App herunterladen
96.54% I don't know you, but I Married you / Chapter 503: Motif sebenarnya

Kapitel 503: Motif sebenarnya

"Siapa dad, jawab aku!!."

"Kita tunggu hasil penyelidikan polisi ya bang.."

"Daddy jangan bohong sama aku, Daddy tahu semuanya."

"Daddy belum yakin bang.."

"Dad, bohong itu dosa dad. Mommy bilang bohong itu ga boleh." Jay bertingkah lagi. Kenan jadi tak tega. Dia mendekat.

"Daddy pasti kasih pelajaran sama david tanpa ampun."

"David?." Jay tak percaya apalagi Ara yang mendengarnya. Setelah Kay kemarin dia ganggu kini giliran Jay yang David incar. Dia benar-benar senang merusak hubungan orang bahkan sampai mencelakainya.

"Dimana dia?, dimana!!, Biar aku kasih pelajaran sama si bangsat itu."

"Bang..bang, udah biarin dulu.."

"Biarin?!!, dia celakain istri aku dad. Kalau Daddy ga ngasih tahu aku yang bakalan cari tahu." Jay mengambil seribu langkahnya namun Kenan menghalanginya dengan segera. Entah darimana kekuatannya muncul, rasanya badan Jay benar-benar tak bisa ditahannya. Giliran Fahri sang mertua yang membantu Kenan menenangkan Jay.

"Awas Daddy!!."

"Jay...Jay, selesain masalah pake emosi itu ga baik."

"Dia jahat pa, dia ga pantes hidup!."

"Bang, mau milih ninggalin Tiara disini hah?. Katanya Abang khawatir, pingin tahu Tiara kenapa. Ngapain cape-cape cari David? Daddy udah suruh orang kok buat cari dia, kalau perlu Daddy datangin ke depan Abang."

"Iya Jay, mending sekarang fokus sama Tiara aja dulu. Biar urusan itu polisi yang urus." Fahri memberi nasihat. Sejujurnya dia sendiri geram mendengar seseorang berbuat jahat pada anaknya tanpa tahu kesalahannya apa. Fahri bahkan tahu jika Tiara tak memiliki musuh. Jay diam merenung. Kepalanya dia arahkan menuju pintu ruang operasi. Didalam sana masih ada istrinya yang berjuang untuk hidup. Kaki Jay melemas sekarang. Disaat yang bersamaan Ara justru terdiam terpaku dengan perasaan penuh penyesalan. Dia yang berususan dengan David dimasa lalu justru harus melihat kedua adiknya celaka sekarang. Sepertinya perasaan itu yang dijaga Kenan tadi. Dia sudah menduga dan menebak jika Ara pasti akan berpikir yang macam-macam.

"Udah sini duduk sama mommy nunggu dokter." Jesica menggiring lagi Jay kearah lain agar tak ngotot untuk pergi. Anaknya itu menurut. Jay harus disana untuk Tiara. Jay duduk dalam kesedihan dan juga amarah. Beribu-ribu kali dia mencoba menepis pikiran terburuk mengenai nyawa Tiara. Dilain sisi Ara terus memperhatikan Jay. Ini karena dirinya. Karena masa lalunya dengan David dia menyeret adik-adiknya. Air matanya sedikit turun namun dia segera mengusapnya lagi. Ara sedikit menjauh dari tempat itu, mencari udara segar mungkin. Dari semua orang disana, Kenanlah yang menghampirinya. Kenan merangkul bahu Ara mencoba membawa kedalam pelukan.

"Gara-gara aku dad…" Ara dengan nada lirih.

"Bukan, ini bukan karena kakak. Ini karena dia sendiri, Kak…Kejadian ini tuh persis kaya yang mommy alami dulu. Inget Andra?, dia juga nyakitin keluarga kita gara-gara dendamnya tapi Itu bukan salah mommy, itu salah dia sendiri yang ga bisa berdamai dengan dirinya."

"Harusnya aku aja dad yang kaya gitu, jangan adik-adik aku…"

"Kakak tuh ga usah khawatir. Duo aneh itu kan kuat dan daddy yakin Tiara juga."

"Kalau Tiara…"

"Sstt….ga akan ada apa-apa sama Tiara. Melewati masa kritis bukan perkara mudah kak."

"Aku..bisa…. merasa….bersalah banget dad…kalau Tiara kenapa-napa.." Ara menangis lagi terisak.

"Waktu kejadian Kay, daddy pernah ketemu sama David sekali. Dia bilang alasan dia ganggu Kay bukan karena kamu jadi selama masa kuliah David ngerasa saingan sama Kay, entah itu soal prestasi olahraga Kkay dulu, soal temen, soal asmara atau soal lainnya. Sebenernya dia pacarin kamu dulu cuman pingin balas dendam aja sama Kay tapi malah digagalin sama Jay. David pikir Kay selalu sirik sama dia dan hari ini dia ngincer Jay karena dia juga punya dendam, so…ini tentang rasa ga suka dia sama kita yang dipendem bertahun-tahun dan jadi penyakit. Dari 2 kejadian Andras ama David, daddy ambil pelajaran kalau ada uneg-uneg sama orang tuh di omongin daripada jadi penyakit hati. Ini bukan salah kakak bukan pula salah Kay. Masa mereka yang bikin salah kakak yang ngerasa sedih, ngerasa salah juga?, logikanya tuh ga masuk kak. Dimana-mana juga kalo orang nyesel ya.. orang itu udah bikin salah. Kakak kok mau-maunya jadi kambing hitam."

"Daddy ga lagi bohong karena cuman pingin nenangin aku kan?."

"Engga cuman daddy pingin kakak bohong sama Kay. Jangan bilang-bilang soal ini sama Kay, kasian dia, udah dijahatin sama mertuanya, pernah mau digugat sama istrinya, sekarang dia harus tahu cerita soal David. Dia juga pasti bakalan kaya kakak nih, aneh ngerasa bersalah sama dosa orang lain." Pinta Kenan.

"Tapi dia pasti tahu dari om Erik.."

"Engga, Kay tuh tahunya David ngincer dia karena dendam sama kakak." Kenan menjelaskan lagi dan membuat Ara menggangguk. Meskipun perasaan Ara tak benar-benar tenang tapi…setidaknya dia tahu motif sebenarnya David menganggu keluarganya.

***

Operasi selesai tetapi tidak membuat keadaan Tiara menjadi lebih baik. Dia justru kini terbaring tak berdaya dengan berbagai macam bantuan alat medis. Apa ini yang dinamakan koma?. Jay masih berdiam diri disana menunggui Tiara. Anaknya yang ada dirumah bahkan belum sempat dia lihat sore ini. Dia yakin ibu atau mertuanya sudah mengurus soal Zidan. Dokter tadi hanya menjelaskan beberapa hal yang dialami Tiara, seperti patah tulang di kaki, benturan dikepalanya sampai kemungkinan hidup Tiara. Diluar bukannya tenang tapi semakin ramai saja dengan kehadiran teman-teman Tiara terutama Tommy. Dia merasa menyesal karena tak mengikuti Tiara sampi akhir, andai saja dia melakukannya mungkin nyawa Tiara masih tertolong.

"Hasil pemeriksaan, mobil yang dikendarain Tiara remnya blong, apa kemungkinan ini juga gara-gara kondisi mobilnya yang ga bagus?." Ucap Kenan setelah mendapatkan pesan dari seseorang.

"Ga mungkin om, sebelumnya waktu saya masuk saya liat pria berjaket hitam berdiri dekat mobil Tiara dia bahkan orang yang sama yang ngikutin Tiara. Waktu itu saya ga tahu itu mobil Tiara, saya pikir itu mobil orang lain." Tommy memberikan kesaksian.

"Ngikutin?." Fahri heran.

"Iya om,setelah Tiara pergi mobil itu ngikutin makannya saya inisiatif ikut juga karena curiga. Udah seperempat jalan semuanya baik-baik aja dan mobil tadi berbelok kearah lain makannya saya puter balik om."

"Kamu inget plat mobilnya?."

"Hm….cek CCTV RS aja om…"

"Tapi…apa iya dia senekat itu bikin rem blong di RS, dia pasti tahu RS ada CCTV nya."

"Atau bisa jadi ini bukan soal remnya blong, mobil dipake dari pagi dan Tiara selamat-selamat aja. Om sedikit curiga sama truk yang justru nabrak kearah Tiara. Bisa jadi David pingin bikin itu jadi sebuah kecelakaan tapi rem blong adalah bonus kalau beneran rusak, belum lagi kejadiannya sengaja dia ambil di jalanan yang menurun seolah-olah pingin ngegiring kita bahwa itu gara-gara rem yang ga berfungsi dengan baik." Kenan sedikit demi sedikit mencoba menghubungkan puzzle mengenai bagaimana bisa Tiara terluka separah itu.

"Saya bersedia kok om bersaksi di depan polisi kalo bener pria itu pelakunya."

"Iya makasih, biar kita tunggu penyelidikan polisi dulu, yang penting sekarang doain supaya Tiara kuat." Ucap Fahri dengan sedikit gusar dalam hatinya. Apakah dia harus kehilangan Tiara sekarang?. Jikapun itu terjadi bukan hanya Fahri yang merasa kehilangan tapi...Jay mungkin bisa jadi gila dan kembali seperti dulu saat dia kehilangan Tiara untuk pertama kalinya.

***To Be Continue


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C503
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen