App herunterladen
7.31% [BL] Hanya 24 Jam Saja / Chapter 3: Senyum Pertama Zhu Zheng

Kapitel 3: Senyum Pertama Zhu Zheng

Selesai sarapan pagi, kami berlima mulai mengelilingi pedesaan di pesisir pantai. Tujuan dari tugas kami ini adalah untuk melihat dan mendokumentasikan dalam bentuk foto gaya hidup orang-orang yang tinggal di sekitar pesisir pantai, dan kemudian di susun menjadi proposal penelitian.

Tian, "Bagaimana kalau kita berpencar dalam mengambil gambar?"

Lili, "Ia benar, agar tugas lapangan ini cepat selesai."

An dan Anita, "Ok kami setuju."

Hah... Mungkin hanya aku satu-satunya yang tidak ingin berpencar.

Kami berlimapun berpencar, dan mengambil jalan masing-masing. Aku mengambil beberapa gambar tempat pembuangan sampah masyarakat di desa ini, beserta beberapa gambar selokan, dan WC umum. Cukup mengagetkan sih, karena masyarakat di sini membuang sampah langsung ke laut, selokan juga kurang di rawat, dan WC umum juga tidak terlalu di urus.

Walaupun hanya sekedar mengambil gambar, tapi sangat melelahkan juga berjalan-jalan di desa yang di bilang cukup luas ini.

Kurang lebih jam 1 siang kami sudah kembali dan berkumpul di rumah kakek dan nenek Lili.

Huff... Sangat melelahkan.

"Minuman dinginnya datang~"

An, "Wah Lili, kamu memang yang terbaik."

"Tentu saja."

Lili menuangkan minuman dingin di dalam gelas, dan membagikan pada kami berempat. Aku meminumnya dan merasa ingin sekali cebur di dalam cerek yang berada di atas meja. Sangat gerah dan panas. Entah kehausan atau apa, aku meminum minuman dingin yang berasa jeruk ini sampai setengah cerek.

Anita, "Resa kehausan yah?"

"Ia, aku kehausan dari tadi."

An, "Lili, nenek dan kakekmu dimana? Kok nggak kelihatan."

"Oh..kakek dan neneku sudah tinggal bersama kami. Tapi sesekali mereka akan datang kemari untuk melihat rumah ini."

Teman-teman yang lain sibuk berbicara hal-hal yang menyenangkan, tapi sesekali aku ikut tersenyum jika mereka tersenyum. Tapi fokus utamaku saat ini adalah Zhu Zheng. Sedari tadi aku perhatikan, selama berpencar Zhu Zheng selalu memperhatikan ponselnya. Jika dia melihat foto-foto tugas hasil jepretannya, apa harus dilihat terus selama dua jam penuh(?)

Pikiranku sudah mulai melayang kemana-mana, beberapa pertanyaan sudah bermunculan di dalam pikiranku.

Apa Zhu Zheng memiliki kekasih(?) atau memiliki masalah(?) Tapi Zhu Zheng tidak pernah menunjukan kekasihnya, dan juga tidak ada tanda-tanda dia lagi dekat dengan seseorang.

Beberapa saat kemudian ponsel Zhu Zheng berbunyi, aku melihat Zhu Zheng sedikit terkejut. Jujur saja aku sangat penasaran siapa orang yang menelponya(!)

Tian, "Aku akan mengangkat telpon sebentar."

Setelah mengatakan itu Zhu Zheng pun keluar untuk mengangkat telponnya.

Aku mencoba menenangkan diriku.

Tenang Resa, Zhu Zheng belum memiliki kekasih, Zhu Zheng belum memiliki kekasih. Kata-kata itu selalu aku ulangi agar aku tidak merasa kecewa.

Tapi tetap saja, aku masih merasa khawatir sekaligus penasaran, siapa sebenarnya yang menelpon Zhu Zheng sampai membuatnya menunjukan ekspresi lain dari biasanya.

Sudah 15 menit Zhu Zheng belum kembali juga, aku tidak bisa terus duduk diam, aku harus tahu. Akupun ikut juga keluar dari rumah dengan alasan ingin menelpon. Sungguh aku tidak pandai membuat alasan.

Akupun keluar sampai di depan pintu. Di depan teras rumah, Zhu Zheng sedang menelpon sambil membelakangiku. Tapi pada saat Zhu Zheng melihat ke samping, itu membuatku langsumg tertegun.

Resa, "..." Dia tersenyum!!! ( ° Δ ° )

Zhu Zheng tersenyum, dan itu sangat lebar. Selama beberapa bulan aku mengikutinya, aku sama sekali tidak pernah melihatnya tersenyum walaupun hanya sedikit. Siapa orang itu(?) Siapa orang yang bisa membuatnya tersenyum begitu bahagia(?)

Sampai kami berlima pulang dengan mobil yang sama. Aku sama sekali belum menemukan jawabannya. Jika aku bertanya padanya 'siapa yang menelponmu(?)' Apa kata-kata itu terdengar sopan(?)

.

.

.

Tidak terasa sudah seminggu sejak kejadian itu (kejadian Zhu Zheng tersenyum saat menelpon).

Kepribadian Zhu Zheng kini juga sedikit berubah, dari mulai sering mengecek ponselnya, sering terburu-buru pulang, dan sering menolak sarapan pagi yang aku buat padanya, dengan alasan bahwa dia sudah sarapan pagi di apartemennya.

Aku merasa sangat gelisah, apa ada seseorang yang membuatkan sarapan pagi untuknya(?) Tapi jika memang begitu, kenapa aku merasa Zhu Zheng mulai menghindariku(?) Bahkan pada saat aku mencoba untuk berbicara dengannya. Aku tidak bisa hanya diam seperti ini, aku harus berbicara dengannya.

Aku menghebuskan napas dalam-dalam, dan menulis beberapa kata di kertas kecil. Aku berjalan mendekati mejanya dan menaruh kertas kecil yang bertulisan 'temui aku di atap' padanya, kemudian berjalan pergi dari kelas.

Hampir setengah jam aku menunggunya di atap, dia belum kunjung juga datang. Pada saat aku ingin menyerah dan memutuskan untuk kembali ke kelas, pintu yang berada di atap pun terbuka, dan menampilkan sosoknya yang tinggi dan tampan sekaligus cantik. Dia berjalan menghampiriku dengan gaya khasnya. Tapi aku merasa seperti ada yang salah dengan cara dia menatapku. Tatapannya sedikit berbeda dari biasanya. Mata itu seperti jijik denganku. Apa yang terjadi, tindakan apa yang aku lakukan sehingga dia merasa jijik padaku(?)

Tian, "Ada apa? Cepat katakan, aku tidak memiliki waktu untuk ber-urusan lebih lama denganmu."

Aku meremas celanaku untuk menahan gemetaranku.

"Apa kamu marah denganku?" Ucapku langsung pada poinya.

"Tidak."

"Tapi aku merasa kamu sedang menghindariku."

"Hanya perasaanmu saja..."

Aku menggelengkan kepalaku ber-ulang-ulang.

"..dan bukannya kita berdua memang tidak dekat satu sama lain?!!" Sambungnya kembali.

Mendengar ucapannya itu, membuatku langsung terdiam. Kita berdua memang tidak dekat satu sama lain, dan di sini, hanya aku sendiri yang selalu mengejarnya kemanapun dia pergi. Tapi tetap saja, aku suda bersamanya selama kurang lebih tiga bulan. Dan aku bisa membedakan sikapnya yang kemarin-kemarin dan yang sekarang sangatlah berbeda. Aku tidak mungkin salah.

"Jika tidak ada lagi yang ingin kamu katakan, maka aku akan pergi."

"Tian." Panggilku saat dia berbalik.

"Kenapa kamu tidak makan sarapan buatanku lagi?"

"Karena aku sudah sarapan pagi." Ucapnya tanpa berbalik ke arahku. Setelah itu dia kembali berjalan.

"Aku minta maaf...!!" Teriakku pada saat Zhu Zheng sampai tepat di depan pintu atap.

"Aku minta maaf jika ada kesalahan yang aku buat padamu, tanpa aku sadari."

Zhu Zheng hanya berdiri diam tanpa berbalik ke arahku. Zhu Zheng membuka pintu dan membantingnya dengan keras.

Dia pergi meninggalkanku tanpa kata. Ini membuatku merasa sangat sedih dan terluka.

Dia membenciku tanpa alasan yang jelas.

Apa Zhu Zheng tahu aku menyukainya(?) Tapi aku tidak pernah menunjukan rasa suka dan cintaku padanya maupun pada orang lain. Tapi kenapa dia terlihat sangat membenciku(?) Aku butuh jawaban, tapi siapa yang akan menjawab semua pertanyaan yang sudah menumpuk di dalam hatiku(!) Aku ingin membagi kesedihanku, dan menceritakan kisah sedihku. Tapi kepada siapa aku harus menceritakan isi hatiku(?) Kepada kedua orangtuaku(!) Mungkin aku akan di bunuh.

Dan yang bisa aku lakukan hanyalah memendam dan menguburnya sedalam-dalam hatiku.

Zhu Zheng adalah cinta pertamaku.

.

.

.

Bersambung ...

Selesai pengetikan pada hari-

Kamis, 21 agustus 2020, pukul. 18.23 wita.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen