App herunterladen
93.66% I don't know you, but I Married you / Chapter 488: Perasaan Kiran

Kapitel 488: Perasaan Kiran

Flashback

"Kamu pikir ayah bakalan diem aja?!!" Arbi terlihat sangat marah.

"Yah...Kay lagi cari buktinya dulu. Keluarganya juga masih ragu sama perempuan itu."

"Bukan cari bukti tapi nutupin kenyataan. Ayah tuh ya dari dulu udah wanti-wanti sama kamu soal Kay, ini malah dibiarin!! Laki-laki nakal kaya dia tuh belum pantes disebut jadi suami atau ayah!!."

"Yah..ga semua hal Kay itu begitu.."

"Masih ngebela kamu?!!."

"Bukan ngebelain yah..."

"Kalo kamu ngebelain, ga akan kamu pulang kesini."

"Aku cuman pingin nenangin diri aja yah bukan buat yang lain."

"Brengsek emang itu si Kay!!, hamilin anak orang ga cuman satu." Arbi mengingat kejadian yang menimpa anaknya.

"Yah..itu juga karena salah aku."

"Kamu sama Keyla disini!!, pinter ya ngebohongin ayah sekarang kamu. Diajarin gitu sama suami?.."

"Ini ide aku yah bukan Kay.."

"Jangan suka nutup-nutupin ya kamu."

"Aku berani sumpah ini ide aku."

"Ayah dosa apa, kamu nikah sama laki-laki kaya gitu." Arbi memegangi kepalanya.

"Udah urakan, nakal, kurang ajar, so soan lagi. Suami ga bertanggung jawab."

"Yah .. sampe kapan ayah ngehina Kay?, bukannya dulu ayah bilang, ayah mau berubah dan nerima dia?, tapi kenapa gini lagi?."

"Karena dia buat ulah terus, ayah bisa aja maafin dia, tapi dia ga pernah berubah."

"Dia berubah yah, apa harus perubahan Kay aku sebutin satu-satu?."

"Kalo dia berubah ga kaya gini kejadiannya."

"Kay kenal perempuan itu sebelum dia kenal aku yah.."

"Kalo kaya gitu artinya dia ga jujur sama kamu. Gila ya, bisa-bisanya orang kaya gitu kamu suka Ran. Orang tuanya ga bisa apa ngedidik anak yang bener." Arbi menggeleng-gelengkan kepalanya. Kiran diam sejenak.

"Yah, Daddy sama mommy tuh baik. Ayah tuh selalu nilai orang dari depannya aja. Ayah tuh ga tahu dalem-dalemnya gimana."

"Apa?!!, pasti lebih parahkan. Berani dia injek kaki disini ayah usir."

"Yah, Apa kalo aku pisah dari Kay ayah bisa berhenti ngehina-hina dia?."

"Baguslah kalo kamu udah mikir kaya gitu." Arbi dengan santai mengucapakannya padahal orang tua mana yang ingin anaknya bercerai. Kini Kiran tak mau meladeni debat ayahnya. Dia memilih pergi ke kamar.

"Keyla tidur Bun?."

"Iya, baru aja tidur." Marsha sambil menarik selimut untuk menghangatkan badan Keyla.

"Makasih bun..."

"Jadi... sebenernya kenapa sih?, kok bisa kaya gini?."

"Aku ga tahu Bun, aku juga kaget. Tiba-tiba dia datang ngaku punya anak dari Kay."

"Katanya hasil tes DNA nya positif."

"Sebenarnya ayah tahu darimana sih Bun?, dia ikutan nyewa Intel?."

"Ada yang kirim pesan kaleng gitu kerumah. Isinya foto-foto Kay."

"Foto?, foto apa?."

"Foto sama perempuan itu lagi tidur. Jelaslah Ayah murka."

"Bun, dulu tuh Kay pernah dijebak sama perempuan itu sampe masuk kantor polisi. Kayanya itu foto-foto mereka dulu."

"Bunda heran, kamu itu sebenernya marah sama Kay atau engga sih?. Kamu pulang tapi sekarang kamu belain dia."

"Aku juga ga tahu. Aku bukan belain, aku cuman ngasih tahu yang sebenernya aja terlepas dari aku marah sama Kay atau engga, aku ga tahu."

"Kayanya ayah ga akan ngasih ampun lagi kali ini." Marsha sudah negatif thinking tentang masa depan hubungan Kay dan Arbi. Kiran tak menjawab lagi. Rasanya dari dulu tak ada masa depan yang baik antara hubungan Arbi dan Kay.

"Ya udah bunda ke kamar ya, jangan tidur malem-malem."

"Iya Bun.." Kiran sambil memandang kearah ibunya yang semakin lama semakin menjauh dan hilang dibalik pintu. Kiran menatap Keyla. Dia mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang. Air matanya tiba-tiba turun. Apa memang harus jalan itu yang diambilnya?. Rasanya dia sudah lelah dengan perdebatan Arbi dan Kay setiap kali mereka bertengkar. Ayahnya jelas selalu menyalahkan Kay dan suaminya juga kenapa selalu ada saja ulah yang dibuatnya. Kadang Kiran sudah menahan diri untuk tak bercerita takut-takut ayahnya akan berpikiran yang buruk terus pada Kay tapi...semakin dia tak bercerita dan Arbi tahu maka anggapan itu diperintahkan Kay terus mencuat. Kiran jadi serba salah untuk menjelaskannya. Sejujurnya saat ini dia memang sedikit kecewa, sedih, dan marah, tapi...kalo dipikir-pikir toh dia sudah tahu jika Kay pernah ada hubungan dengan Sachi sebelumnya meskipun tak tahu hubungan seperti apa yang dimaksudnya. Kiran ikut terbaring kini disamping Keyla. Baginya hanya anak itu yang membuat Kiran harus bertahan.

****

Kay rupanya sengaja pergi ke supermarket, dia ingin memasak Pizza sesungguhnya untuk Ansel. DIa banding dengan mie. Kay membelikan bahan-bahan terbaik untuk dimasak. Meskipun sempat mendapat penolakan tapi akhirnya Kay berhasil memaksa. Untuk pertama kalinya dia masuk dapur Sachi. Tak ada banyak barang disana. Dia hanya memiliki kompor gas dan sebuah oven kecil.

"Ayo Ansel berdiri disini.." Kay mengangkat badan Ansel. Anak itu yang sudah cukup ansusias untuk masak kini tersenyum kegirangan. Kay pun mulai membuat adonan untuk roti pizza mereka. Sachi yang melihat pemandangan itu sempat tersentuh. Anaknya yang tak memiliki sosok ayah sejak kecil kini dapat tersenyum, tertawa gembira karena keberadaan Kay. Sudah seminggu ini rasanya Kay begitu baik padanya terutama Ansel. Hal itu pula yang menjadi pertimbangan Sachi untuk melakukan tes DNA kembali.

"Ansel suka pedes ga?."

"Dikit." Jawab Ansel dengan jemari yang menunjukkan kata sedikit versinya. Kay hanya tersenyum dengan tangan yang masih lincah memasak.

"Om punya anak?."

"Punya, perempuan. Namanya Keyla, anaknya ga mau diem...centil...banget." Kay senyum-senyum saat menjelaskan bagaimana Keyla bertingkah. Rasanya dia semakin rindu saja dengan anak itu. Dia harus bersabar, sebentar lagi dia akan melakukan sesuatu untuk Keyla.

"Oke...topingnya Ansel mau apa?."

"Aku ingin ini, pingin ini.." Ansel menunjuk ke bahan-bahan yang ada disana. Mulai dari sosis sampai dengan keju.

"Jamur suka ga?."

"Jamur itu rasanya kaya gimana?."

"Kalau gitu, jangan dulu deh nanti nyicipin aja ya takut Ansel ga suka. Kalo Mama sukanya apa?."

"Mama....sukanya banyak."

"Banyak?."

"Tapi Mama suka sayuran, Mama bikang itu ga bikin gemuk."

"Oh...lagi diet mama.." Kay mengambilkan beberapa bahan lagi untuk membuat Pizza.

"Karena ovennya kecil, om sebunya Pizza mini..." Kay sudah siap mengoven Pizza milik Ansel.

"Om..aku mau liat om..." Ansel penasaran. Kini Ansel mendekat dan melihat bagaimana Kay memasukkan pizza itu.

"Nah kita tunggu deh 20 menit. Jadi..sambil nunggu kita bikin pizza yang lain, buat om sama buat Mama." Kay seperti mengajarkan muridnya sendiri.

"Kemarin Papa datang.."

"Papa?."

"Dia mukul Mama, pergi lagi."

"Ansel liat?." Pertanyaan Ansel hanya dijawab anggukkan.

"Papa Ansel itu wajahnya kaya siapa?."

"Ga tahu.."

"Coba sebutin ciri-cirinya sama om..." Kay makin penasaran.

***To be continue


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C488
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen