Akhirnya Jesica, Kenan dan Dena sampai di Jogja dan sesampainya disana benar saja Fahri yang menyambut kedatangan mereka. Sesuai dugaan Dena hubungan Fahri dan dirinya tampak canggung sementara Jesica dan Kenan asyik bermesraan seolah ini adalah honeymoon kedua mereka atau tepatnya honeymoon pertama mereka sebagai suami istri sungguhan.
"Kalian mau langsung istirahat?" Tanya Fahri sambil membantu mendorong koper menuju lift hotel.
"Iya, tapi nanti malem Sica pingin ke alun-alun."
"Ya udah nanti gw anterin."
"Oke, kalo besok ga usah repot-repot gw udah nyuruh orang kantor nganterin mobil."
"Sip."
"Makasih udah dijemput Ri."
"Iya sama-sama Ken, ya udah gw pamit dulu ntar malem gw jemput."
"Iya hati-hati." Kenan melihat Fahri berlalu sementara Dena masih terdiam.
"Na duluan.." Fahri menyapa Dena namun hanya dibalasnan dengnan senyuman manis Dena.
"Lu jangan cuekin gitu." Jesica langsung mengomel saat masuk lift.
"Gw bingung harus gimana Ka."
"Ya lu ngomong apa kek." Omel Jesica lagi.
"Gw dihotel aja nanti."
"Eh engga-engga lu ikut pokoknya." Jesica langsung melangkah ketika pintu lift terbuka.
"Gw bingung ka..."
"Udah ngobrol biasa aja dulu, dia kayanya nyari moment supaya kalian bisa ngobrol."
"Ka...ke kamar gw bentar yuk."
"Gw pingin mandi dulu na ntar deh ya, pokoknya malem ini lu dandan aja yang cantik."
"Apaan sih.."
"Udah ya gw masuk dulu kalo ada apa-apa telepon." Jesica lalu masuk kedalam kamarnya menyusul Kenan yang sudah duluan.
"Kenapa Dena?"
"Gitulah canggung sama Fahri katanya."
"Mas.." Jesica panggil lagi Kenan yang sedang sibuk membuka koper.
"Hem.."
"Mas udah tahu katerin hamil?" Jesica membuat Kenan berhenti merapikan bajunya dan segera beranjak mendekati istrinya.
"Udah, Mas udah tahu." Kenan sudah berada disamping Jesica yang tampak murung.
"Jangan sedih gitu dong. Udah kasih selamat?dia kan sahabat kamu. " Kenan memeluk Jesica dari pinggir.
"Mungkin...rejekinya Katerin sama Alex emang cepet sayang. Kamu harusnya seneng."
"Aku udah kasih selamat kok, aku juga seneng walaupun aku yakin katerin ga enak ngasih taunya."
"Ya udah gapapa, sekarang udah biasa aja kan?"
"Iya, Makasih Mas udah selalu support aku."
"Iya sama-sama sayang, jangan sedih ya kan mau liburan kesini." Kenan mencium pipi Jesica sementara dia hanya mengangguk.
"Sini Mas peluk." Kenan membuat pelukan senyaman mungkin membuat Jesica yang tadi diam malah menangis di dada bidangnya. Melihat istrinya seperti itu Kenan hanya bisa mengusap rambut panjang Jesica.
"Nanti juga kamu kebiasa, udah ga papa ga usah nangis sayang." Bujuk Kenan dan suara tangisan mulai mereda diganti oleh suara dering ponsel. Sambil tetap memeluk Kenan mengangkat panggilan itu.
- Halo.
- Pak ini ada kontrak yang harus bapak tanda tangani.
- Sya saya lagi cuti simpen aja dulu.
- Tapi Ini urgent pak.
- Bisa minta tolong pak Riko aja.
Kenan mulai tak nyaman karena Jesica yang sudah tenang kini menciuminya dari pipi sampai lehernya belum lagi tangan Jesica juga sudah meremas area sensitiv nya dibawah sana.
- Oh iya pak, lalu ada orang yang cari bapak tadi.
- Hm....Sya pokoknya...em kamu catet dulu aja dan bilangin saya lagi cuti sampe 2 Minggu kedepan. Saya ga mau diganggu dulu ya. Kalo ada apa-apa koordinasi sama pak Riko atau pak Dikta aja ya.
Kenan sambil menahan erangan bibirnya sendiri dari kenikmatan yang sedang dibuat istrinya.
- Tapi saya nunggu keputusan bapak, Bapak kan atasan saya.
- Untuk sementara tolong ya sya. Saya ga mau lagi ada telepon tentang kerjaan. Terima kasih.
Kenan langsung menutup teleponnya.
"Sayang... Mas kan lagi telepon." Kenan melihat kearah Jesica.
"Sekretaris Mas yang baru telepon mulu sih, dari kita di bandara, di pesawat sampe udah sampe pun dia telepon."
"Maklum baru sayang."
"Nanya apalagi sekarang?" Jesica melepaskan pelukannya kemudian melipat kedua tangannya.
"Soal kontrak aja sayang."
"Umur sekretaris Mas berapa sih?"
"Baru lulus kuliah 20anlah, Mas lupa."
"Cantik?"
"Masih cantikan kamu."
"Kenapa harus cari cewek sih?"
"Ini lagi nyari cowok juga kok sayang."
"Besok-besok aku pingin liat sekretaris baru Mas itu."
"Iya-iya sayang, ini lanjutin yuk."
"Bentar..." Jesica menahan Kenan yang ingin memeluknya lagi.
"Dia tahu kan Mas punya istri?"
"Tahu kok, Mas udah kasih tau."
"Eh..Mau kemana?ini udah tanggung nih."
"Udah ga mood." Jesica masuk kamar mandi.
"Ka...udah tegang nih, bentar yuk." Kenan mengetuk-ngetuk pintu namun belum ada jawaban dari dalam sementara di kamar sebelah Dena tampak asyik tiduran sambil memainkan ponsel hingga nama kontak Abang Fahri memenuhi layar. Layaknya orang yang sedang ketakutan Dena langsung melempar ponselnya lalu berdiri mundar-mandir untuk memutuskan apakah dia akan menerima panggilan itu atau tidak sampai panggilan berakhir dengan sendirinya namun lagi-lagi panggilan itu muncul kembali. Dena masih mundar-mandir bingung dan tetap menolak mengangkat panggilan Fahri sampai panggilan ke 5 kali barulah ponselnya tak lagi menampakkan nama Fahri.
*****To be continue
Jangan lupa vote ya guys dan komen juga ceritanya. Mudah-mudahan ga buat kalian bosen ya.
Thanks :)