WARNING!!Dalam cerita ini megandung muatan dewasa harap kebijaksanaan pembaca.
"Oh ada, Masuk Kay bentar om panggilin anaknya." Arbi tanpa bertanya lebih banyak langsung memanggilkan Kiran yang sedang berada dikamarnya.m dan tak lama terdengar suara langkah kaki Kiran.
"Kay?kok ga ngasih tahu?"
"Iya, biar surprise.."
"Apaan sih."
"Kamu habis nangis?" Kay melihat ada sesuatu yang berbeda dari mata Kiran. Dia mendekati Kiran mengusap sedikit ujung matanya yang masih menyisakan air mata dan membiarkan tangannya menyentuh halus pipi Ran.
"Engga, aku kelilipan aja."
"Jangan nangis lagi, mommy aku udah setuju kok."
"Hm?"
"Aku udah ngobrol sama mommy, kata mommy dia sama Tante Marsha baik-baik aja jadi kita ga usah khawatir."
"Bener?"
"Bener makannya aku cepet-cepet kesini takut ada cowok lain yang tiba-tiba ngambil kesempatan dalam kesempitan." Perkataan Kay disambut tawa oleh Kiran.
"Ishh..lagi seurius juga."
"Udah jangan sedih lagi segitunya kamu sayang sama aku?" Kay bercanda lagi.
"Udah ah sana pulang.." Kiran mendorong Kay sementara Kay menahannya dengan meletakkan kedua tangannya di lengan Kiran.
"Ih kok diusir sih?"
"Godain mulu."
"Ya namanya juga ngehibur."
"Bukan ngehibur bikin geli dengernya."
"Sini jangan jauh-jauh gitu." Kay menarik pelan badan Kiran dengan kedua tangannya lalu tak perlu menunggu persetujuan Kiran, Kay mencium bibirnya. Menciumnya seperti yang dia inginkan. Kiran tak menolak bahkan Semarang dia meletakkan kedua tangannya di pinggang Kay melingkarkannya disana. Matanya masih terpejam menikmati sentuhan bibir Kay. Kalau soal ini Kay memang sudah ahlinya sementara tangannya mulai menyusuri bahu Kiran agar lebih mendekat.
"Kay.." Kiran menjauhkan bibirnya sejenak.
"Hm.."
"Jangan lama-lama nanti bunda atau ayah datang lagi." Kiran berbisik pelan dengan bibir yang sudah bengkak akibat ciuman Kay.
"Tapi aku suka bibir kamu, bentar lagi ya.." Kay memberikan ciuman panjang lagi untuk Kiran sementara kekasihnya itu entah kenapa tak bisa menjauh juga dari Kay.
"Kita jangan putus lagi ya.." Kay menjauhkan wajahnya kali ini lalu beralih ke bunga yang dia bawa.
"Aku tadi mau ngasih ini tapi sedikit basah dan rontok." Kay mengambil bunga dan memberikannya pada Kiran.
"Bawa motor ya?"
"Iya, supaya cepet."
"Makasih." Kiran memeluk Kay kali ini.
***
Jay mencari buku-buku yang dia perlukan ditemani ibu dan ayahnya sementara Jesica tampak sibuk mencari buku masakan dan buku mengenai anak. Saat akan mengambil buku disebuah rak matanya langsung terpaku menatap wanita yang ada didepannya yang juga akan mengambil buku itu.
"Tiara?"
"Eh Jay.."
"Kamu lagi disini?"
"Iya dari kemarin Jay."
"Kamu sama siapa?"
"Daddy sama mommy, Kamu?"
"Hm...sama kak Dirga." Jay seolah selalu patah hati setiap kali Tiara menyebut nama lelaki itu namun dia hanya tersenyum.
"Sayang, aku beli ini aja. Kamu udah ketemu bukunya?" Dirga tahu-tahu sudah ada disamping Tiara dengan satu tangan langsung merangkul bahu kekasihnya itu.
"Udah, ini ada Jay Kak.."
"Eh Jay, ga sangka ketemu lagi kemarin kakak baru ketemu kak Ara."
"Iya kakak cerita."
"Ya udah aku bayar dulu kamu mau ngobrol dulu?" Dirga dengan suara ceria sementara Jay hanya memperhatikan adegan itu.
"Iya nanti aku nyusul."
"Kak Dirga suka buku juga?"
"Dia lagi usaha gitu jadi banyak belajar dari buku sama praktek."
"Oh..bagus dong.."
"Kamu beli buku apa?"
"Aku palingan buku pelajaran aja, latihan soal-soal supaya bisa lulus tes universitas di Jogja nanti." Jay mengingatkan Tiara bahwa Jay melakukan itu agar mereka tak usah pacaran jarak jauh tapi hubungan mereka malah berakhir begitu saja.
"Kenapa ga coba ditempat lain?"
"Iya nanti aku coba."
"Ya udah, aku duluan ya Jay."
"Iya, hati-hati." Jay melihat kemana Tiara pergi. Dia tampak menghampiri Dirga yang sudah selesai membayar di meja kasir. Mereka tampak tertawa bahkan Dirga tak segan merangkul Tiara. Hal yang tak pernah Jay lakukan saat bersama Tiara. Dia takut Tiara kurang nyaman dengan perlakuan seperti itu.
"Jay..udah ketemu bukunya?"
"Udah mom.."
"Ya udah ayo cari Daddy terus bayar." Jesica menarik anaknya.
"Mom..tadi.."
"Kenapa Jay?"
"Engga, ga jadi."
"Apa coba?"
"Engga, aku lupa." Jay tak jadi memberitahu ibunya jika dia bertemu dengan Tiara tadi takut ibunya itu khawatir tentang hubungannya. Selama ini orang tuanya masih terlihat khawatir ketika Jay bertemu lagi dengan Tiara padahal Jay sendiri sudah bisa mengatasi emosinya.
"Kok makanannya ga dimakan sayang?ga enak?"Tanya Jesica melihat Jay masih saja diam padahal makanan yang ada didepannya terlihat lezat. Jay masih memikirkan kemesraan Tiara dengan Dirga tadi.
"Ini aku makan kok mom.." Jay langsung melahap makanannya ke dalam mulut.
"Maaf lama...macet.." Kay yang baru datang langsung duduk dan melihat makanan sudah tersaju di depannya.
"Cuci tangan dulu Kay.."
"Iya mommy, mau tahu aja nih makanan kesukaan aku." Kay pergi menuju wastafel sebentar.
"Jarang-jarang nih kita makan sama si kembar."
"Kenapa Ran ga diajak?'
"Lagi ada kelas mom."
"Ran itu baik ya Kay?" Jay memberi komentar.
"Iya baik.."
"Apa pernah dia bilang mau putus?" Perkataan Jay membuat Kenan dan Jesica saling melirik.
"Pernah, waktu ada masalah kemarin."
"Tapi kalian balikan lagikan? kalo Ran kayanya sayang juga sama Kay, kalo...." Jay tak melanjutkan kata-katanya.
"Sayang kamu ga papa?Kamu liat apa sih tadi di Gramedia?kok jadi gini?" Jesica kini melihat Jay yang tertunduk.
"Aku ga papa kok mom, aku cuman lagi mikir aja kok kalo cintanya Kay kaya yang gampang dan menyenangkan kalo aku kenapa gini?"
"Jay...itukan keliatannya aja, aku juga pernah ngalamin kaya kamu cuman bedanya aku tuh tipe yang ga pernah dipikirin banget, happy-happy aja. Kalo kamu kan segala dipikirin. Jangan kaya gitu Jay nanti cepet tua kaya Daddy." Kay menjelaskan sambil bercanda sementara Kenan yang diledek hanya senyum-senyum.
"Aku juga pingin kaya kamu tapi aku ga tahu caranya."
"Ya seneng-senenglah, jangan dikit-dikit mikirin Tiara atau apalah. Cari kegiatan kek Jay padahalkan kamu sibuk banget seharian. Olahragalah, latihan boxinglah, urusin tanaman kamulah belum kuliah harusnya kamu ga usah mikirin yang sedih-sedih atau ikutan komunitas apa kek."
"Iya makasih Kay.."
"Nah gitu dong ngobrol, jangan ada masalah aja baru ngobrol. Kalian kan kembar Daddy ga suka ya kalo kalian ga akrab apalagi musuhan."
"Kita ga musuhan kok Dad.."
"Iya Daddy tahu Jay tapikan kalian jarang-jarang main bareng. Daddy sengaja tuh beliin Playstation supaya bisa ngumpul bareng gitu."
"Daddy emang paling the best."
"The best tapi ngatain Daddy tua, nanti rasain kalo udah tua." Canda Kenan membuat Jay tertawa.
"Ayo kita foto, panas-panasin kakak.." Kay jahil segera mengambil foto untuk dikirimkan pada Ara.
***To be continue