Anthony memarkir mobil Teslanya di area parkir bawah tanah bangunan apartemennya dengan perlahan. Ia lalu menaiki lift serta menekan tombol paling atas. Setelah sampai di ruang apartemennya, ia menjatuhkan dirinya di atas sofa sambil menghela nafas panjang.
Ia hanya belajar setengah hari dan berbelanja bahan cat untuk lomba tapi kenapa ia merasa selelah ini?
Apa mungkin karena ia baru saja menceritakan masa lalunya kepada gadis itu? Anthony tertawa konyol pada dirinya sendiri. Entah kenapa, ia dengan entengnya mampu menceritakan rahasia yang selama ini disimpannya rapat-rapat pada gadis tersebut. Serta rasa bencinya terhadap ibu tirinya. Astaga…. Astaga… sebenarnya mantra apa yang dipakai oleh gadis tersebut sehingga hatinya bisa langsung luluh dalam sekejab?
Mungkin karena selama ini tidak ada yang mau tulus berteman dengannya. Mungkin karena selama ini ia tertutup oleh bayangan ayahnya yang seorang kontraktor serta pemegang tender proyek-proyek pemerintah di United Kingdom. Mungkin karena itu para siswa perempuan berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya dengan berbagai cara. Mungkin karena selama ini ia sudah muak menjadi Si Hebat Anthony Bradford dan sekarang ia ingin ada seseorang yang melihatnya dengan cara yang berbeda. Sisi yang utuh dari dalam dirinya. Identitas aslinya tanpa kepalsuan. Tanpa memandang ia siapa dan latar belakangnya. Mungkin karena ini ia pergi ke Indonesia. Sekaligus mengenal negara tempat ibunya tumbuh besar dulu.
Anthony lalu pergi ke kamar mandi dan mencuci mukanya.
Dengan titik-titik air yang masih berjatuhan dari wajahnya, ia mengamati sosok kembarannya di depan kaca. Sepasang mata coklatnya melengkung oriental seperti mata ibunya tapi hidung, mulut serta garis-garis mukanya mengikuti bentuk fisik ayahnya, Andrew Bradford. Salah satu pengusaha terbaik di Inggris. Tubuhnya tinggi dan jangkung. Perawakannya sempurna dengan otot-otot yang terbentuk indah di perutnya. Wajahnya tampan dan tanpa cela.
Sebenarnya, ada satu alasan lain kenapa ia pergi ke Indonesia. Saudari tirinya yang berusia 3 tahun lebih muda dari dirinya, mulai menunjukkan ketertarikan seksual yang intens kepadanya dan membuatnya merasa tidak nyaman sama sekali.
Ia merasa galau luar biasa. Ia rindu sosok ibu kandungnya.
Syukurlah, ibunya membelikan apartemen ini untuknya sehingga ia bisa tinggal di Bandung dengan nyaman. Saat ini, Anthony juga tengah mencoba peruntungannya sebagai seorang master trader di pasar saham yang memberikannya keuntungan cukup besar. Jika ia terus menekuni bidang ini, ada kemungkinan ia bisa sukses besar dalam beberapa tahun ke depan.
Sebuah notifikasi lalu masuk ke ponselnya.
Ada sebuah titik merah yang ditandai dalam pesan tersebut.
Anthony tersenyum dan memakai baju serta jaket kulitnya secepat mungkin. Ia juga langsung mengambil helmnya.
"Pak Ruslan, aku pergi dulu. Ada urusan yang harus kubereskan sekarang…"
Kepala pelayan tersebut lalu menganggukkan kepalanya, "Hati-hati, Tuan…"
...............��.
Segerombolan motor trail sudah menggerung-gerung liar di jalan. Bau asap knalpot memenuhi udara sementara sekumpulan orang sudah memblokade area jalan yang akan digunakan sebagai ajang balapan liar malam itu.
Anthony juga ada di sana tapi tak ada yang mengenali identitasnya. Ia sendiri sudah mengikuti balapan ini sejak 6 bulan yang lalu. Dan ia sangat menyukai kegiatan yang memompa adrenalinnya secara gila-gilaan ini. Ia menyukai sensasi angin tajam yang menerpa tubuhnya saat ia melarikan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia menyukai saat-saat hidupnya berada sangat dekat dengan batas kematian setiap saat. Karena di saat itu, ia akan melupakan semuanya. Ibunya. Ayahnya. Pelacur jalang yang menggodanya dan berada di bawah atap yang sama dengan dirinya.
Di matanya….hanya ada satu tujuan….
Garis finish.
.
Masa lalu…
Jika aku adalah Tuhan…
Aku ingin kembali memutar Sang Waktu…
Kembali mengulang masa-masa bahagiaku…
Sebelum maut menjemputnya….