App herunterladen
23.8% I don't know you, but I Married you / Chapter 124: Jahil

Kapitel 124: Jahil

"Sayang kalo Daddy suruh kakak putus sama Dariel, kakak nurut ga?" Kenan membuat Ara terkejut bukan main sementara Jesica yang baru datang langsung duduk disamping Kenan. Ara masih diem belum menjawab sambil menundukkan kepalanya.

"Nurut ga sama Daddy?"

"Daddy ga suka aku pacaran sama Dariel? Daddy ga suka gara-gara keluarga dia?"

"Coba sekarang mommy tanya, kakak suka Dariel kenapa?"

"Dia cowok pertama yang cuekin aku mom makannya aku suka."

"Itu aja?"

"Dari dulu tipe cowok aku tuh yang kaya Daddy. Aku kadang suka perhatiin gimana perlakuan Daddy ke mommy. Aku tuh pingin punya suami kaya gitu juga dan dari semua cowok yang deket sama aku cuman Dariel yang mirip dan yang paling aku tambah sayang sama dia, Daddy sama mommy kan tahu dia masih nerima aku padahal aku udah jahat sama dia." Ara menjelaskan dengan nada sedih.

"Aku tahu dad kalo soal keluarga dia ga punya soal kekayaan apalagi, dia bisa beli rumah mobil aja usaha dia sendiri tapi apa aku salah sayang sama cowok yang kaya gitu?. Dariel tuh selalu ga PD buat ketemu sama Daddy karena dia ngerasa minder dengan status dia, keluarga dia, kehidupan dia bahkan di awal-awal pacaran kita selalu berantem soal ini. Aku juga takut kalo Daddy, mommy sama keluarga yang lainnya ga nerima Dariel. Dariel bukan dari orang kaya, bukan anak pejabat atau anak pengusaha, bapaknya aja dia ga tahu siapa. Kita pacaran diem-diem bukan keinginan kita juga dad, Aku cuman ngehargain perasaan Dariel aja karena dia juga khawatir sama status aku dikantor kalo kita ngaku pacaran. Ini bukan salah Dariel, dia juga pasti ga mau hidup kaya gitu." Ara bercerita panjang lebar lalu Jesica dan Kenan saling menatap.

"Coba duduknya sini, jangan jauh-jauh gitu.." Kenan menyuruh dia pindah untuk duduk ditengah-tengah diantara dirinya dan Jesica.

"Daddy ga minta kamu jelasin ini itu, Daddy cuman minta jawaban , Daddy tanya ya sekali lagi sayang...kalo kira-kira Daddy ga setuju terus Daddy suruh kamu putus sama Dariel kamu nurut ga?" Kenan sambil mengusap lembut rambut Ara.

"Hm.." Ara menampakkan wajah sedihnya dan ragu untuk menjawab.

"Iya aku nurut."

"Kenapa?"

"Dariel pernah bilang dia ga mau bikin hubungan keluarga aku jadi rusak cuman gara-gara dia. Jadi ga ada bedanya, aku tetep sama dia pun dia bakalan nekat tinggalin aku tapi kesannya aku jahat banget nanti, udah selingkuhin dia terus sekarang mutusin dia gitu aja."

"Coba liat Daddy sayang.." Kenan menarik wajah anaknya.

"Nanti kita jelasin sama-sama ke opa Ryan, dia yang suka cerewet soal ginian. Daddy baru bilang suruh putus aja kakak sedihnya udah gini, mana tega sih Daddy bikin kakak sedih. Besok-besok pacarannya dirumah aja ya sayang." Kenan membuat Ara senang kali ini.

"Ih Daddy nyebelin.." Ara memukul lengan Kenan membuat Jesica tertawa. Dia sudah tahu kalo sejak di restoran tadi Kenan hanya mempermainkan Dariel dan Ara saja makannya dia tak banyak berkomentar.

"Ih ngambek terus daritadi, cuman gara-gara Dariel kakak tega marah sama Daddy."

"Iya maaf, makasih Daddy.." Ara kini memeluk ayahnya.

"Kamukan anak perempuan satu-satunya jadi wajarlah kak kalo Daddy nanya-nanya gitu sama cowoknya." Jesica sambil mengusap lembut rambut Ara.

"Mommy juga udah sekongkol ya sama Daddy?"

"Soalnya kalo Daddy bercanda tuh aneh-aneh jadi mommy biarin aja.."

"Mommy ga nyuruh aku putuskan?"

"Engga sayang, kamu nangis-nangisnya udah gimana Dariel ninggalin kamu, jangan kecewain Dariel lagi.."

"Iya mom, makasih.." Kini giliran Ara memeluk ibunya.

***

Hari ini untuk pertama kalinya Dariel menginjakkan kaki dirumah Ara. Dia tampak membawa sesuatu ditangannya.

"Akhirnya datang juga, aku tungguin." Ara langsung menyambut Dariel di depan pintu dengan sebuah pelukan.

"Maaf tadi pulang kantor ngobrol bentar sama Sandi terus beli ini dulu." Dariel mengangkat martabak Adamas yang terkenal.

"Padahal kamu ga usah bawa apa-apa."

"Ga enaklah masa mau berkunjung ga bawa apa-apa."

"Ya udah ayo masuk." Ara melepaskan pelukannya.

"Mom, Dad, Dariel udah datang nih.."

"Malem om, Tante.."

"Malem, Sini duduk Riel.." Kenan menyuruh Dariel bergabung dengannya sementara Ara menuju dapur untuk menyiapkan minuman dan memindahkan martabaknya ke piring.

"Tadi Dariel bawa ini Dad.."

"Wah pas nih lagi dingin-dingin, makasih Riel.."

"Iya sama-sama om.."

"Tahan juga Dariel digoda-godain dikantor padahal uncle-nya suka jodohin Ara sama orang lain."

"Ah Daddy juga gitu, jodoh-jodohin aku sama Dir..ga." Ara ragu untuk berbicara sambil melirik ke arah Dariel sementara orang tuanya langsung menyadari situasi yang kurang menyenangkan.

"Dariel maafin Ara ya, Ara mungkin khilaf dia pasti ga maksud gitu. Dia sampe nangis-nangis tuh waktu itu ceritain Dariel sama Tante." Jesica membuka pembicaraan karena bagaimanapun dia harus membahasnya daripada pura-pura tidak tahu.

"Iya Tante Dariel udah maafin."

"Tuh..untung Darielnya baik kak, tenang Dariel nanti om pantau nih anak." Canda Kenan udah mencairkan situasi sementara Ara yang duduk disamping Dariel sedikit menyentuh tangan Dariel.

"Mau pegangan ya pegangan aja Kak, udah ketahuan ini." Canda Kenan.

"Ih..Daddy berisik, Kita keatas yuk Riel, sebel digangguin." Ara menarik tangan Dariel

"Nah gitu dong pacarannya dirumah aja jadi Daddy bisa liat."

"Om, Tante Dariel ke atas dulu."

"Iya Riel kalo ada apa-apa teriak aja, Ara suka galak." Canda Kenan lagi membuat Ara sedikit tertawa kecil.

"Kenapa ga dibawah aja sih?ga enakkan."

"Males ah, Daddy godain terus."

"Jadi gimana?kemarin di telepon kamu jelasinnya ga jelas."

"Daddy sama mommy ga papa kok, mereka cuman khawatir soal Opa Ryan tapi kamu ga usah khawatir aku yakin opa juga ngerti."

"Iya.." Dariel sambil tersenyum.

"Aku seneng kamu main kesini, lega juga karena sekarang Daddy tahu jadi ga usah sembunyi-sembunyi."

"Matanya masih sakit sayang?" Dariel menyentuh bagian mata Ara dengan lembut.

"Engga kok.."

"Kak Dariel.." Teriak Jay saat keluar kamarnya.

"Duh pengganggu..." Gerutu Ara saat Jay menghampiri mereka.

"Akhirnya kakak main kerumah, kita kebawah yuk aku tunjukkin halaman aku."

"Ih..apaan sih Jay, kak Dariel kan lagi ngobrol sama kakak." Ara protes namun Jay masih sinis.

"Jay..kak Dariel boleh ngomong bentar?"

"Apa?"

"Masih marah sama kak Ara?"

"Kak Ara kan jahat kak, dia selingkuh sama Kak Dirga dibelakang kakak harusnya kak Dariel ga nerima dia lagi, Waktu itu kak Dariel bilang engga juga bakalan balikan pacaran sama kak Ara."

"Kamu ngomong gitu Riel?" Ara penasaran dengan ucapan Jay tadi.

****To be continue


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C124
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen