WARNING!!!Dalam cerita ini mengandung banyak muatan dewasa harap kebijaksanaan pembaca.
"Ahh...hmnm..." Kenan mendesak tak karuan saat merasakan sesuatu yang hangat menyentuh miliknya. Jesica sudah ada dibawahnya sekarang sedang melakukan apa yang diminta Kenan sebelumnya. Kepalanya terlihat naik turun sementara Kenan melebarkan dua kakinya.
"Iyah...gituhh sayang..." Kenan sesekali melihat ke arah Jesica yang masih malu untuk melakukan hal ini. Ini adalah sesuatu yang jarang dia lakukan selama bercinta dengan Kenan terakhir dia melakukannya saat mereka berada di Jogja.
"Mas udah..." Jesica merengek karena mulutnya pegal.
"Iya iya.." Kenan lalu mencium bibir Jesica dan mulai menyuruhnya berbaring diatas sofa. Kenan tak langsung menancapkan kejantannya. Wajahnya kemudian turun kebawah dan menikmati area sensisitive Jesica yang selama ini sudah lama tak dia sentuh.
"Ahhhm.....hmmm....Ahm....." Kini giliran suara Jesica terdengar diudara begitu menggoda dan bergelora. Tangannya terlihat meremas bahu kursi yang menjadi bantalan kepalanya sementara tangan satunya lagi meremas rambut Kenan yang berada dibawahnya. Kakinya kini dia naikan ke bahu Kenan dan di biarkan memanjang diatas punggung sang suami.
"Mashh...ah...pelan-pelan." Jesica tak kuat menahan sensasi yang dia terima saat ini. Tidak lama Kenan sedikit bangkit dan mengambil kondom yang tadi dia bawa namun belum juga terbuka suara tangis Ara terdengar membuat Jesica langsung melihat ke arah bayinya. Jesica mencari kimono tidurnya.
"Mas nanti lagi ya.."
"Tapi ka, Mas udah tegang nih tanggung sayang.."
"Mas Ara nangis masa mau suruh dia nunggu."
"Tapi sayang.."
"Nanti ya Mas.." Jesica segera beranjak naik ketempat tidurnya lalu dengan mudah menyusui Ara karena tadi dia sudah telanjang bulat. Kenan yang kesal segera melempar kondom yang ada ditangannya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengatasi juniornya yang sudah menegang.
***
Jesica POV
Mood Kenan sepertinya hari ini buruk dari tadi dia belum berbicara dia hanya diam saat kami sarapan belum lagi cara bericaranya juga terdengar aneh dan meskipun sesekali tersenyum aku merasakan ada sesuatu yang tak biasa dari dia. Saat pergi ke kantor pun ketika dia menciumku ada sesuatu yang salah, itu tak seromantis biasanya dan rasanya berbeda. Apa ini karena tadi malam ya?. Kemarin malam sehabjs menyusui Ara aku malah tertidur sementara Kenan entahlah pergi kemana. Aku jadi ga enak.
- Halo
- La anter gw belanja.
- Kapan?
- Siang ini yuk, ntar gw ajak katerin sama Dena.
Aku langsung menelpon Lala dan setelah itu menghubungi Dena dan katerin juga. Kami sepakat untuk janjian disebuah pusat perbelanjaan. Aku menyiapkan segala keperluan Ara dan menyuruh pak kahar untuk memanaskan mobilku. Sebelum aku pergi aku menelpon Kenan dulu untuk meminta ijin.
- Halo
- Mas aku jalan-jalan ya sama Ara.
- Kemana?
Suara jutek Kenan terdengar dan jelas itu nada yang tak aku suka.
- Ke mall.
Aku terbawa suasana karena jawaban Kenan tadi membuat aku ikut kesal juga.
- Sama siapa?
- Sama temen-temen aku.
- Ya udah.
- Aku anterin makan siang Mas sekalian ke kantor.
- Iya.
Kenan lagi-lagi singkat membuat aku langsung menutup teleponnya. Ish...kenapa sih dia harus sekesal itu?dia pikir aku yang pingin gitu?aku menarik nafas dan kembali mempersiapkan diri sementara Ara masih di gendong oleh bi Suci.
"Bi jaga rumah ya kalo ada ada apa-apa telpon."
"Iya non." Bi suci memberikan Ara padaku.
"Aku pergi dulu ya bi." Aku lalu berjalan kedepan. Mobilku sudah siap diluar. Pak Kahar langsung membantuku memasukkan stroller. Aku memberitahunya kemana kita akan pergi. Ara cukup baik karena selama perjalanan dia tak rewel sama sekali membuatku senang karena ini pertama kalinya aku keluar hanya berdua dengannya.
"Ka..." Panggil seseorang saat aku sedang mencari-cari temanku.
"Kat...akhirnya gw bisa liat anak lu juga."
"Lagi tidur nih." Katerina tampak menggendong anaknya.
"Ara malah ga mau tidur." Aku mengarahkan pandanganku pada Ara yang tampang tenang di dalam stroler.
"Lu dianter siapa?"
"Supir."
"Lu punya supir juga sekarang?"
"Engga sih, orang yang suka bantu-bantu dirumah aja kebetulan bisa nyetir."
"Gw nunggu Lala nih."
"Emang Dena udah datang?"
"Udah, lagi ke toilet. Mau belanja apaan lu?"
"Shopping apa aja, baju anak gw."
"Ah...keponaknan tante yang cantik..." Dena tiba-tiba berlari dan langsung berjongkok untuk melihat Ara.
"Awas dia nanti takut lagi." Ledekku sambil tertawa melihat tingkah Dena.
"Apaan sih mana ada dia takut sama orang cantik gini."
"Tuh Lala.." Katerina menunjuk ke arah Lala yang sedang berjalan dengan anaknya Dirga.
"Ih lucu banget Dirga udah bisa jalan." Katerin senyum-senyum melihat betapa lucunya cara jalan Dirga.
"Duh gw gaul sama ibu-ibu." Dena meledek kami yang membawa anak sementara Lala mulai menciumi aku dan Katerina secara bergantian.
"Ya udah yuk liat-liat kesana." Ajak aku tak tahan ingin belanja. Kami mengelilingi toko yang ada di mall itu dan tak jarang kamu masuk hanya untuk sekedar melihat-lihat atau bahkan membeli. Banyak sekali baju untuk Ara yang lucu membuatku kalap untuk tak membelinya saking banyaknya belanjaanku Dena membantu membawakannya.
"Makasih Dena sayang udah bantuin bawain, terserah deh lu mau makan apa gw yang bayar."
"Bener?gw borong nih kalo perlu."
"Iya terserah.."
"Asyik.." Dena sumringah dan langsung melihat menu.
"Lagian tumben lu belanja banyak banget."
"Iya La, sekalian belanja baju suami, baju gw baju Ara."
"Lu persiapan nikah udah sampe mana Na?"
"Udah aman pokoknya semuanya, nyokap emang paling juara ngurusin yang beginian."
"Kapan Abang lu kesini?"
"Ketemu lagi pas mau akad Kat.."
"Lagian bukannya lu di pingit."
"Males ah, bosen.."
"Eh lu ga boleh gitu, besok-besok jangan keluar."
"Bukan gw ya mau La, Sica noh yang ngajak."
"Kok nyalahin gw, lu aja yang mau." Aku sambil meraih ponselku karena sedaritadi berbunyi.
- Halo Mas.
- Dimana?.
- Masih di mall.
- Nanti Mas jemput, sekalian aja kerumah mamah Mas pulang dulu bawa barang-barangnya."
- Aku belanja banyak loh Mas.
- Ga papa, simpen aja dimobil.
- Iya Mas.
- Mas otw, Mas tunggu di lobi aja.
- Mas ga akan makan dulu?
- Engga.
- Ya udah hati-hati.
Aku lagi-lagi dibuat kesal oleh nada bicara kenan hari ini. Kenapa sih dia?Aku tahu kemarin itu hampir dan udah tanggung juga tapi masa iya aku biarin Ara nangis. Aku harus gimana nih? Ga biasanya Kenan semarah ini dan karena hal ini pula.
To be Continue *****