App herunterladen
32.43% I don't know you, but I Married you / Chapter 169: Hari H

Kapitel 169: Hari H

Saat jam pulang tiba ara mendengar keributan diruangan Dariel rupanya teman-teman Dariel memberikan sedikit kejutan dengan membawakan kue kedalam ruangannya sementara Ara sibuk menelpon Ibunya yang sudah berada dirumah pak Stefan hingga suara ketukan pintu terdengar.

"Iya masuk.." Ara segera mematikan ponselnya.

"Jadi dirumah pak Stefan?"

"Jadi Can.."

"Biasanya Dariel suka ngajak kita makan kalonulang tahun Ra.."

"Hari ini ga mungkin soalnya Pak Stefan udah nyuruh dia kerumah kalaupun ngajak kalian cari alesan deh apa kek..."

"Gw udah bilang sama anak-anak buat kesana."

"Pulangnya langsung kesana aja gw udah calling Tante Vani kok.."

"Dariel gimana?"

"Biar gw yang atur itu, nanti kabarin gw aja kalo udah semua siap.."

"Ya udah ayo kesana dulu supaya dia ga curiga.." Chandra mengajak Ara keruang kerja Dariel. Mereka pun berjalan bersama menghampiri Dariel yang sudah dikepung oleh teman-temannya.

"Ada apaan nih?"

"Udah jam 5 loh Ra.." Mia sambil menunjukkan jamnya.

"Tiup lilinnya Riel.." Gio bersemangat sambil menyodorkan kuenya dan setelah Dariel berdoa dia segera meniup lilinnya.

"Makasih loh, gw ga ngarepin sebenernya.."

"Lu suka gitu kalo ulang tahun ga mau dikasih beginian, kali-kali aja Riel. Selamat ulang tahun ya.." Sonya lalu menyalami Dariel begitupun yang lain termasuk Ara.

"Happy Birthday.." Ara berbisik sambil memeluk Dariel.

"Makasih sayang.."

"Aku kadonya nyusul.."

"Ga usah.." Dariel kini merangkul bahu Ara.

"Ayo makan-makan gw traktir.." Dariel dengan senyuman.

"Duh gw ga bisa hari ini Riel, ada janji sama.." Sandi mencari alasan bersama Farah.

"Gw harus lembur bikin laporan Riel.." Mia juga mencari alasan."

"Gw sih bisa tapi kalo ga ada yang lain mana seru.." Gio mencoba bersikap tenang.

"Ya besok aja kalo ga kapan-kapan pas kalian ga sibuk aja, udah lama ga nongkrong-nongkrong kan?"

"Iya Riel siap.."

"Ya udah nih kuenya bawa, kita mau balik ke kerjaan."

"Makasih ya sekali lagi." Dariel segera menerima kue bawaan temannya lalu meletakkannya diatas meja sementara teman-temannya langsung kembali melaksanakan aksi mereka.

"Makin tua aja..." Ledek Ara membuat Dariel senyum-senyum.

"Nanti kamu juga ngalamin tua loh.."

"Kamu pingin kado apa dari aku?"

"Engga, ga usah sayang.."

"Kenapa?"

"Kamu ngucapin selamat ulang tahun aja aku udah seneng..."

"Sesederhana itu?"

"Iya makannya ga usah kasih apapun."

"Ya udah engga akan kalo gitu."

"Nanti kita makan malam berdua yuk malam Minggu."

"Tumben.."

"Pingin quality time aja sama kamu, kenapa?ga mau?"

"Mau, cuman aneh aja."

"Aneh gimana?segitu suka aku ajakin juga. Udah yuk takut kesorean kerumah bapaknya."

"Sebelum kerumah pak Stefan anter beli mainan dulu dulu yuk bentar.."

"Mainan?"

"Iya buat Kris, aku ga pernah beliin dia apa-apa."

"Nanti aja besok sayang sekalian weekend jalan-jalan.."

"Bentar doang kok, kemarin aku udah janji beliin dia mainan."

"Ya udah iya.." Dariel membungkus kuenya lalu pergi bersama Ara kesebuah toko mainan sementara itu Jesica dan yang lain sedang mempersiapkan pesta untuk kejutannya.

"Mom.."

"Eh Kay udah datang.."

"Mom ini temen aku.." Kay memperkenalkan seseorang.

"Olive Tante..." Olive langsung menyalami Jesica. Sejenak Jesica teralihkan oleh kalung yang menggantung di leher Olive. Jelas itu pertanda ada perbedaan antara Kay dan Oliv dari segi keyakinan

"Temen kuliah Kay?"

"Bukan mom, Olive ini sodaranya temen aku."

"Jadi ini temennya Kay?" Kenan datang dengan Kris gendongannya.

"Iya dad, ini olive."

"Eh iya pak, Bu, kenalin nih anak saya yang kembar sama temennya." Kenan mulai memperkenalkan Kay dan Olive.

"Pernah dibawakan ini dulu ya?ini yang jahil itu bukan?suka lari-lari di kantor, tembak-tembakin karyawan disana pake pistol mainan."

"Iya pak bener beda sama Jay yang tadi, anaknya lebih kalem."

"Kalo Jay yang suka nempel terus sama Sica. Duh pangling gini udah gedenya.."

"Duh mirip gini.." Komentar Tante Vani ketika melihat wajah Kay setelah sebelumnya melihat Jay.

"Mobil ga parkir didepan kan Kay?nanti curiga lagi Dariel."

"Udah dilapang kok om, tadi juga liat ada temen-temen kak Dariel kayanya datang."

"Ya udah ibu kedepan dulu ya.." Tante Vani segera menyambut kedatangan teman-teman Dariel sementara itu Ara sedikit gugup karena Dariel sudah memasuki komplek perumahan pak Stefan. Matanya tak henti menatap ke depan seolah memastikan semuanya berjalan lancar.

"Akhirnya sampe juga.." Dariel menghentikan mobilnya lalu bersiap keluar disusul Ara yang segera berjalan di belakang Ara. Dariel mulai menekan bel namun belum ada sautan dari dalam.

"Kemana sih bapak?tumben lama tadi katanya udah pulang." Dariel melihat-lihat kearah kaca.

"Coba kamu telepon.." Ara memberi saran membuat Dariel kini meraih ponselnya.

"Ga aktif lagi.." Dariel memasukkan kembali ponselnya.

"Loh kenapa pintunya ga ke kunci gini sih?" Dariel ketika mencoba mendorong pintu dan ternyata langsung terbuka. Perlahan dia melangkahkan kaki dan hanya kegelapan disana namun dalam detik selanjutnya suara sorak sorak terdengar bersamaan dengan lampu menyala dan suara nyanyian ulang tahun. Dariel terkejut sambil senyum-senyum sendiri melihat kejutan yang dibuat oleh orang terdekatnya.

"Happy birthday to you.....Happy birthday to you.....Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you....." Semua orang menyanyi dengan riang begitupun si kecil Kris yang tampak senang dengan suasana ramai sekarang.

"Ye... berhasil lagi.." Sorak Gio senang.

"Makasih..."

"Kak..kak make a wish dulu dong terus tiap lilinnya." Jay yang tampak semangat membuat Dariel meniup lilin untuk kedua kalinya.

"Sekarang potong kuenya dong bagi-bagi.." Chandra tak sabar menyicipi kue yang dibuat sendiri oleh Tante Vani. Dariel memotong dengan hati-hati lalu membagikannya pada orang-orang yang berada disana.

"Ini buat bapak sama ibu, makasih bapak sama ibu sampe Dariel 27 tahun masih mau ngerawat Dariel." Dariel dengan sedikit haru memberikan potongan pertamanya pada orang tua angkatnya itu.

"Selamat ulang tahun, anak ibu." Tante Vani tak segan mencium pipi Dariel dan memeluknya.

"Kakak happy birthday." Serena tampak manis dengan dres putihnya.

"Makasih adik kakak yang paling cantik, ini buat Rena..." Dariel memeluk Serena dalam dekapannya dan memberikan potongan kue untuknya.

"ini buat om sama Tante yang udah baik nerima Dariel. Makasih.."

"Happy birthday Dariel.." Jesica memeluk calon menantunya itu begitupun Kenan.

"Buat Ara engga nih?" Goda Gio membuat teman-temannya bersorak riuh.

"Engga, nanti aja.."

"Wah Bu kasih SP bu..." Canda sonya disambut tawa Kenan sementara Dariel masih sibuk memotong kue dan membagikannya kepada teman-temannya.

"Ayo-ayo makan dulu yuk.." Tante Vani membuat mereka berjalan kearah meja makan yang sudah siap dengan hidangan yang terlihat cukup lezat.

"Makasih sayang.." Dariel yang berjalan paling belakang diam-diam meraih tangan Ara dan menciumnya.

****To be continue


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C169
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen