Ketika malam tiba, suasana perkemahan di hutan menjadi ramai. Budak-budak yang tinggal di sana berkumpul di pinggiran api unggun sambil bersenda gurau.
Beberapa orang tampak membakar hewan hasil buruan. Aroma wangi dari daging panggang sudah menyebar di udara, membuat mereka semakin tidak sabar.
Namara duduk di kejauhan di bawah pohon. Dia memegang guci anggur lalu menenggaknya. Senyumnya merekah ketika mendengar lelucon dari beberapa orang yang ada di dekat api unggun.
Tiba-tiba seseorang melangkah mendekatinya lalu duduk di sampingnya. Namara menoleh dan melihat Arcen yang membawa satu tusuk ikan bakar. Pria itu memberikannya padanya.
"Terima kasih," ucap Namara. Dia pun menerima pemberian Arcen.
"Kenapa Nona tidak ikut berkumpul di sana?" tanya Arcen.
Namara tersenyum. "Bukan apa-apa. Aku hanya ingin menikmati ini dengan tenang."
"Nona, jika kau merasa ini melelahkan, kau bisa meminta bantuan Tuan Eros," ujar Arcen.