App herunterladen
59.88% I don't know you, but I Married you / Chapter 312: Sebelum kembali

Kapitel 312: Sebelum kembali

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.

Pagi-pagi sudah tercium aroma sedap didapur. Aroma yang membuat siapapun yang menhiruonya akan segera berlari kearah sumber wangi itu. Marsha dan Kay rupanya sedang berduet di dapur. Wanita dua anak itu kini senang ada seseorang yang membantunya memasak.

"Jus jeruknya udah siap Bun, aku bikinin kopi ya buat ayah.." Kay tampak bersemangat. Dia mulai menunjukkan aksinya sebagai barista. Untuk pagi ini dia membuat kopi Arabika dari Aceh dimana dia sengaja membawa biji kopi itu sendiri dari cafe miliknya.

"Kalo dirumah suka masak?"

"Kadang-kadang bantuin mommy Bun..."

"Pantes kata Ran, di Australia Kay ga punya pembantu soalnya suka masak sama beres-beres sendiri."

"Iya, kalo ada orang lain Kay ga nyaman Bun sama kaya Daddy, Daddy tuh ga suka kalo ada pembantu dirumah katanya ga bisa bebas..."

"Jadi dirumah ga ada pembantu?"

"Ada, tapi cuman dari pagi sampe sore aja..."

"Wangi apa nih?" Rafi berjalan menuju meja makan.

"Sarapannya udah siap sayang..."

"Wah enak-enak nih..."

"Rafi suka kopi ga?biar kakak bikinin..."

"Boleh kak.." Rafi dengan senang hati menerima tawaran itu. Dia duduk sambil menunggu kopinya selesai. Tidak lama Arbi juga turun dan sudah lengkap dengan setelan kerjanya. Marsha segera menyiapkan piring dan peralatan makan lainnya sementara Kay mulai membawa kopi buatannya. Dia letakkan cangkir itu di depan Rafi dan Arbi.

"Hari ini, bunda masaknya ga terlalu cape. Makasih Kay.."

"Iya sama-sama Bunda..."

"Suami bisa masak, Ran malah enak-enak tidur." Canda Arbi lalu menyeruput kopinya.

"Ngomongin aku?" Ran turun dari tangga perlahan dengan cepat Kay menarik kursi untuk tuan putrinya itu.

"Istri itu harusnya bangun lebih pagi dari suaminya, ini kok ke balik."

"Suaminya aja bangun pagi banget." Kiran dengan senyum-senyum. Kiran masih mengenakan kaos putih dengan celana pendek sepaha.

"Masih libur kamu?"

"Masih yah, besok aku masuk."

"Besok Kay balik lagi Australia, perginya dari rumah Daddy..."

"Oh iya lupa, hari ini mau nginep dirumah Daddy ya?"

"Iya Bun.."

"Ya udah hati-hati ya Kay, kalo udah sampe kasih tahu."

"Iya Bun, kapan-kapan bunda, ayah, Rafi kesana dong.."

"Aku engga?"

"Kalo kamu ya jelaslah kesana."

"Iya ya Bun, kapan-kapan liburan.."Arbi jadi kepikiran. Rasanya sudah lama dia tak berlibur bersama keluarga.

"Iya yah, aku juga jarang diajakin liburan ke Luar Negeri."

"Mencari kesempatan dalam kesempitan nih Rafi.."

"Iyalah Bun, kapan lagi ayah mau pergi-pergi. Ayah suka susah."

"Iya-iya nanti ayah cari waktunya.." Ucapan Arbi membuat Rafi senang.

"Nanti nginep aja di apartemen Kay yah, ada 3 kamar kok."

"Gimana kalo pas nganterin Ran kesana, denger-denger Ran mau lahiran disana kan?."

"Iya yah, kayanya Kay mau bawa Ran aja."

"Gaya bener ponakan aku lahir di Luar negeri."

"Ye...sirik aja.." Kiran meledek adiknya. Sarapan pagi itupun tampak hangat dengan kehadiran Kay sebagai anggota keluarga baru.

****

Kay baru saja sampai dikediaman orang tuanya. Tampak bi Tini langsung menyapa kedatangannya bersama istri tercinta.

"Abang..." Kris berlari kearahnya sambil membawa mainan pesawatnya.

"Daddy mana sama mommy?"

"Daddy di kebun, mommy di dapul..."

"Kalo Kris?"

"Klis main.."

"Eh udah pulang..."

"Iya mommy..." Kay menyalami ibunya begitupun Kiran.

"Pengantin baru ga honeymoon apa?" Kenan juga tampak berjalan dari pintu belakangnya.

"Honeymoon kemana dad kalo cuman satu hari.."

"Ya kemana kek jalan-jalan, honeymoon ga harus keluar kota atau ke Luar negeri.."

"Jay mana?"

"Ada masih ngurusin kebunnya."

"Kakak?"

"Kakak langsung pulang kemarin."

"Ya udah Kay nyimpen dulu barang-barang.."

"Iya, Ran..anggap aja rumah sendiri ya. Ga usah malu-malu.."

"Iya mommy.." Ucap Kiran lalu pergi bersama suaminya ke kamar mereka.

"Duh...pinginnya tiduran terus..." Kiran langsung menyerbu kasur yang begitu empuknya.

"Kayanya anak aku cowok.."

"Kenapa gitu?"

"Soalnya ibunya pemalas, jarang dandan lagi sekarang."

"Bukan jarang dandan, habis ga akan kemana-mana juga jadi ga usah heboh make up nya..."

"Ini baju kamu, aku simpenin di lemari aku." Kay mulai membuka koper mininya.

"Eh nanti aja sama aku.."

"Ga papa. Kamu tidur aja."

"Karena kamu ga suka berantakan ya makannya kamu beresin?"

"Engga, cuman yang kaya begini harus disimpen langsung ditempatnya nanti baju kamu kusut."

"Maaf ngerepotin."

"Ga papa. Aku udah biasa. Aku sekalian packing buat besok.." Ucap Kay membuat ekspresi wajah Kiran sedikit sedih. Bagaimana bisa pengantin baru langsung terpisah begitu saja?. Kini Kiran berjalan mendekati Jay yang dengan lincah merapikan baju-bajunya.

"Kamu jangan lama-lama." Kiran memeluknya dari belakang. Entah kenapa kepergiannya kali ini membuat Kiran terasa berat mungkin bawaan ibu hamil. Dia menjadi melakonlis.

"Engga, kalo bisa pulang, aku usahain pulang. Kamu mau dirumah bunda aja?ga akan disini?"

"Iya. Aku dirumah bunda aja. Aku belum terbiasa disini."

"Apa perlu kita cari rumah buat kamu?"

"Aku ga mau sendiri."

"Ya udah, besok aku anterin kamu pulang dulu lalu ke Bandara."

"Aku pingin anterin kamu ke Bandara."

"Ga usah, ada keluarga aku kok yang anter. Kamu istirahat aja nanti aku telepon."

"Apa ga bisa nambah sehari lagi?"

"Ga bisa sayang, kamu aja ikut aku yuk.." Pertanyaan Kay hanya disambut diam oleh Kiran. Dia ingin tapi dia juga punya tanggung jawab disini. Dia bingung untuk memilih. Dia menyukai keduanya dalam waktu yang bersamaan.

"Sabar....kalo udah kebiasa juga tahu-tahu udah 4 bulan lagi." Kay mengusap pelan lengan Kiran yang ada diperutnya.

"Ayo lepas, aku beres-beres dulu." Ucap Kay lagi dan dengan perlahan Kiran melepaskan pelukannya. Kini dia duduk di kasurnya dan memperhatikan gerak-gerik suaminya.

" Eh kamu udah minum susu belum?"

"Udah kok."

"Mau makan lagi?atau mau jalan-jalan?mau kemana kita hari ini?"

"Aku cuman pingin dirumah, rebahan, nonton drama, ngemil-ngemil.."

"Mau ngemil apa?"

"Yang ada dirumah aja.."

"Oke nanti aku ambilin. Ini udah selesai kok." Kay kemudian menggeser pintu lemarinya. Menutup lagi resleting koper yang langsung dia simpan diujung dekat lemari.

"Sayang..." Kiran menarik lengan Kay.

"Hem..."

"Liat aku.."

"Apa?" Ucap Kay memandang Kiran dan dalam hitungan detik Kiran menarik tengkuk leher Kay dan menciumnya. Dia melumat bibir Kay dengan penuh cinta seakan ini adalah pertemuan terakhir mereka. Merasa posisinya tak nyaman. Perlahan badannya ia hadapkan pada sang istri yang masih terduduk. Wajahnya ia tundukkan lagi agar Kiran tak susah payah menariknya apalagi sampai membuat lehernya pegal. Kay benar-benar ingin membuat istrinya nyaman. Ciuman demi ciuman terasa begitu hangat bahkan bibir mereka yang semula kering kini begitu basah akibat Saliva yang saling bertukar. Perlahan Kiran menjauhkan wajahnya lalu menatap lelaki yang dia sebut 'bapak negara'.

"Ayo lakuin itu sebelum kamu pergi." Ajak Kiran. Kay diam. Dia masih ingat nasihat ayahnya kemarin. Apa ini baik?apa ini aman?. Itulah yang ada dipikirannya padahal birahinya sudah jelas datang menyapa.

****To Be Continue


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C312
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen