Mentari bersinar dengan indahnya, cahayanya menghangatkan hati 2 orang yang sedang menaruh harap namun tak saling berdekatan. Cinta mereka hanya melalui lantunan doa yang mereka langitkan di sepertiga malam di setiap sujud.
Pagi itu Manuel hendak berpamitan kepada keluarga Dewi. Manuel datang kerumah Dewi saat siang hari setelah sholat dhuhur, Manuel yang sudah bisa sholat sendiri pun merasa sangat tenang ketika sudah bersujud dan melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.
°Kediaman Dewi
Tok...tok...tok
"Assalamu'alaikum" ucap Manuel sambil mengetuk pintu rumah Dewi
"Wa'alaikumussalaam" ucap ibu Dewi sambil membuka pintu dan mempersilahkan Manuel masuk.
"Sudah makan belum Nuel?" tanya ibu Dewi
"Belum bibik" sambil mencium tangan ibu Dewi
"Mari masuk, mari kita makan bersama"
"Tidak usah bibik, saya hendak berpamitan saja bik, karena saya mau ke Jakarta nanti sore"
"Tak apa, mari makan bersama kami, sembari nanti kita berbincang, ada yang mau ayah Dewi sampaikan"
"Baik bibik"
Manuel pun mengikuti ibu Dewi, mereka makan bersama di ruang makan.
°Ruang makan
"Siang paman" ucap Manuel sambil mencium tangan ayah Dewi
"Iya siang nak, mari duduk sini kita makan bersama"
"Iya paman"
"Dewi, tolong ambilkan Manuel makan nak, lihatlah umi yang ambilkan makanan untuk abi"
"Tapi umi"
"Tidak usah bibi, saya akan ambil sendiri" jelas Manuel
"Tidak apa nak, biarkan Dewi belajar sedikit-sedikit" ucap ibu Dewi sambil mengambilkan makanan untuk ayah Dewi
"Baik umi" ucap Dewi, sambil mengambilkan sebuah piring, dan mengambilkan makanan untuk Manuel dan menyerahkan kepada Manuel.
"Terimakasih Dewi"
"Iya sama-sama, ini minum mu" menuangkan air kedalam gelas kosong Manuel, Manuel pun memegangi gelas tersebut. Sementara ayah Dewi dan ibu Dewi pun tersenyum senang melihat anak dan calon menantunya tersebut. Mereka pun makan bersama. Seusai makan Manuel dan ayah Dewi berbincang-bincang diruang tamu, sementara Dewi dan ibu Dewi membersihkan meja dan piring-piring yang kotor.
°Ruang tamu
"Umi, Dewi kemari lah duduk disini" panggil ayah Dewi
"Iya abi, ada apa?" Tanya Dewi
"Kemari lah duduk disini, bersama abi"
Setelah semua sudah di ruang tamu bersama Manuel. Ayah Dewi pun berkata,
"Nuel, nak dalam Islam di perkenankan engkau melihat wajah anakku, sebelum pada pernikahan nantinya. Karena jika engkau tak suka dengan paras atau wajah anakku, engkau bisa menolak" kata Ayah Dewi
"Tidak perlu paman, saya rasa melihat wajah Dewi dan tidak, tidak akan merubah keputusan saya untuk menikahinya" ucap Manuel
"Tak apa nak, kami tau kau memang tulus menyukai Dewi, namun agar nantinya kamu tidak kecewa, maka lihatlah wajah anak kami, agar kau tak kecewa nantinya setelah menikah" ucap ibu Dewi
"Baik paman, bibik" ucap Manuel
Dewi pun melepaskan cadar nya di hadapan Manuel dan Manuel melihat wajah Dewi untuk pertama kali. Setelah itu Dewi menundukkan kembali pandangannya sembari menutup wajahnya dengan cadar.
"Bagaimana nak, kecewakah engkau dengan wajah anak kami?" tanya ayah Dewi
"Sesungguhnya, saya tidak pernah melihat keindahan seperti ini sebelumnya paman" ucap Manuel
"Ma shaa Allah, sungguh pemilihan katamu ini baik sekali, namun nak keindahan hanyalah milik Allah semata" ucap Ayah Dewi sembari tersenyum
"Dan berkat keindahan Allah, IA mampu menciptakan makhluknya dengan sangat indah'' balas Manuel
"Baiklah abi mari kita masuk, biarkan Dewi dan Manuel berbincang" ucap ibu Dewi mengajak suaminya.
°Diruang tamu
Dewi duduk dan menunduk, sementara Manuel pun sedang duduk sembari menunduk. Manuel memulai percakapan,
"Dewi, bolehkah aku tau siapa nama lengkap mu?" tanya Manuel sambil menunduk
"Dewi kusuma, dan nama lengkapmu siapa?" jawab dewi, sambil bertanya dan menundukkan pandangan
"Nama lengkap ku Risk Immanuel Jansen, bolehkah aku tau nama paman dan bibik?"
"Nama Abi, Muhammad Yusuf dan nama Umi, Tyas Kartingsih, lalu nama ayah ibumu?"
"Ayahku bernama Jhon Antonius Jansen dan ibuku bernama Ruth Nazareth Jansen" jawab Manuel
"Manuel, kata abi kamu sudah menjadi warga negara Indonesia?"
"Iya, aku sudah menjadi warga negara Indonesia, Dewi kata paman kamu dulu kuliah di Kairo?"
"Ia dulu S1 di Al-Azhar tapi nggak bisa sampai selesai"
"Loh kenapa?"
"Abi dan Umi dulu memiliki kendala biaya"
"Oh begitu, tak apa jika nanti kamu ingin melanjutkan kuliahmu, aku akan mendukungmu?"
"Hmm terimakasih, kapan kamu akan berangkat ke jakarta?"
"Nanti sore, kamu mau dibawakan apa?"
"Cukup bawa dirimu bersama niat baikmu saja" jawab Dewi malu
"Aku akan segera kembali, tunggulah aku disini, aku tidak akan membuatmu menunggu lama" ucap Manuel
"Ana daeif wasa'aftaqiduk" jawab Dewi
"Bolehkah aku mengetahui artinya?"
"Aku lemah dan aku akan merindukanmu, aku masuk dulu pulanglah dengan hati-hati, wassalamu'alaikum" jawab Dewi bergegas meninggalkan Manuel dengan wajah malunya yang tertutupi oleh cadar.
Manuel, yang serasa bermimpi mendengar calon Istrinya mengatakan hal yang manis tersebutpun dengan lemah lembut ia menjawab salam Dewi.
"Wa'alaikumussalam Warrahmatullahi Wabarokatuh" ucap Manuel sembari melihat Dewi yang bergegas masuk kedalam rumah, sementara Manuel pun berpamitan dan mencium tangan ayah dan ibu Dewi yang berjalan kearahnya. Setelah berpamitan dengan orangtua Dewi.
Manuel bergegas siap-siap, ia menyuruh pengawal dan asisten rumah tangga tetap di Villa dan membersihkan Villa, karena ia akan datang kembali bersama banyak orang, Manuel bergegas kembali ke Jakarta bersama seorang supir. Manuel yang terlalu lelahpun akhirnya tidur di mobil, tak terasa Manuel sudah sampai di rumahnya di Jakarta, disana ia kaget karena ayah ibunya sudah berada disana, ternyata ayah ibu Manuel datang lebih cepat dari dugaan Manuel. Tak berselang lama sahabat-sahabatnya pun datang. Mereka bercengkrama bersama. Rey memperkenalkan istrinya ke orangtua Manuel dan Manuel menjelaskan maksut dan tujuannya kepada seisi rumah. Manuel menceritakan tentang kehidupannya disana selama 1 bulan lamanya. Setelah berbincang-bincang banyak hal, akhirnya di sepakati jika besok malam mereka akan kembali ke Bandung untuk melamar Dewi dan mencari tanggal pernikahan. Manuel meminta Vellycia yang membuatkan gaun pernikahan untuk Dewi. Setelah semua sudah dijelaskan dan diceritakan oleh Manuel, malam itu mereka berbincang-bincang sambil makan malam hingga larut, mereka pun pulang kerumah masing-masing untuk bersiap-siap karena besok malam mereka akan menuju Villa yang sama, yang sudah di sewa oleh Manuel selama 2 bulan kedepan.
Hari itu didalam kamar sederhana gadis yang bermata coklat itu sedang menangis sembari menyentuh tasbih. Gadis itu sedang berdzikir sembari mengagung-agung kan Allah. Gadis shalihah itu tak hentinya mengucap syukur atas rasa bahagia yang saat ini ia rasakan. Ia merasa tak sanggup merasakan kebahagiaan ini, sambil menangis ia berkata
"Aku merindukanmu walau aku tau kau belum halal untuk kurindukan"
"Aku menangis karena aku sudah menaruh hatiku padamu, sementara kamu belum halal untukku".
Aku berharap Allah mengampuniku karena aku sudah berharap kepada manusia, sementara aku tau kepayahan terbesar bagi seorang manusia adalah berharap kepada sesama, aku yang sudah memberi harapanku padamu, wahai lelaki yang sedang ku nanti kan
Semoga Allah menjagamu sebaik aku dan kamu berusaha saling menjaga dalam doa agar tak terjatuh dalam lembah dosa.
Semoga Allah mengampuniku dan memaafkanku.
🍁Dewi