App herunterladen
86.66% Pengabdi Birahi / Chapter 13: Pengabdian 13

Kapitel 13: Pengabdian 13

Hari telah menjelang senja ketika Angel dan Widia sampai di rumah Widia. Setelah memarkir mobilnya di dekat rumah Widia, Angel langsung memasang rem tangan.

"Aku numpang pipis sebentar yah," ujar Angel kepada sahabatnya.

"Ya udah ayo turun. Kayak siapa aja pake minta-minta izin segala," ujar Widia.

Kedua perempuan cantik tersebut pun langsung turun dan berjalan ke arah rumah Widia. Seperti biasa, situasi di sekitar rumah itu terlihat sepi. Pintu depan rumah tersebut tampak sedikit terbuka, tanda bahwa sudah ada orang lain yang berada di dalam.

"Ayah, Rendy masih berlibur di Bali, besok baru pulang," ujar Widia.

"Wid, aku kebelet nih. Aku langsung ke toilet ya," tutur Angel sambil berjalan cepat ke arah belakang rumah, melintasi ruang tamu dan ruang keluarga. Berkali-kali main ke rumah Widia membuatnya hafal betul di mana tempat toilet berada.

Begitu terburu-burunya Angel, hingga ia tak sadar ada orang lain yang baru keluar dari toilet. Tepat di depan pintu toilet, keduanya bertabrakan. Angel sempat mengeluarkan teriakan kecil. Namun dengan cepat, Angel bisa merasakan tubuhnya ditahan oleh orang tersebut agar tidak jatuh ke lantai. Tangan orang tersebut langsung menahan pundaknya, sehingga ia bisa tetap seimbang.

Namun bukannya langsung dilepas, orang di hadapan Angel tersebut justru seperti mengusap tangannya ke arah lengan Angel, dan terus menurun ke arah sikunya, hingga Angel merasakan payudaranya bersentuhan dengan lengan orang tersebut. Angel pun mengangkat wajahnya yang tertunduk dan memandang orang yang baru saja ditabraknya. Orang tersebut ternyata Pak Wijaya.

"Eh, maaf Om. Permisi saya mau ke toilet," ujar Angel. Pak Wijaya pun langsung melepas tangannya dari lengan Angel.

Begitu Angel masuk ke dalam toilet, tampak Widia datang dari arah ruang keluarga.

"Ada apa Yah? Sepertinya tadi Angel teriak?" Tanya Widia.

"Oh, tadi dia buru-buru ke toilet, sampai hampir jatuh," jelas Pak Wijaya yang langsung meninggalkan Widia dan masuk ke dalam kamarnya yang juga berada di lantai satu rumah tersebut.

Sekitar lima menit kemudian, Angel pun keluar dari toilet dan melihat Widia telah menunggunya di luar.

"Ahh leganya," ujar Angel.

"Tadi kamu gak apa-apa, aku dengar kamu teriak soalnya."

"Gak apa-apa, tadi hampir kepeleset aja pas mau ke toilet," ujar Angel. "Aku langsung pulang ya, takut Ayahku menunggu."

Widia pun mengantarkan sahabatnya tersebut ke depan rumah, dan saling berciuman pipi tanda perpisahan. Setelah itu, Widia pun langsung kembali ke mobil, dan pergi menuju rumahnya sendiri.

Hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit bagi Angel untuk sampai ke rumahnya sendiri. Sebelum turun dari mobil, tak lupa ia mengambil bra miliknya yang masih tergeletak di jok belakang, untuk kemudian ia masukkan ke dalam tas tangan miliknya. Perempuan cantik tersebut pun langsung masuk ke dalam kamarnya.

Ia kemudian duduk di tepian tempat tidur dan membuka aplikasi Facebook Messenger. Ia tahu betul kalau di situ akan ada sebuah pesan dari seseorang yang memang telah ia tunggu-tunggu. Dan benar saja, ikon aplikasi tersebut menunjukkan angka satu, tanda telah ada sebuah pesan yang masuk.

Semuanya bermula di satu malam, ketika Angel tengah asyik mengakses media sosial miliknya. Tiba-tiba ada sebuah pemberitahuan yang menunjukkan bahwa ada seseorang yang telah menekan tombol 'Like' untuk salah satu fotonya di Facebook. Ketika ia periksa, orang tersebut bernama Wijaya Hidayat, alias ayah dari Widia.

Angel sendiri memang merupakan sosok perempuan yang terus berusaha menjaga diri dan kepribadiannya, terutama untuk urusan asmara. Telah ada banyak lelaki yang berusaha mendekatinya, namun semua ia tolak. Saat SMA, ia beralasan ingin fokus untuk belajar. Saat kuliah, ia beralasan ingin fokus membangun karier agar bisa langsung bekerja setelah lulus. Itulah mengapa ia masih belum mempunyai pacar hingga saat ini.

Namun karena alasan tertentu, Angel seperti mempunyai kekaguman tersendiri kepada sang ayah, Om Anggoro. Mungkin karena sejak ibunya meninggal saat Angel masih berada di bangku SMA, ayahnya benar-benar menjadi sosok single parent yang baik. Meski sering bolak-balik Jakarta-Australia, namun Om Anggoro tak pernah lupa untuk memberikan perhatian kepada anak tunggalnya tersebut. Sejak itu, Angel pun seperti merasakan kenyamanan apabila mendapat perhatian dari lelaki yang jauh lebih tua darinya.

Itulah yang ia rasakan saat mengetahui bahwa ayah Widia seperti menaruh perhatian kepadanya, meski hanya sekadar 'Like' di Facebook. Sudah sejak lama sebenarnya ia memperhatikan Om Wijaya yang bertubuh besar, menunjukkan sisa-sisa kejayaannya di masa muda. Namun ia tentu tidak berani berbuat apa-apa karena khawatir Widia akan tersinggung, apalagi waktu itu Ibu Widia masih hidup.

Namun sekarang, setelah Ibu Widia telah meninggal dunia, dan Om Wijaya telah mulai menunjukkan perhatian kecil kepadanya, Angel pun memutuskan untuk mencoba membalas perhatian tersebut.

Di pagi hari setelah Om Wijaya menekan tombol 'Like' di salah satu fotonya, Angel pun mengirim pesan lewat aplikasi Facebook Messenger, "Terima kasih Om sudah 'Like' foto aku." Namun pesan tersebut tidak kunjung mendapat balasan.

Malam harinya, Angel kembali memeriksa aplikasi tersebut, dan merasa sumringah karena ayah Widia telah membalas pesannya. "Sama-sama Angel, foto tersebut layak banget di-'Like' karena wajah kamu memang cantik."

Pipi Angel pun memerah karena ucapan tersebut. Ia pun baru menyadari bahwa Om Wijaya telah memberikan 'Like' untuk beberapa fotonya yang lain.

"Paling suka foto aku yang mana, Om?" Goda Angel.

"Om paling suka foto kamu yang di pantai." Angel pun memeriksa foto mana yang dimaksud Om Wijaya. Ternyata foto tersebut adalah foto saat dirinya tengah jalan-jalan ke Bali. Di foto tersebut, tampak Angel sedang mengenakan kemeja ketat yang menunjukkan lekuk payudaranya, dan bagian bawah kaos yang sedikit menunjukkan kulitnya yang putih.

"Mengapa Om suka foto yang itu?" Tanya Angel lagi.

"Om takut kamu marah kalau Om kasih tahu alasannya. Apalagi kalau kamu kasih tahu Widia, bisa bahaya."

"Angel janji gak akan marah, Om. Dan gak akan kasih tahu Widia juga."

"Om suka foto itu karena di situ kamu terlihat seksi banget, maaf," Angel tersenyum manis membaca pesan dari Om Wijaya tersebut.

"Gak apa-apa, Om," jawab Angel singkat.

"Om boleh lihat foto kamu sekarang?"

"Berani juga ayah Widia ini," pikir Angel. Namun ia merasa tidak ada salahnya untuk sedikit menggoda ayah sahabatnya tersebut. Ia mengambil foto selfie di kamar. Foto tersebut kemudian langsung ia kirimkan kepada Om Wijaya.

"Ini yah, Om. Selamat malam, Angel mau tidur dulu."

"Terima kasih fotonya, Angel. Selamat tidur," ujar Om Wijaya lewat pesan singkat, yang kemudian membuat Angel tersenyum.

Hal yang serupa pun kembali dirasakan Angel begitu sampai di rumah setelah mengantar Widia. Om Wijaya kembali mengirim pesan lewat Facebook Messenger, karena mereka berdua memang belum bertukar nomor handphone. Angel pun tak sabar untuk membaca pesan dari pria tua tersebut.

"Kamu nakal ya, ke rumah Om kok gak pake beha," begitu bunyi pesan Om Wijaya. Angel pun kaget. Tak disangka Om Wijaya bisa tahu kalau ia sudah melepas bra yang biasa menutup payudaranya. Semua gara-gara Widia dan tantangan gilanya tersebut. Ia pun berusaha mencari alasan yang tepat.

"Maaf, Om. Tadi buru-buru soalnya," ujar Angel sekenanya.

"Oh, kirain sengaja buat ketemu Om." Sudah nakal sekali ayah Widia ini, pikir Angel. Perempuan cantik berkacamata hanya membalas dengan emoticon senyum.

"Kamu jadi main ke rumah minggu depan?" Tanya Om Wijaya lagi.

"Kayaknya jadi Om."

"Baiklah, Om tunggu."

Angel pun bertanya-tanya apa maksud dari kata-kata Om Wijaya tersebut. Apakah ayah sahabatnya itu ingin menunggu untuk bertemu dengannya, atau ada maksud lain. Apa pun itu, tubuh Angel kini telah menghangat dibuatnya. Ia memang belum pernah menonton film porno seperti Widia, namun ia juga merupakan perempuan yang tengah beranjak dewasa, yang sadar betul bahwa birahinya telah mulai tumbuh.

Ia pun memandang ke arah jendela di hadapannya, dan menatap betapa cantik dirinya. Kulitnya yang putih, dibalut dengan kacamata dan rambut hitam tergerai, pasti akan banyak lelaki yang suka dengan dirinya, termasuk Om Wijaya.

Angel pun mulai menyentuh payudaranya dengan tangannya sendiri dari luar kemeja. Ia langsung merasa geli karena sudah tidak mengenakan bra di baliknya. Perlahan ia membuka kancing kemejanya dari atas, satu, dua, dan tiga. Tidak sampai membuat kemejanya lepas, namun cukup untuk membuat payudaranya yang indah itu menyembul keluar. Perlahan ia pun berdiri dan berjalan mendekati cermin.

Ia pun mencoba untuk membuat raut wajah binal, dengan mengedipkan mata, menggigit bibir dan lidah, hingga meremas payudaranya yang kuat. Tak lupa ia pun sesekali memelintir putng payudaranya yang tampak sudah tegak berdiri. Di sela-sela aktivitas tersebut, tak lupa ia membisikkan kata-kata, "Ahh, nikmati tubuhku Om Wijaya."

^^^


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C13
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen