Jay dan Ara menunggu di rumah dengan gelisah. Jay sendiri tak tahu apa yang terjadi, dia hanya mengatakan jika orang tuanya ke kantor polisi pada Ara. Tidak lama suara mobil masuk terdengar dan beberapa menit kemudian Kay masuk dengan bantuan Jesica yang langsung disambut Jay untuk ikut membantu Kay berjalan. Wajah Kenan saat masuk tampak kesal bahkan Ara bisa lihat tak ada wajah ramah Kenan disana.
"Dudukin disitu." Jesica memberi instruksi pada Jay.
"Mommy bikinin susu dulu."
"Kay...Kay..." Ara mencoba menepuk pipi adiknya itu. Dia mencium aroma yang kurang menyenangkan dari mulut Kay.
"Kay kenapa sih Jay?"
"Ini pasti alkohol Kak." Jay mengeluarkan pengetahuannya. Kenan tampak duduk dengan wajah tegang.
"Nih minum dulu." Jesica memberikan segelas susu pada anaknya. Tidak lama Kay muntah-muntah tak karuan.
"Berdiri kamu!" Kenan dengan suara kerasnya.
"Mas.."
"Kita lihat kay, dari tadi kamu bilang kamu ga mabok coba berdiri sendiri!" Kenan tetap bersikeras dengan keinginan.
"Aku bener-bener ga mabok dad.." Kay mencoba bersuara dengan sisa tenaganya.
"Berdiri aja kamu susah!!masih ga ngaku lagi!!" Kenan membuat Ara dan Jay diam. Mereka tak pernah melihat Kenan semarah ini.
"Mas kondisi dia lagi ga sadar, besok lagi aja ajak bicaranya."
"Sini Mas bikin sadar!!" Kenan mulai melangkah menghampiri anaknya tapi Jesica langsung menghalanginya.
"Mas...tenang oke." Jesica membujuk lagi sementara Kenan langsung pergi tanpa berkata-kata lagi mungkin dia kehabisan kata untuk memarahi anaknya.
"Jay sama kakak bawa Kay ke kamar ya, mommy beres-beres dulu. "
"Iya mom." Jay menurut dan membawa Kay bersama Ara. Jesica membersihkan sisa muntahan Kay yang sudah berserakan di atas karpet.
"Kenapa sih mom sama Kay?"
"Udah kamu tidur aja ya udah malem sayang." Jesica tak mau bercerita banyak dan segera mengelap lantai dengan cepat. Setelah selesai dia masuk kamar dan melihat Kenan sedang duduk di luar balkon. Sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik.
"Kok diluar Mas, udah malem ini." Jesica duduk di bahu kursi dimana Kenan duduk.
"Iya pingin udara seger aja, kamu tidur duluan aja." Kenan dengan nada juteknya. Jesica tahu ini bukan saat yang tepat untuk berbicara dengan suaminya jadi ia memilih meninggalkan Kenan dan pergi tidur sendirian. Kenan tak bisa tidur malam ini memikirkan kelakuan anaknya. Dia tak habis pikir bagaimana bisa Kay mabuk-mabukan dengan dua orang wanita. Apalagi dalam cerita yang dia dengar tadi salah satu wanita sudah dalam keadaan telanjang bulat ditambah ditemukannya alat hisap habis pakai yang berarti itu berkaitan dengan narkoba. Bagaimana bisa Kenan berpikir jernih bahwa tak ada yang terjadi disana. Apa yang salah dengannya?Kenan tak pernah mengajarkan anak-anaknya seperti itu bahkan untuk menyentuh rokok pun Kenan tak pernah mengijinkannya. Apa dengan memberi kebebasan pada Kay membuat dia merasa bisa melakukan hal apapun padahal tujuan Kenan bukan itu. Dia hanya ingin anak-anaknya tidak merasa terkekang dan bertanggung jawab atas kepercayaan yang dia berikan. Kenan kini berjalan masuk lalu menutup rapat jendelanya dan menarik gorden agar tak ada cahaya yang masuk. Dia membuka kancing bajunya membiarkan dada telanjangnya terbuka lebar lalu masuk kedalam selimut. Matanya tak bisa terpejam, tidurnya gelisah dia terus membulakbalikkan badannya sendiri.
"Mas..ga bisa tidur?"
"Hm..." Kenan dengan singkat dan tetap memunggungi istrinya.
"Mas pasti Kay punya penjelasan, kita tunggu aja besok sampai dia sadar."
"Mas tuh kaya gagal tahu ga ngurus anak. Kaget Mas dengernya." Kenan dengan suara sedih lalu membenarkan badannya agar lurus. Sebelah tangannya dia gunakan sebagai bantalan kepalanya sendiri.
"Mas tuh ga pernah ngajarin dia gitu, ga pernah Mas kenalin dia sama minum-minuman haram gitu. Kayanya Mas kurang perhatian sampe ga tahu Kay kelakuannya gitu. Mas ga pernah percaya sama Ara kalo dia ngasih tahu Kay sering bolos, main cewek. atau apapun sampe Mas liat dengan mata Mas sendiri sekarang."
"Engga Mas, Mas tuh udah jadi ayah yang baik kok menurut aku."
"Kalo Mas jadi ayah yang baik ga mungkin Kay kaya gini, ga mungkin Kay jadi ancur kini. Ini pasti gara-gara Mas. Mas ngerti sekarang kenapa Ayah dulu sering marahin Mas."
"Jangan nyalahin diri sendiri Mas, aku juga salah biarin anak-anak sebebas itu."
"Mas ga tau harus gimana sekarang." Kenan menghela nafasnya berat.
"Mas harus tenang, jangan pake emosi gitu nanti nyesel."
"Habis Mas kesel."
"Iya Mas, aku juga kesel kok tapi coba deh kasih kesempatan dia buat ngejelasin. Inget ga dulu Mas pernah bilang ke aku, Mas minta aku rubah sikap aku yang ga mau denger penjelasan orang kalo marah ternyata itu ada manfaatnya kan, kita jadi ga salah paham lagi kalo ada apa-apa. Ya mudah-mudahan aja ini cuman salah paham juga."
"Makasih." Kenan menghadapkan wajahnya sebentar ke arah Jesica lalu mencium keningnya.
"Disaat Mas marah kamu engga ikutan kepancing, kamu emang udah berubah keliatan keibuannya. Anak-anak pasti takut tadi untung ada kamu."
"Ara sama Jay aja sampe ga berani natap Mas."
"Baguslah, mereka emang harus punya rasa takut sama ayahnya lagian Mas ga pernah marah juga baru tadi doang."
"Buat aku Mas udah jadi Daddy yang hebat kok." Jesica
kini sedikit menopang badannya diatas dada Kenan. Mengusap halus rambut Kenan yang berantakan lalu
tanpa ragu mencium bibir Kenan membuatnya otomatis meletakkan tangan di pinggul Jesica yang kini benar-benar menaiki badannya.
"Kamu curang, kamu punya cara lain supaya Mas ga kesel sama anak-anak." Kenan protes saat melepaskan ciuman hangatnya.
"Bukan, ini tuh cara buat nyenengin Mas." Jesica kembali mencium bibir suaminya dan kali ini jelas ada hal lain yang dia lakukan untuk membuat Kenan lupa dengan kemarahannya tadi. Ya mereka bercinta. Mungkin dengan bercinta Kenan jauh lebih tenang.
***
Kenan duduk dengan Jesica menghadap anaknya yang kini tertunduk tak berani menatap kedua orang tuanya. Jay memilih berada di kamarnya sementara Ara diam-diam mengintip dari atas.
"Masih sakit kepalanya?" Jesica mulai membuka pembicaraan.
"Dikit mom."
"Kay...coba jelasin yang sejujurnya apa yang terjadi, kalo kamu sampe bohong daddy ga kasih ampun."
"Iya Dad.."
"Pelan-pelan aja Kay." Jesica menenangkan.
"Aku kemarin pergi sama Sachi.."
"Sachi itu siapa?"
"Temen aku Dad."
"Aku pergi sama dia, awalnya kita cuman belanja aja terus dia minta anter aku buat temuin temennya Wida di hotel dan aku anterin. Sesampainya disana ga ada yang aneh kita ngobrol-ngobrol biasa aja sampe Wida ngasih aku minum. Gelas itu isinya air putih tapi pas udah aku minum aku sedikit ngantuk, untung aku ga habisin aku cuman minum dikit. Udah gitu aku disodorin gelas lagi aku bilang aku ga mau tapi mereka maksa terus dan langsung nyodor-nyodorin ke mulut aku sampe minumannya masuk. Aku berani sumpah aku ga mabok dad, mereka yang suruh." Kay kali ini berani menatap ayahnya.
"Aku masih bangun waktu itu cuman emang aku lemes ga bisa ngapa-ngapain pandangan aku juga samar-samar tapi aku masih bisa denger mereka ngomong apa. Wida bilang suruh Sachi buka baju dan beneran emang dia buka baju sampe bener-bener telanjang, udah gitu Sachi buka baju aku dan Wida bilang dia mau rekam tapi tiba-tiba ada yang ketuk pintu dan mereka panik. Dari situ aku ga terlalu sadar Dad sampe ada suara cowok ribut-ribut." Kay mengakhiri penjelasannya sementara Kenan dan Jesica belum memberi komentar.
****To be Continue
Jangan lupa leave comment and vote nya ya :)