Sylvia mendapati ibunya yang tertidur pulas dengan kotak makanan di meja, wajah gadis itu sedikit heran dan penuh tanya
tapi Sylvia tidak akan membangunkan ibu nya, dia memeriksa box makanan itu, ternyata masih ada isinya, dengan mata membulat dan bibir tersenyum senang segera Sylvia meraih satu dan menikmatinya
gadis itu sepertinya sangat lapar, dengan cepat dia mengisi perutnya
" ini enak sekali.. " gumam Sylvia lahap
ibu mendengar suara yang dibuat Sylvia, wanita yang semakin menua itu membuka matanya dan mendapati anak gadisnya yang sedang menikmati box makanan dari Rose
" Rose yang membawa nya " ucap ibu mengagetkan Sylvia, sesaat dia menghentikan suapannya dan memperhatikan wajah ibu nya yang tersenyum tipis
" Rose ke sini ? " tanya Sylvia tak percaya, ibu membalas dengan anggukan pelan, memberikan jawaban ya pada pertanyaan dan wajah bingung anak nya
" dia membolos untuk mengunjungi mu " ucap Sylvia dengan wajah heran, dalam hatinya bertanya tanya kenapa Rose begitu baik pada nya atau pun ibu sampai anak itu melewatkan sekolahnya
tapi..
Rose memang terlalu sering mangkir dari pendidikannya memang dari awal dia tidak pernah berniat menyelesaikan sekolahnya, gadis itu hanya mengisi waktu saja
berbeda dengan Sylvia yang harus belajar siang dan malam untuk mempertahankan beasiswanya, tak punya waktu lebih untuk sekedar mandi dengan baik, dia terlalu sibuk sekolah dan bekerja untuk bertahan hidup
kenapa Rose harus menyia nyiakan hidupnya sementara Sylvia berusaha kuat untuk bisa bertahan hidup
" apa Rose punya pacar ? " tiba tiba pertanyaan ibu membuat Sylvia tersedak, dia segera meraih air minum dan menepuk nepuk dadanya
ibu mengerutkan alis melihat anaknya yang tersedak, pertanyaanya apa ada yang salah, dia hanya ingin tahu sedikit kehidupan remaja saat ini
Sylvia menggeleng sambil membereskan bekas makanan nya
" tidak ada " perjelas Sylvia mengenai pertanyaan ingin tahu ibu nya
" dia bilang dia menyukai seorang laki laki.. " suara ibu terdengar pelan, wajahnya seperti menerawang sedih, wanita tua itu mengingat wajah sendu Rose saat mengatakan laki yang dia suka
Meta mengingat raut seperti itu juga pernah dia buat, dia pernah berada di posisi rumit seperti itu, keadaan yang menghancurkan sisa hidup nya
Meta menghela nafas, dia sebenarnya enggan untuk mengingat lagi masa lalu kelam itu, tapi Rose mmbuat pikirannya seperti berputar balik sendiri
Rose seperti Meta di masa muda
Sylvia merapikan barangnya, gadis itu mulai membuka buku dan menyelesaikan pekerjaan rumahnya, sesekali dia melirik jam dinding memastikan dia tak akan terlbat berangkat kerja
Meta menatap punggung anaknya yang serius mengerjakan tugas sekolahnya, dia meneliti wajah manis Sylvia, gadis itu membuat wajah serius seperti biasanya
Meta tersenyum, dia bisa melihat jika anak nya tidak akan seperti dia, jika Meta adalah gadis yang lemah maka Sylvia tidak seperti itu, Meta sedikit senang karena anak gadisnya terlihat kuat dan pantang menyerah
tiba tiba bayangan wajah Rose timbul di kepala Meta, senyum nya menjadi lenyap, ada sesuatu yang membuat Meta mengkhawatirkan gadis lain daripada anak gadis nya sendiri
*******
Flashback lagi..
