App herunterladen
70% JALAN TERJAL (Hiatus) / Chapter 7: Mengingat

Kapitel 7: Mengingat

Hari ini seperti biasa Sylvia menikmati makan siangnya di atap sekolah, tapi dia tidak melihat keberadaan Rose, kemana temannya itu pikirnya

Sesekali dia menoleh kesekitar, mengharap kedatangan temannya.

tap tap tap !

Sylvia segera menoleh sambil memamerkan senyumnya yang langsung padam, dia kecewa sosok yang tampak bukanlah orang yang dia tunggu

" apa Rose tidak datang ? "

Sylvia tak menjawab, menurutnya tak ada tuntutan nya untuk menjawab pertanyaan pria itu

" Apa kau menunggu Rose ? "

tanyanya sekali lagi sambil bersender di tembok, menghadap ke arah Sylvia yang duduk di lantai, gadis itu membenarkan roknya, dia takut ada yang tersingkap, posisinya tak nyaman ditatap pria dihadapannya

" Ah, namaku Vicko, siapa namamu ? "

gadis itu hanya menjawab dengan picingan mata, dia masih menikmati sepotong roti yang dia bawa

" hey aku ngomong sama kamu ! "

Sambil menyilangkan kaki, dan dengan dua lengan yang tertumpu di atas tembok Vicko menatap lekat wajah Sylvia.

Angin berhembus kencang, membuat rambut gadis dihadapannya berayun, angin seperti membuat rambut gadis itu menari, Sylvia mengangkat wajahnya berlahan, tangan kanannya mencoba menyeka beberapa rambut yang menghalau pandangannya.

Tangannya menahan kibasan rambut dan menyelipkannya diantara telinga kanannya

Deg ! Deg ! Deg !

Vino menatap lekat wajah gadis yang menyeka helaian rambut dihadapannya, bulu matanya yang lentik sangat pas dengan wajah imutnya, ada perasaan yang bergemuruh di dalam nya.

Apakah dia memang semenawan ini ? pikir Vicko dalam hati

Sylvia bangun dari duduknya, berjalan perlahan menuju Vicko, langkah yang pelan seperti kontras dengan degub jantung Vicko yang semakin kencang tak terkendali

perasaan ini lagi, pikir Vicko

Pria itu merapatkan punggungnya memepet tembok, tatkala ketika wajah gadis itu tepat dibawah matanya, saat ini mereka sangat dekat, membuat Vicko takut akan suara jantungnya yang bisa terdengar.

DEG! DEG! DEG!!

Sylvia mengangkat wajahnya, memandang lurus ke dalam bola mata Vicko

" apa yang dia lakukan ? tanya hati Vicko, dia mulai gelagapan dan gugup

" a, ada apa ? " sambil membuang wajah karena tak mampu menangkap sorot mata gadis dihadapannya, wajahnya terasa panas

Sylvia semakin mendekatkan diri hingga pundak Vicko bisa menyentuh ujung lengan gadis itu, pria itu semakin merona, gadis ini berani sekali, pikir Vicko

Dia berani melangkah sedekat ini padaku, apakah dia akan ? apa dia ingin menciumku !

pikiran kotor Vicko membuat wajahnya seperti udang rebus, pria itu mencoba menahan kegugupan yang menyergapnya, dia seolah mengerti dengan apa yang akan Sylvia lakukan,

yaa tidak apalah, lagian dia juga lumayan, fikir Vicko dalam hati

Vicko memejamkan matanya berlahan, dia berusaha untuk berdiri santai, dia menggigit bibirnya

Pria itu mulai menanti tindakan Sylvia, dia sedikit memonyongkan bibirnya

" PLUK ! "

Selembar plastik masuk kedalam tempatnya, Sylvia berlalu meninggalkan Vicko yang mulai membuka mata berlahan

Gadis itu hanya membuang bungkus roti di tong sampah tepat berada di belakang tungkai kaki Vicko

Pria itu menengadah ke langit, menertawakan diri sendiri, dia menatap punggung yang menjauhinya, Vicko menyadari apa yang mulai dia rasakan

" Vicko! kau kenapa sih... "

*********** *********

Rose membolos lagi hari ini, itu bukanlah hal aneh gadis itu memang tidak pernah berniat menyelesaikan pendidikannya

Dengan sekotak donat besar, beberapa box nasi dan ayam goreng, oh tak lupa beberapa botol air mineral dan jus buah.

Dengan lenggak lenggok tubuhnya gadis itu menuruni mobil sport merahnya

Sesekali senyumnya merekah, dia menerima sapaan orang yang menghampirinya, gadis itu lumayan kerepotan dengan bawaanya

Dia berjalan di gang kecil yang kumuh, tapi gadis itu seolah tak peduli dengan bau yang menyusup hidung, tapi parfumnya cukup mampu menyamarkan bau udara di sana

tok... tok... tok...

" Ibuuu... "

Dengan tanpa tenaga gadis itu mendorong pintu kayu dihadapannya, wajahnya menyembul dibalik pintu, mendapati sosok wanita yang berbaring di atas ranjang sedang menatap ke arahnya membuat senyum gadis itu mengembang

Dengan wajah riang Rose mendorong penuh pintu , dia masuk tanpa dipersilahkan

Gadis itu mengangkat kedua tangannya dengan barang bawaanya, wanita tua itu berusaha mengangkat punggungnya

Dengan berlari kecil Rose meletakkan bawaanya, dia segera membantu Ibu Sylvia bangun

" Rose.. "

Panggilnya dengan suara lemah, Rose membalas dengan senyum sembari membetulkan selimut wanita itu

" Apa yang kau lakukan nak, Sylvia masih sekolah mengapa kau kesini, kau tidak pergi sekolah ? "

Dengan cengiran gadis itu menjawab pertanyaan ibu Sylvia, membuat wanita tua itu menggeleng

" dasar kau nakal ! "

pukul nya pelan dipundak Rose, pukulan kecil yang Rose rasakan daripada sebuah hukuman lebih terasa seperti ungkapan yang menandakan kedekatan

" Apa ibu sudah makan ? " Rose mengambil kantung bawaanya , gadis itu mulai membukanya

" Aku membawakan makanan untuk ibu, ah aku juga lapar bu, ayoo kita makan... "

Suara manis gadis itu terdengar seperti rengekan pada ibunya, membuat Ibu Sylvia tersenyum lebar

Mata sayunya seperti berkaca-kaca menatap gadis muda dihadapannya, gadis itu terlihat ceria, suaranya kadang terdengar seperti anak balita yang manja, dia sangat berbeda karakter dengan Sylvia

Airmata Ibu Meta mulai bergulir, hangat kelopaknya sudah tak bisa menampung, Meta Dinanti adalah namanya

cellkapan terakhir dia melihat donat ternama itu dihadapannya

Wanita itu tersenyum getir

Ketika itu hidupnya tak sesulit ini, dulu dia pernah menjadi wanita dengan penampilan menarik seperti halnya Rose

Wajah tuanya mencoba mengenang beberapa tahun lalu, dimana dia masih bisa hidup lebih layak dari saat ini

Dulu dia masih bisa berjalan dikampus dengan normal, sama seperti teman-temannya yang lain

Meta menangkap lembar demi lembar masa lalunya yang mulai terbayang dalam ingatannya, senyum getir dan rasa kecewanya yang dalam

Saat itu suatu hari yang amat panjang dia rasakan, berbeda dengan sebelumnya

Meta adalah gadis periang yang mengisi hari-harinya yang sibuk, gadis itu bekerja keras untuk pendidikannya

Dia adalah salah satu bintang kampus saat itu, banyak pria yang mencoba mendekati dan menyatakan perasaanya

seperti halnya gadis muda lainnya Meta juga memiliki seorang lelaki yang ia taksir

" Met, nanti malem kumpul di cafe yuk ! "

Mata gadis itu hanya mendelik saja , bibirnya sedikit menjulur, dia seperti mengejek ajakan Felen

" ayolah kali ini saja " bujuk Felen

" Kau kan tahu, ayahku tidak memberikan ijin keluar malam... "

" Alah, jangan sampai ketahuanlah ! "

Ucapan Felen membuat wajah Meta mengkerut

" ngomong sih gampang Fel, kau mau jadi bantalanku ! " balas Meta

" iiih ogah ah! " Felen menjauhi Meta dia menghampiri teman lainnya, pasti pemuda itu membujuk yang lainnya pikir Meta

Aah.. padahal dia ingin sesekali keluar malam dan menikmati acara nongkrong bareng teman yang lainnya , tapi pasti sulit untuknya

" Begitulah jika memiliki ayah seorang militer.. " gumam Meta sambil menghembuskan nafas kecewa

Seperti biasanya gadis itu hanya menatap sekilas gerombolah teman-temannya yang bersiap pergi bersama-sama, mereka akan menghabiskan malam panjang dengan ceria

" pasti sangat menyenangkan " pikir Meta sedih


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C7
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen