App herunterladen
43.37% I don't know you, but I Married you / Chapter 226: Rumah tangga 4

Kapitel 226: Rumah tangga 4

".....Apa kita ga beli aja terus kita luasin kesitu?atau kamu masih tetep pingin pindah?" Dariel menanyakan 2 pilihan yang membuat Ara berpikir.

"Rumahnya luas ga?"

"Kita bisa liat dulu kalo kamu mau, makannya aku bilang kamu pulang. Kaya ada apa aja dirumah sampe ga mau pulang."

"Iya maaf...." Ara melunak kali ini. Kedua tangannya yang tadi dimainkan kini dia letakkan melingkar dibahu Dariel.

"Sayang...ini bukan soal materi. Aku tahu beli rumah macam apapun kamu mampu, kamu bisa. Aku cuman pingin ngajarin kamu, kita ini udah berumah tangga. Ga bisa kamu seenaknya ambil keputusan gitu aja. Udah ada aku sekarang. Setiap ada masalah, keinginan itu dibicarain, dicari solusinya bareng-bareng bukan diselesain gitu aja sama uang. Aku sebenernya ga peduli uang siapapun tapi utamain bilang sama suami."

"Iya, maafin aku..."

"Oke, ada satu hal yang belum aku lakuin sejak kita nikah." Dariel segera meraih dompetnya disaku lalu mengeluarkan 3 kartu disana.

"Sini tangan kamu..." Dariel meraih salah satu tangan Ara lalu meletakkan 3 kartu itu ditangannya.

"Sayang semua ini uang aku. 1 kartu ini isinya uang gaji aku, pokoknya segala sumber penghasilan aku ada disini. Dari pendapatan itu aku transferin ke kedua kartu ini. Yang satu emang dulu tujuannya buat tabungan aku, yang satu buat anak aku nanti. Aku pingin kamu simpen 2 kartu ini, yang satunya lagi boleh aku pegang?buat dana darurat aja. Isinya terserah kamu, kamu yang ngasih ke aku."

"Riel kamu ga usah kaya gini ke aku."

"Justru harus. Ini rumah tangga, suami harus jujur soal ini. Aku ga keberatan. Aku pingin kamu ngelola keuangan kita. Maaf aku baru percaya sama kamu setelah hampir 7 bulan kita nikah."

"Kamu selalu jadi suami yang baik selama ini tapi aku belum jadi istri yang penurut."

"Aku ga perlu istri yang penurut. Istri itu bukan boneka yang terus-menerus harus nurut sama suami tapi... ada batasannya. Kamu boleh protes tapi dengan cara yang bener. Aku ga suka ketika kira debat kamu marah dan pergi gitu aja. Masalah itu dihadapin, bukan dihindarin kaya gini. Aku ga akan pernah nuntut apapun selama kamu ikutin cara aku. You say this is a relationship, not a ownership." Dariel membuat Ara senyum sendiri mengingat perkataannya waktu itu.

"Aku sayang kamu..." Ara mencium Dariel kali ini. Menyentuh bibirnya yang selalu mengatakan hal-hal yang manis sekalipun mereka sedang bertengkar.

"Sambil nunggu kamu milih beli rumah baru atau engga, gimana...kalo kita bikin dulu anggota barunya. Supaya rumah ga sepi nanti." Dariel memainkan tangannya dipinggang Ara seakan ingin menerobos masuk ke dalam baju tidurnya.

"Huh...inget aja." Ara mencubit gemas hidung Dariel.

"Kamu harus gantiin karena udah berani-beraninya tidur munggungin suami." Dariel segera menyergap bibir Ara lagi. Kali ini dengan perlahan Dariel mendorong Ara untuk berbaring disofanya sementara dia beranjak naik keatas badan Ara.

"Ehm...Riel..." Ara mencoba melepaskan ciumannya namun Dariel tak peduli.

"Mas Dariel...kita dirumah Daddy." Ara mendorong bahu Dariel.

"Oh iya Aku lupa." Dariel senyum sendiri lalu memeluknya gemas.

"Lagian aku lagi dapet sayang, jadi ga bisa." Ara mengusap pelan rambut belakang Dariel.

"Dapet?duh...selalu aja keajadian pas aku lagi pingin-pinginnya." Dariel semakin menenggelamkan kepalanya disamping telinga Ara.

"Wuuuahhh...." Kenan kaget dengan pemandangan yang ada disofanya.

"Kay balik badan dulu, Jay...Jay kamu juga jangan ngintip."

"Aku ga ngintip dad..." Jay langsung menutup matanya sambil memegangi helm yang ada ditangan kanannya. sementara Dariel dan Ara segera membenarkan posisi duduk mereka.

"Dariel, kakak, ampun ya...ke kamar sana."

"Iya nih kakak, mesra-mesraannya jangan ditempat terbuka gini. Bahaya..." Kay yang masih berbalik berkomentar.

"Bahaya?kakak kenapa?dad..kakak kenapa?" Jay penasaran namun dia belum berani membuka matanya.

"Kakak ga papa, udah buka matanya."

"Iya maaf dad..." Dariel tersipu malu sementara Ara hanya tertawa kecil.

"Bikin heboh aja.." Kay menggerutu lalu melanjutkan perjalanannya ke kamar sementara Jay masih memperhatikan kakaknya yang sedang duduk.

"Kakak ga papa kok dad, apanya yang bahaya?aneh Kay.." Jay ikut menggerutu sambil berjalan meninggalkan kakak dan ayahnya. Dia menaiki tangga dengan perlahan. Belum juga sampai di kamarnya dia melihat kearah balkon lantai 2 yang menampakkan balkon tetangganya juga. Ada Alyssa sedang duduk sendiri disana. Jay menyimpan helmnya lalu berjalan ke arah balkon. Sesampainya disana di melihat kearah wanita itu. Jay meletakkan kedua tangannya diatas agr balkon. Matanya memandang wajah Alyssa yang sempat tertidur dalam pelukannya. Cantik. Puji Jay meskipun dalam kegelapan, dia bisa melihat pancaran cahaya kecantikan Alyssa. Jay tersenyum sendiri sekarang. Dia gila. ya..gila karena jatuh cinta. Senyuman Jay pudar saya mata Alyssa menatapnya. Sesaat Jay kini salah tingkah akibat ketahuan mengamati Alyssa. Dari seberang sana Alyssa tersenyum juga seolah menyapa Jay yang memperhatikannya. Alyssa kini mendekati pagar balkonnya juga menatap mata Jay seakan mengirimkan kode untuk berbicara dengannya namun Jay tak mengerti dengan gerakannya. Alyssa segera berlari kedalam mengambil telepon rumahnya dan seketika telepon rumah Jay berbunyi. Jay ikut berlari sekarang mencari telepon terdekat diatas dan segera berjalan kearah balkon lagi.

- Halo.

- Ngapain liat-liat?.

- Aku kaget yang pake baju putih itu siapa, kirain hantu.

- Iya aku emang hantu, suka datang gitu, ngilang juga gitu aja.

- Ga syuting?

- Engga, keliatannya kamu baru pulang.

- Iya habis kumpul-kumpul bareng temen.

- Enak ya, kayanya punya banyak temen.

- Engga juga.

- Kamu tuh masih kuliah ya?

- Iya, lagi semester akhir. Kamu emang ga sekolah?

- Dulu sempet tapi berhenti.

- Kenapa?

- Sibuk syuting.

- Ih pendidikan kan penting.

- Iya tapi kebutuhan hidup keluarga aku lebih penting. Kamukan lahir langsung kaya, aku engga.

- Oh iya maaf, aku ga maksud gitu. Daddy suka marah kalo aku ga seurius belajar.

- Iya ga papa, aku ngerti. Udah lulus mau lanjut lagi?

- Iya, kata Daddy harus sekolah setinggi-tingginya.

- Kamu nurut banget sama orang tua.

- Kata mommy kalo ga nurut nanti jadi anak durhaka aku ga mau dikutuk malaikat apalagi di benci Allah gara-gara lawan orang tua.

Penjelasan Jay disambut tawa oleh Alyssa.

- Kenapa ketawa?ini seurius.

- Iya aku tahu, aku bukan ngetawain kata-katanya, aku ngetawain cara kamu ngomong. Lucu banget, imut kaya anak kecil.

- Iya aku emang anak kecil.

Jay tak merasa tersinggung saat Alyssa mengucapkannya tapi jika itu Dirga mungkin Jay akan kesal setengah mati. Mereka pun mengobrol dibalik telepon cukup lama membuat Jesica yang sempat melewati balkon tak berani menganggu.

***To be continue


AUTORENGEDANKEN
Keyatma Keyatma

Don't forget leave comment and vote ya ;)

Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C226
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen