu hubungan ku dengan kak Tristan?" Zara mengatur nafas " kami hanya berteman dan dia seorang teman yang peduli padaku,, kenapa kau begitu berlebihan?? kau tidak percaya padaku??" suara itu melemah kali ini Zara mulai sesegukan sungguh apa yang ia pendam selama ini akhirnya meledak juga.
"sudah lah Al.. bukan kah aku juga tidak ada artinya untuk mu..."
Aldi terdiam.
"aku sudah tidak sanggup lagi bersama mu..." desahnya kemudian menyeka air mata.
"kau ingin pergi??" tatapan Aldi begitu dingin membekukan
"ya.. aku ingin pergi dari mu.." tegas Zara sedikit tersengal
Jeda sejenak,
ada perasaan sesak memenuhi dada Aldi,,, sulit baginya untuk mengakui perasaan yang sebenarnya pada gadis yang berdiri dengan lelehan air mata membasahi pipi.
"aku tidak akan menahanmu..."
"baiklah.. mungkin ini saatnya,,," Zara menghempaskan genggaman tangan Aldi. Gadis itu bergegas ke kamar nya untuk berkemas.
Aldi kembali duduk di sofa ruang tengah, ia tertunduk menyesali sikap yang tak seharusnya. Perasaan cemburu begitu menguasai hati dan pikiran, hingga ia tidak bisa berfikir rasional lagi untuk bersikap seperti apa dihadapan gadis yang membuat jantungnya berdetak hebat akhir-akhir ini.
***
Ting! tong!
bel apartemen Shanum berbunyi.
"sayang tolong bantu aku buka pintu ya.." pinta shanum dari pantry kepada kekasihnya yang sedang main PlayStation, gadis itu sibuk membuat makan malam.
"baiklah.. aku datang..."
.
Daun pintu terbuka, Zara tenganga melihat siapa yang membukakan pintu.. ia tak menyangka siapa yang ada di balik pintu.. apa mungkin kalau Shanum sudah punya kekasih? bukan itu saja yang lebih mengangetkan bahwa kekasih kakaknya itu adalah....
"kak Dimas ??"
"za.. Zara...??" pria berwajah Arab itu terperangah.
.
"jadi kalian pacaran??" Zara mulai mewawancarai kedua insan yang ia kenal, mereka duduk menikmati makan malam yang baru dibuat oleh Shanum.
"hehhehe.. maaf ya kakak ngga pernah cerita..." Shanum senyum malu-malu "kami bertemu di pesta pernikahanmu dan Aldi.. mas Dimas yang mengejar kakak..."
"huh.. hati-hati kak aku dengar kak Dimas ini fuck boy..."
Mata Dimas membulat.
"astaga.. aku sudah bertobat sejak ketemu kakakmu.." protes Dimas meneguk segelas air putih.
"ngomong-ngomong ada apa kesini malam-malam??" tanya shanum heran.
deg!
deg!