App herunterladen
57.19% I don't know you, but I Married you / Chapter 298: Tanda - Tanda

Kapitel 298: Tanda - Tanda

Hari ini Kiran bekerja seperti biasa namun sejak semalam perutnya memang sudah tak enak belum lagi ada rasa mual yang semakin menjadi-jadi setiap kali dia mencium aroma-aroma yang dia tidak suka. Mungkin ini akibat dari makan Seafood terlalu banyak kemarin. Kiran berusaha fokus bekerja sampai seseorang datang menghampirinya dengan secangkir minuman.

"Nih..supaya enakan." Baskara menyimpan cangkir teh-nya di meja Kiran.

"Loh kok?"

"Tadi aku liat kamu mundar-mandir ke WC terus jadi kayanya ada sesuatu deh."

"Iya, perut aku ga enak dari semalem kayanya gara-gara makan seafood sama minum-minum."

"Lagian anak-anak malah nyuruh kamu minum."

"Coba aku periksa." Baskara kini meletakkan tangannya didahi Kiran lalu melepaskannya lagi.

"Kamu kayanya sakit, mau pulang aja?"

"Engga, ga usah. Aku kuat kok."

"Iya sekarang tapi lama-lama engga."

"Minum teh juga nanti baikan."

"Bener?"

"Iya bener.."

"Ya udah, nanti bilang aku kalo ada apa-apa."

"Iya makasih Bas." Ucap Kiran sebelum Baskara keluar dari ruangannya. Kiran menyeruput teh itu sebelum dia Kembali bekerja lagi. Tangannya kini meraih sebuah permen agar dia tidak merasa mual. Jemarinya yang lentik kembali berkutat dengab pensil yang dia pegang. Sepertinya dia menggambar sesuatu. Bola matanya tiba-tiba terhenti saat memandang benda tak bergerak di mejanya. Benda yang memiliki angka dari 1 sampai 30 bahkan di halam berikutnya mungkin sampai 31. Kiran lemas. Dia sepertinya menyadari sesuatu. Dengan sekali gerakan dia mengambul kalender itu. Menghitung kapan terakhir dia menstruasi. Wajahnya menjadi pucat pasi ketika tahu dia sudah terlambat 2 Minggu.

"Engga, ga mungkin." Gumam Kiran sendiri lalu segera mencari informasi di google mengenai ciri-ciri wanita hamil. Dengan lihai jarinya mengklik kesana dan kemari dan matanya dibuat terbelalak kaget karena beberapa ciri itu ada dalam dirinya. Tangannya kini secara otomatis memegangi perutnya.

"Aku hamil." Kiran mulai panik sekarang. Dia menelpon Kay tapi panggilan itu tak diangkat. Dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa-apa sekarang. Cuman ada satu cara lain untuk lebih memastikannya. Kiran segera mengorek-ngorek tasnya, mencari dompet pribadinya. Dengan segera dia berjalan keluar.

"Iya masuk..."

"Bas...aku ijin keluar dulu ya bentar..."

"Kemana?"

"Hm...ke apotek."

"Kamu butuh obat?disini ada kok obat P3K.."

"Ehm....aku kayanya kurang cocok sama obat itu."

"Mau aku anter?"

"Engga, ga usah. Aku sendiri aja."

"Yakin?wajah kamu udah pucet loh."

"Yakin, deket ini kok."

"Kalo kamu ga enak aku yang anter, aku suruh orang lain aja."

"Ga usah malah ngerepotin lagi."

"Udah, aku anter ya. Aku ga mau ada berita karyawan aku pingsan dijalan." Baskara memaksa dan mulai meraih kunci mobilnya. Kiran bingung tapi mau tak mau dia harus menerima tawaran itu.

"Ga sekalian ke dokter aja?aku anterin.."

"Ga usah deh Bas nanti aja, ga terlalu sakit yang gimana kok." Kiran masih was-was dalam hatinya. Setelah sampai di apotek dia segera masuk sementara Baskara menunggu di dalam mobil. Kiran segera membeli beberapa obat untuk menutupi pembelian tespacknya kemudian dia segera kembali menemui bosnya.

"Udah yuk..."

"Kita cari makan dulu aja yuk..."

"Jangan, ga enak sama yang lain."

"Ga papa, mereka pasti mikirnya kita lagi riset. Mungkin kamu ga enak badan karena belum makan."

"Aku udah sarapan kok."

"Iya tapi makan siang belum, udah bentar lagi juga istirahat. Kita makan aja." Baskara memaksa lagi dan Kiran sudah kehabisan alasan untuk menolak ajakan Baskara.

"Pacar kamu tuh masih di Australia ya?"

"Iya, mungkin 2 tahunan lagi kuliahnya selesai."

"Ga cape LDR?"

"Engga, yang penting komunikasi aja tetep jaga. Kalo Bas siapa sih pacarnya?"

"Aku...masih single."

"Masa sih?emang ga ada cewek yang ngantri?"

"Ada, tapi akunya ga suka."

"Kasian..."

"Ya gimana daripada ga bahagia."

"Tapi ada cewek yang disuka?"

"Ada.."

"Lagi di deketin?"

"Engga juga, biasa aja."

"Ye...cowok tuh harusnya ngej..." Kiran yang belum selesai mendadak mual-mual. Dia bingung untuk mengeluarkannya, dia ingin muntah. Kini semua belanjaan obat yang ada dikantong dia pindahkan ke tas kecilnya. Saking tergesa-gesanya dia menjatuhkan tespack yang dia beli membuat Baskara segera melipir dan membantu Kiran. pegawainya itu kini muntah-muntah lagi dan dengan santai Baskara mengelus pelan punggung Kiran. Selesai itu Baskara memberikan sebotol minuman yang ada di mobilnya.

"Masih ga enak?" Tanya Baskara lembut. Kiran hanya terdiam. Baskara mengambil tisu sekarang lalu memberikannya pada Kiran. Kebetulan mereka diam disebuah pinggir jalan yang banyak rerumputan. Kiran tak nyaman dengan segera dia keluar mobil dan mencari tempat teraman untuk muntah. Ah...ini sungguh memuakan. Pikir Kiran yang sudah lelah dengan rasa mualnya. Tangan Kiran meraih botol minum yang ada tangan Baskara lalu mengelap semua area mulutnya. Dia sekarang sudah bisa berdiri tegak.

"Kamu, aku anter pulang.."

"Engga, ga usah bas..."

"Kondisi kamu kayanya ga memungkinkan buat kerja." Baskara begitu pengertian. Mereka berdua sekarang menuju mobilnya lagi.

"Nih...kamu jatuhin ini.." Baskara memberikan tespack yang sempat terjatuh tadi pada Kiran membuat wanita itu memandangnya malu.

"Ga papa, semua orang punya salah." Baskara dengan senyumannya. Dia tak mau menjudge seseorang hanya karena dia berbuat salah.

"Maaf, aku bikin repot kamu.."

"Kamu mau tes?" Baskara mulai terang-terangan. Kiran hanya mengangguk. Dia tak mungkin menyangkal. Dia sudah tertangkap basah.

"Apa ga ke dokter aja?"

"Engga, aku masih takut." Kiran mulai jujur.

"Ya udah kamu mood makan ga?atau kamu pingin apa?"

"Aku cuman pingin diem aja dulu." Kiran memegangi kepalanya sendiri.

"Nih..." Baskara memberikan kayu putih sepertinya perlengkapan P3K di mobil Baskara lengkap. Kini hanya bos nya yang membantu Kiran yang lemas.

***

Kay tampak semangat memakan steak yang dia beli. Dia benar-benar ingin memakan daging sapi sekarang. Mungkin ini sudah piring keduanya.

"Kay, you eat a lot like a starving man."

"Ya I'm starving..." Kay sambil senyum-senyum dan melahap lagi makanannya. Hidangan itu benar-benar menggugah selera makannya sore ini. Tiba-tiba dalam kesibukannya handphonenya bergetar tanda panggilan masuk. Itu Ibu negara.

- Halo honey.

- Aku pingin kamu pulang.

Kiran tanpa basa-basi langsung mengatakan maksudnya.

- Pulang?maksud kamu?.

- Pulang ke Indonesia.

- Kenapa?.

- Aku udah telat Kay...

Ucapan Kiran membuat Kay berhenti sejenak.

- Maksud kamu?.

- Aku udah telat dan aku coba pake tespack.

- Terus?.

- Pokoknya aku pingin kamu cepet pulang.

Kiran dengan sedihnya sementara Kay dibuat mematung sehingga mata teman-temannya terfokuskan pada ekspresi wajah Kay. Kenapa dia berhenti dari gerakan lincahnya tadi?.

"Ini gawat." Kay berbicara dalam hatinya sementara Kiran masih memanggil-manggilnya dibalik telepon.

****To Be Continue


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C298
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen