App herunterladen
80.23% I don't know you, but I Married you / Chapter 418: Detik-detik hari H

Kapitel 418: Detik-detik hari H

Kini semua keluarga Seazon ada di Bali. Mereka sudah mempersiapkan segalanya. Saking Eksklusifnya tamu yang datang akan menginap semalam di hotel yang sudah disediakan khusus. Ini akan menjadi Acara paling terakbar di keluarganya. Kini pria dewasa terakhir dikeluarga Kenan akan menikah.

"Saya terima...nikahnya...Tiara... Alinskie..."

"Putrinya ketinggalan bang.." Jesica yang mendengar Jay berlatih meralat ucapannya. Kakak-kakaknya yang ada disana hanya tersenyum-senyum mendengar Jay berlatih.

"Saya..terima... nikahnya...Putri...Alinskie..."

"Tiaranya...bang..." Kenan kali ini mengingatnya.

"Argghh....aku susah hafal. Aku ga suka, aku ga suka.."

"Abangnya tenang deh coba, jadi inget."

"Aku ga bisa tenang mom. Teksnya panjang. Kenapa harus sepanjang itu sih?"

"Udahlah Jay nanti juga ditempel kok.." Kay memberitahu pengalamannya.

"Tapi aku ga mau liat.."

"Daripada salah nanti diulang..."

"Saya terima nikahnya....Tiara Putri Alinskie...binti..Fahri Alinskie. Yes...bisa.." Jay kali ini bersorak.

"Belum selesai tuh. Mana mas kawinnya?." Ara mengingatkan bagian yang terlewat.

"Dengan mas kawin....duapuluh delapan ribu...delapan ratus delapan puluh delapan Riyal...Argh...susah ngomongnya."

"Suruh siapa banyak delapannya." Ara menertawakan.

"Delapan itu angka keabadian. Kakak ga ngerti."

"Terserah. nyusahin diri sendiri aja."

"Udah deh Jay mending belajar maju, mundur, goyang..." Kay membuat Kiran mencubit pinggangnya. Jesica langsung menatap anaknya itu.

"Apaan tuh?seru kayanya." Ara tertarik. Kini giliran Dariel yang mencubit Ara.

"Cara bikin anak kata Kay gitu kak."

"Udah-udah stop bang , mommy ga mau denger."

"Mom..Jay tuh harus dikasih tahu.."

"Tapi aku udah bisa kok mom. Kaya gini..." Jay menunjukkannya membuat mata Jesica melotot sementara Kay tertawa ngakak diikuti Kenan. Dariel yang menggendong Ravin pun dibuat tak tahan untuk tertawa.

"Bang..bang...stop.." Jesica menghentikan aksinya.

"Untung Kris ga ada ya, kalo ada liat Abang begini bisa ikutan dia.." Jesica menambahkan. Dia kaget Jay diam-diam mempraktekan gaya itu.

"Duh perut aku sampe sakit ketawa terus, maafin mami Davin.." Ucap Ara karena mengguncang tubuh Davin dengan tawanya.

"Bang berhenti ngajarin adenya ga bener." Tegur Jesica.

"Duh belajar dari si Kay lagi. Dasar duo aneh."

"Eh itu jurusan andalan makannya Ran bisa begini." Ucapan Kay membuat Kiran malu.

"Tapi goyangannya bagus tuh, sekali lagi coba Jay.." Ara meledek.

"Kakak..." Jesica gemas.

"Mom..jangan tegang mom. Jadi Jay ga ikutan tegang. Rileks mommy..." Kay meraih bahu Jesica. Memijat-mijatnya disana.

"Iya nih mommy tegang aja wajahnya. Tenang sayang. Jay pasti bisa." Kenan ikut mendukung perkataan Kay.

"Iya mommy...Aku bisa mommy, mommy ga usah khawatir..." Jay kini berlutut di depan ibunya.

"Anak mommy mau nikah aja..." Jesica mengusap pelan rambut Jay yang tampak panjang.

"Mommy jangan sedih. Aku ikut mommy..." Jay meletakkan kedua tangannya di paha Jesica. Dia seperti latihan untuk sungkem.

"Engga bang, mommy seneng. Akhirnya anak mommy ketemu jodohnya, yang di mau lagi.." Jesica mengecup kening anaknya.

"Potong rambut ya bang. Ga mau besok mommy liat Abang gondrong gini."

"Iya mommy..."

"Nanti bareng Mas kok. Sekalian Mas juga potong rambut bareng Kay sama Dariel."

"Ya udah ayo dad, kan mau liat venue dulu jadi ga kemaleman.." Kay sudah bersiap-siap.

"Iya, sekalian jemput Kris.."

"Sayang, aku berangkat dulu." Kay dengan manis mencium kening Kiran dan mengusap pelan perutnya.

"Biar aku yang bawa mobil dad..." Dariel membaringkan Ravin di strollernya.

"Bang, bawain martabak ya."

"Iya mami..." Dariel dengan mencium pipi Davin sebelum pergi. Kini Pria-pria itu pun pergi untuk membersihkan diri.

***

Jay melihat penampilannya didepan cermin. Ya...itu sudah mendingan. Dia jauh lebih tampan sekarang. Jay senyum-senyum senang.

"Kay..kamu ga cukuran itu kumis?"

"Engga dad nanti ibu negara marah. Belum diijinin tapi aku rapihin kok." Kenan turun dari kursinya dan berkaca dulu.

"Klis pingin lambut panjang dad.."

"Eh...jangan sayang nanti mommy marah. Ganteng kok gini juga." Kenan menggendong anaknya. Kris kini melihat sisa-sisa rambutnya yang dipangkas.

"Sini gendong Abang..." Kay segera meraih adiknya sementara Kenan mulai membayar semua biayanya. Setelah itu mereka segera kembali ke mobil.

"Riel makan dulu bentar ya.."

"Oke dad.."

"Liat dulu dad venue nya baru makan.." Jay merengek.

"Iya-iya gimana pak bos aja.."

"Dad..Klis pingin ice cream."

"Iya bos kecil....nanti kita cari ice cream yang Kris mau..." Kenan gemas.

"Kris ikut Abang yuk ke Australia."

"Mau..mau..bang.."

"Enak aja. Sekolah gimana disini Kris?"

"Sekolah disana aja sama Abang.."

"Engga. Disini aja, kasian mommy sayang."

"Klis mau ikut Abang Kay..."

"Iya nanti, udah gede Kris mau sekolah dimanapun Daddy ijinin.." Kenan sambil menatap Kris yang duduk di belakang.

"Iya Daddy..."

"Anak pinter..." Kay mengacak-acak rambut adiknya.

"Bang Jay mau beli sesuatu dulu ga?"

"Engga dad.."

"Jay..kamu harus beli lingerie buat Tiara..." Kay berucap sambil menutup telinga Kris.

"Apa itu lingerie?" Jay membuat Kenan dan Dariel didepan senyum-senyum.

"Nih..." Kay memperlihatkan handphonenya.

"Kris sini pindah sama Daddy. Bahaya kalo dibelakang." Kenan membuat Kris beranjak dan naik ke pangkuannya.

"Ih...Kay..." Jay langsung mendorong handphonenya.

"Ini diperlukan Jay buat malam pertama kamu.."

"Ampun nih Kay ngajarinnya." Dariel menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kasian Tiara, itu daleman aja nanti dia kedinginan." Jay tak bisa membayangkan Tiara memakainya.

"Engga kedinginan Jay justru tambah hot.." Kay membisikkan ditelinga Jay agar Kris tak mendengar namun kembarannya itu langsung bergidik dan mengusap-usap telinganya.

"Apa iya?"

"Iya, kamu hadiahin aja Jay..."

"Apa ga papa?ada Tiara nanti marah?"

"Engga, dia pasti tambah seneng lagian suasana di Bali kan bukan musim dingin Jay Jadi pasti dia butuh pakaian yang terbuka."

"Aku ga mau orang lain liat.."

"Ya udah dipake dikamar aja, banyak nih modelnya.."

"Dasar kamu bang, mommy denger disemprot loh.." Kenan tertawa sendiri tapi bagaimanapun Jay memang membutuhkannya hanya saja belajar dari Kay justru akan sesat.

"Dad..jangan pura-pura ga tahu ya. Aku yakin mommy punya, aku yakin kakak juga punya. Cuman baju begini juga penting."

"Daddy bisa ngebayangin deh jadi Ran. Kasian punya suami kaya kamu." Canda Kenan.

"Justru dad aku sama Ran tuh kalo soal ginian paling terbuka. Aku pingin gini pasti Ran ikutin begitupun aku. Kalo Ran pingin gaya apapun aku ikutin."

"Gaya apa bang?" Kris bertanya.

"Hm...gaya renang Kris, kan nanti kita berenang di vila."

"Udah stop bahasanya ga enak depan Kris."

"Kay kayanya jago ya.." Dariel berkomentar melihat tingkah dan ucapan Kay.

"Kenapa kak?mau belajar?kali aja kakak bisa nambah anak lagi." Goda Kay pada Dariel.

"Iya pingin tapi kak Ara nungguin Triplets 2 tahun."

"Iyalah nanti aja Riel, kasian Triplets masih butuh ASI.." Kenan tak setuju.

"Aku juga pingin punya anak." Jay senyum-senyum. Dia tak sabar untuk mendapatkan anak dari Tiara.

"Makannya pake ini pasti anaknya langsung jadi." Kay terus menawarkan layaknya SPG lingerie.

***To Be Continue


AUTORENGEDANKEN
Keyatma Keyatma

Maaf ya guys pasti belakangan up nya telat, bukan disengaja tapi karena jujur Author sedang melakukan dinas jadi...belum punya waktu untuk menulis padahal semua ide sudah banyak dikepala. Tetap setia menunggu untuk pernikahan Jay dan Tiara.

Don't forget leave comment and vote ya ;)

Kapitel 419: Jay suami Tiara

Jay sudah duduk dengan tegang sedaritadi. Jari-jarinya tak henti bergerak di pahanya. matanya terus tertunduk sementara bibirnya terus berkomat-kamit seperti membaca mantra. Kini matanya langsung teralihkan dengan kadatangan sang pujaan hati Tiara. Dengan didampingi teman-temannya dia mulai berjalan anggun menuju tempat dimana Jay akan mengucapkan ijab Kabulnya. Jay yang reflek langsung berdiri mendorong kecil petugas disana yang juga siap membukakan kursi untuk Tiara. Ini istrinya Jay tak suka ada yang bersikap manis selain dirinya. Kenan jelas menggelengkan kepalanya. Dia hanya menunggu ulah apa yang akan dilakukan Jay di hari pernikahannya.

"Kamu cantik banget..." Jay tak henti memandangi pengantinnya.

"Ehhemm..." Fahri sedikit berdeham karena Jay tak kunjung memalingkan wajahnya. Kini pria itu tersadar akan acara selanjutnya. Dia harus mengucapkan ijab kabul dulu supaya Tiara menjadi miliknya. Dia kini duduk tegap dan siap menyambut tangan Fahri. Jantungnya begitu berdetak tak karuan dan mungkin saja itu bisa memicu kesalahan nanti. Jesica yang duduk juga tak mungkin dibuat tenang. Entah kenapa perasaannya berbeda saat melihat Kay dan Jay untuk mengucapkan ijab qabul. Jika Kay jelas Jesica mempunyai keyakinan Kay bisa melakukannya dengan benar. Dia anak yang percaya diri. Dia berani berdiri di depan beribu-ribu orang bahkan menghadapi setiap ketakutan pun Kay pasti bisa. Kalau Jay, Jesica begitu dibuat khawatir. Bukan karena dia tahu bahwa Jay akan melakukan kesalahan tapi karena dia takut Jay ditertawakan ole orang-orang yang membuatnya bisa stress dan sedih. Kini telinga Jesica mulai mendengar ucapan Fahri dengan begitu lancarnya menikahkan anak perempuan pertamanya. Kini saat kata 'tunai' terdengar Jesica memejamkan matanya. Dia berharap Jay bisa melakukannya.

"Saya terima nikahnya Tiara putri Alinskie binti Fahri Alinskie dengan mas kawin dua puluh delapan ribu delapan ratus delapan puluh delapan riyal dibayar tunai." Ucapt Jay dalam satu tarikan nafasnya. Matanya melihat tajam kearah Fahri dan tangannya menjabat begitu keras membuat sang mertua merasakan juga ketegangan yang dirasakan Jay. Jesica bernafas lega sekarang bahkan dia sedikti terharu saat ijab anaknya itu dianggap sah. Akhirnya….anaknya itu berhasil mempersunting wanita pujannya. Senyuman begitu menawan kini terlukis diwajah Jay bahkan kini dia menatap lagi Tiara lagi. Dia benar-benar senang. Acara terus berlanjut dan semua prosesi apapun yang harus dijalani Jay dan Tiara lakukan dengan sebaik mungkin. Semua tampak terharu saat Jay dengan tulus dan manis melakukan sungkem pada kedua orang tuanya. Setelah itu barulah semua orang menyalami kedua pengantin yang berbahagia. Semua sahabat Jesica hadir begitupun dengan anak-anaknya yang merupakan teman Jay. Samuel ada disana. Ikut Bahagia. Bagaimanapun dia salah satu orang yang menjadi saksi perjalanan kisah cinta Jay. Dirga hadir disana tapi kali ini Dimas seakan mengurung Dirga agar tak berbuat yang macam-macam. Dia tak mau merusak acara orang. Konsep acara Jay sendiri tidak terlalu formal jadi jelas Jay dan Tiara bisa kesana kemari mengobrol dengan para teman-temannya. Jay selalu ikut kemana Tiara pergi begitupun sebaliknya. Ah…rasanya Jay ingin segera berduaan dengan Tiara. Kini mereka duduk untuk melakukan candle light dinner. Semua tamu pun mencicipi semua hidangan yang ada disana.

"Ayo kita kabur.." Bisik Jay disela-sela makan malamnya padahal disamping mereka ada kedua orang tuanya. Tiara menatap heran.

"Kabur?"

"Aku udah ga tahan…" Jay merengek sambil memegangi tangan Tiara.

"Ga tahan apa?pipis?"

"Aku pingin berdua aja sama kamu.."

"Sabar bang…" Tiara dengan suara kecilnya meskipun dalam hatinya dia tak tahu maksud dari kata tak tahan, yang jelas rengekan Jay membuatnya tampak lucu karena sesekali Jay melihat kearah jam tanganya kadang juga langit-langit untuk memastikan bahwa hari semakini gelap.

"Kenapa bang?" Jesica melihat gelagat yang berbeda dari anaknya.

"Aku.."

"Ga papa Tante.." Tiara segera menjawab. Dia takut Jay akan sembrono berucap.

"Jangan panggil Tante dong. Ini Daddy, ini mommy Tiara.." Kenan segera melarat ucapan Tiara.

"Iya dad.." Tiara canggung. Dena dan Fahri hanya senyum-senyum.

"Ini papah mertua, ini mamah mertua.." Jay tak malu untuk memanggil Dena dan Fahri dengan sebutan baru.

"Kini disini 3 harian lagi, besok kita trip." Kenan dengan penuh semangat menyambut hari esok. Alunan musik nan syahdu kini terdengar. Anak-anak muda kini terlihat mengajak para pasangannya berdansa.

"Tiara, mau jadi temen dansa Daddy?" Kenan mengulurkan tangannya.

"Dad...Tiara sama aku.." Jay tak rela pengantinnya dibawa pergi.

"Mau dad.." Jawab Tiara.

"Bentar aja..." Kenan sambil meraih tangan Tiara.ereka berjalan ke lantai dansa yang dipenuhi oleh pasangan berbahagia termasuk Kay yang tentu saja mengajak Kiran. Jay yang tak mau kalah kini mengajak Dena karena Jesica masih sibuk dengan Kris.

"Tiara...Makasih. Makasih mau nerima Jay.." Kenan disela-sela tari mereka. Dia tak mau ada situasi canggung atau kaku antara dia dan dan Tiara.

"Justru Jay yang mau nerima Tiara dad.."

"Masuk dunia pernikahan pasti ga mudah Tiara tapi bukan berarti sulit . Setelah hari ini berakhir, besok kalian memasuki level baru..." Ucap Kenan sambil membuat Tiara memutar.

"Daddy percaya selain mommynya, selain kakak-kakaknya, Tiara yang bisa ngertiin Jay, ngadepin Jay pasti butuh treatment khusus tapi bukan berarti berat. Daddy yakin Tiara udah biasa, kalaupun ga bisa jangan sungkan bilang sama Daddy. Mau kamu mau Kiran dua-duanya anak Daddy. Kalau sampe duo kembar itu bikin ulah biar Daddy yang kasih pelajaran." Ucapan Kenan disambut senyum kecil Tiara.

"Iya Daddy.."

"Dulu mommy selalu punya ketakutan. Apa ada perempuan yang mau sama Jay?apa Jay bisa punya pacar? apa Jay bakalan nikah?semua pertanyaan selalu muncul setiap hari apalagi liat satu per satu kakaknya nikah. Rasanya ga nyangka ternyata pertanyaan mommy dijawab sama sahabatnya sendiri melalui kamu. Makannya Daddy harap juga Tiara ngerti kalo mommy sedikit punya kekhawatiran yang berlebihan. Tiara ga keberatan tinggal dirumah daddy sama mommy?"

"Engga Daddy, Aku sama Jay udah pernah bahas ini. Jay juga kayanya ga bisa lepas dari mommy. Jadi aku pikir ga papa untuk tinggal bareng."

"Ga usah khawatir, Daddy udah punya rencana supaya kamu dan Jay ngerasa punya rumah sendiri di rumah Daddy."

"Gimana caranya dad?"

"Pokoknya sehabis pulang darisini Daddy kasih tahu. Anggap aja ini kado pernikahan buat kalian."

"Makasih Daddy.." Tiara memeluk Kenan. Dia sudah nyaman dengan mertuanya itu. Kenan seperti ayahnya sendiri sekarang meskipun Fahri tak akan mungkin terganti oleh siapapun.

"Kenapa Tiara peluk-peluk Daddy?" Jay sambil menatap Tiara sementara Dena tersenyum kecil.

"Itu artinya mereka akrab."

"Mamah mertua. Aku harus gimana?"

"Gimana apanya?"

"Malem pertama aku gimana?" Ucapan polos Jay membuat Dena sedikit aneh. Bagaimana bisa dia mempertanyakan hal itu padanya.

"Pelan-pelan aja Jay.." Dena dengan senyum-senyum. Kalau Jesica tahu mungkin dia bisa kena damprat ocehannya.

"Apa ga bisa cepet?nanti keburu malem, nanti Tiara ngantuk."

"Tenang Jay pasti ada waktunya."

"Makasih mamah mertua. Udah ijinin Tiara nikah sama aku. Aku seneng. Aku ga bakalan nyakitin Tiara. Aku janji."

"Iya sama-sama Abang Jay, kayanya modelan kamu ga mungkin bikin Tiara sakit yang ada dia ketawa terus, seneng terus. Pokoknya jagain Tiara gimanapun caranya. Jay ngertikan kalo papah ga mau liat anaknya sedih?"

"Iya mah, aku ngerti." Jay dengan senyuman menawannya. Dia sudah siap untuk menjadi suami sekarang.

***To be continue


AUTORENGEDANKEN
Keyatma Keyatma

Siang...semua. Akhirnya bisa up juga

Don't forget leave comment and vote ya

Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C418
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank 200+ Macht-Rangliste
Stone 0 Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen

tip Kommentar absatzweise anzeigen

Die Absatzkommentarfunktion ist jetzt im Web! Bewegen Sie den Mauszeiger über einen beliebigen Absatz und klicken Sie auf das Symbol, um Ihren Kommentar hinzuzufügen.

Außerdem können Sie es jederzeit in den Einstellungen aus- und einschalten.

ICH HAB ES