Meta menunggu di sebuah gedung apartmen yang baru pertama kali dia singgahi, seorang pemuda tampan lengkap dengan kacamata dan senyum mempesonanya segera menghampiri Meta, mereka saling menyapa dengan senyuman menawan
" kau sudah lama ? aku tadi baru bangun " ujar Abra dengan wajah dibuat menyesal
Meta menggeleng dengan wajah berseri, kau berlari dengan keringat mu untuk segera menemui ku membuat Meta sudah merasa sangat teristimewa
Abra segera mengajak Meta menuju lantai apartment milik nya, pemuda itu mempersilahkan Meta masuk
waaah.. sebuah ruangan yang sangat nyaman untuk ditinggali sendirian
ruang tamu dengan Sofa panjang yang nyaman lengkap dengan karpet lembut di bawahnya, rak besar berisi buku buku berjejer rapi, tentu saja Abra adalah anak teladan dia terkenal dengan otak cerdasnya
dengan segera Abra merapihkan buku buku yang masih berantakan di atas meja, dia segera menumpuk buku itu menjadi satu dan meletakkannya kembali ke lemari kaca besar
tuk !!
sesuatu terjatuh dari atas meja
Meta meraih benda kecil itu dan menyimpannya dalam genggaman, sebuah gelang cantik yang terputus membuat gadis itu sedikit heran
" kenapa ada gelang wanita di sini ? " tanya hati nya menduga duga, dia kembali menoleh ke arah Abra yang sudah membawakan sekotak besar jus buah lengkap dengan gelasnya
pemuda itu tersenyum ramah dan mempersilahkam Meta
Abra mengambil satu permen dari toples kaca yang tersedia di atas mejanya, pria itu sesekali menatap dalam wajah Meta
bukan tidak tahu Meta sungguh menyadari tatapan penuh arti dari mata Abraham, membuat gadis itu bersemu merah
Abra segera duduk mendekati Meta dan merangkul bahunya, wangi segar dari permen di dalam mulut Abra menyeruak masuk terhirup oleh pernafasan Meta, dia terpejam menikmatinya
tanpa aba aba lagi, tanpa menunggu lama, dan tanpa kata kata mereka sudah menikmati dua bibir yang bertemu dan melekat mesra, keduanya kian larut dalam gerakan ciuman yang penuh gelora
Abraham paling tahu cara menikmati wanita dia paham betul bagaimana harus menaklukkan hati wanita, dia adalah ahli dari sang ahli
tangan pria itu segera pindah dari tengkuk Meta ke paha gadis ith, dia mengelus pelan hingga sedikit semakin terasa dan semakin kuat menggenggam
tangan Meta yang memegang gelang asing tadi tak sadar melepaskannya tenaganya seperti ikut melayang seperti perasaanya yang dibuat terbang dan indah oleh pemuda yang membuatnya tergila gila ini
Meta sangat menyukai Abra, dia bahkan siap melakukan apa saja asal bisa bersama dengan Abra, seperti hari ini gadis itu berbohong pada keluarganya supaya bisa lolos berkunjung ke apartmen Abra
Abra tersenyum jahil mendapati wajah Meta yang masih menikmati gerakan lincah bibirnya, pria itu semakin bersemangat
jari jarinya menelusuri tiap detail wajah Meta membuat gadis itu terpejam dan merasakan hangat ujung jari Abra, semua itu membuatnya seperti kecanduan dan ingin merasakan lebih
Abra menuangkan jus buah nya, siapa sangka jika miinuman itu bukan untuk dia teguk
pemuda itu menumpahkan jus buah segar itu ke arah Meta, membuat kerah gadis itu basah kuyup hingga ke badannya, membuat jeplakan transparan tubuhnya
Abra tersenyum senang, memastikan gadis di depannya kalau ini akan menyenangkan
awalnya Meta merasa aneh dan sedikit kesal, kenapa pria itu tiba tiba menyiramnya, apa dia melakukan kesalahan hingga membuat pria itu seketika kesal tapi tidak
Abra menikmati pemandangan di depannya, itu membuatnya semakin bersemangat, dengan segera tangannya meraih jari jemari Meta dan mengajaknya menuju kamar tidur
tingkah cangguh dan rasa takut yang menyelinapi gadis muda itu seketika hilang ketika pemuda yang membuatnya jatuh cinta menampakkan tubuh nya yang mengencang dengan otot otot kecil, Abra sudah menarik kaos dan melemparnya ke lantai, wajah pria itu menyukai respons Meta yang terpesona karena lekuk otot pada tubuhnya
banyak wanita menyukai itu pikir Abra bangga
dengan perlahan pria itu menuntun tubuh Meta di atas kasur
sementara mereka berbaring di kasur bersama, perlahan pintu lemari terbuka, seseorang berjalan dengan berjongkok, dia mengendap ngendap keluar dari ruangan itu dengan terburu buru
Abra menyadari itu, dia hanya tersenyum saja