App herunterladen
23.07% Please, Love Me.. / Chapter 36: Bertemu orang tua pacar

Kapitel 36: Bertemu orang tua pacar

Dariel membunyikan klakson saat melihat Ara berdiri dengan botol minuman ditangannya. Dariel menjemputnya disebuah mini market dekat komplek rumah Ara. Biasanya memang mereka selalu janjian disana. Ara masuk kedalam mobilnya.

"Lama.."

"Kena lampu merah sayang tadi di depan." Dariel menjelaskan. Wajah Ara merah, sepetinya dia sudah menunggu lama.

"Kenapa ga jalan?. Ayo.." Ara selesai memasang sabuk pengamannya.

"Maaf, pasti kepanasan ya?." Dariel mengusap halus pipi merah Ara. Dia merasakan hawa panas disana.

"Coba kalo jemputnya di rumah aku kan ga kepanasan."

"Kalo debatnya soal ini aku pasti kalah." Dariel mengalihkan lagi tangannya ke atas setir dan mulai menginjakkan gas.

"Gimana campingnya? Pasti seru." Sindir Ara.

"Ya gitu aja..."

"Ngapain aja?."

"Makan-makan, ngobrol, mancing, berenang, gitu aja.." Dariel menjelaskan.

"Mau beli apa dulu ga sebelum ketemu bapak?."

"Bapak sukanya apa?."

"Bapak sukanya apa ya?perasaan semuanya suka."

"Masa sih?kalo udah tua bukannya jadi pemilih ya makannya?."

"Kamu mau beli makanan?."

"Iya.."

"Ya udah beli martabak aja yuk. Bapak seneng banget martabak keju sama telor."

"Ya udah beli martabak Adamas."

"Oke." Dariel setuju. Seperti kata Dariel sebelumnya Dia ingin memperkenalkan Ara pada bapak dan ibunya. Ini adalah moment pertama kalinya Dariel membawa seorang perempuan ke rumah. Tante Vani yang mendengarnya senang bukan main bahkan untuk menyambut kedatangan Ara dia langsung siap-siap untuk masak makan malam yang spesial. Dia seakan menyambut kedatangan presiden. Dariel menepikan mobilnya dan setelah itu keluar bersama Ara.

"Mas martabak keju 2, martabak telor 2." Dariel memesan. Sang pelayan langsung meladeni pesanan Dariel.

"Kamu mau apa sayang?." Tanya Dariel dengan cukup mesra bahkan tanpa ragu dia meraih pinggang Ara.

"Engga, aku ga mau apa-apa."

"Yakin?disini banyak jajanan loh."

"Kata kamu ibu masak, nanti ga ke makan."

"Aku yang habisin."

"Kalo Serena sukanya apa?."

"Dia sukanya donat sama ice cream."

"Ya udah beli."

"Beliin Ice cream aja nanti.."

"Aku juga pingin."

"Iya sekalian beli buat kamu."

"Kamu baik banget deh.."

"Iya supaya kamu ga bete aku tinggalin camping kemarin. Ngomelnya aja udah kaya aku pergi ke luar angkasa setahun." Canda Dariel membuat Ara tersenyum kecil.

"Kamunya sih sama cewek yang jelas-jelas aku ga suka."

"Udah ah jangan dibahas nanti bete lagi."

"Aku seurius Riel, aku ga suka sama Farah."

"Farah temen aku sayang, kita ga ada apa-apa dan kalo ada apa-apa pun ga bisa."

"Maksud kamu? kalian pernah ada apa-apa?."

"Engga sayang, ga ada. Dia lagi deket sama Sandi jadi berhenti curiga." Dariel mencoba meredam kecemburuan Ara.

"Habis kalian deketnya ga wajar, perasaan kamu sama Sonya sama Mia biasa aja."

"Masa sih?aku sama Farah juga biasa aja. Sekarang aku tanya Miki masih suka ganggu kamu?."

"Masih. Dia nanya mulu aku lagi apa, jangan lupa makanlah. Ya kali makan aku lupa, bisa mati dong. Itu tuh kaya kamu nafas, ga usah diingetin juga dilakuin." Ara membuat Dariel tertawa sejenak.

"Ya..namanya juga usaha."

"Aku ga ladenin dia kok."

"Iya, aku percaya." Dariel kini bersiap mengeluarkan dompetnya.

"Aku aja yang bayar."

"Ga usah, aku aja." Dariel menolak dan tak lama dia membayar pesanannya. Kini mereka melanjutkan perjalanannya menuju rumah Pak Stefan.

***

"Duh aku deg-degan gini.." Ara merasakan jantungnya berdegup. Baginya ini pun pertama kalinya dia datang ke rumah pacarnya. Sebelum-sebelumnya dia tak pernah datang menemui orang tua dari pacarnya atau bisa dikatakan malas.

"Udah ga papa, mereka baik kok." Dariel siap-siap untuk turun. Tak lupa dia membawa makanan yang dibelinya. Dariel menggenggam tangan Ara sampai ke depan pintu. Bel dia tekan membuat jantung Ara semakin berdebar. Tak butuh waktu lama pintu terbuka. Bibi yang membuka pintu membuat Ara merasa lega sejenak. Dia kira tadi ibu atau bapaknya Dariel. Mereka kini diarahkan menuju tempat makan.

"Kakak.." Rena berlari dan memeluk kaki Dariel.

"Halo sayang..." Dariel mengusap lembut kepala Serena. Perempuan itu kini melihat kearah Ara. Matanya seperti takut.

"Ga papa sayang, ini temennya kakak." Dariel mencoba mempekenalkan Ara.

"Halo cantik, kenalin Arabella." Ara berjongkok agar bisa melihat wajah Serena yang menggemaskan. Rasanya dia jadi ingat ibunya yang sedang hamil. Sebentar lagi dia juga akan punya adik kecil.

"Serena.."

"Imut banget suaranya..." Puji Ara membuat Serena malu.

"Eh...pada ngobrol disini." Suara seorang perempuan membuat Ara langsung berdiri. Dibelakangnya ada pria bertubuh besar dan tinggi mengikuti.

"Malem Bu.." Dariel memeluk ibunya dan juga mencium pipinya sementara pak Stefan dia peluk saja.

"Malem Riel, sehat?."

"Sehat Bu."

"Jadi juga dibawa." Goda Pak Stefan.

"Jadi dong pak. Nah ini kenalin pak, Bu, yang suka Dariel ceritain."

"Arabella om, Tante.." Ara mengulurkan tangannya. Mereka menyambut hangat uluran itu.

"Ini nih yang bikin galau Dariel." Pak Stefan membuat Ara tersenyum kecil. Benarkah?. Apa benar Dariel pernah galau karenanya?. Kalau benar Ara sangat senang.

"Ini anaknya Kenan?."

"Iya om."

"Ya udah ngobrolnya di dalem aja yuk sambil makan. Ibu udah siapin makanan spesial pokoknya." Tante Vani lalu menggandeng Serena ke meja makan. Dia menggenggam lagi tangan Ara.

"Rileks aja, ga papa sayang." Bisik Dariel lalu mengecup punggung tangan Ara. Mereka kini duduk di kursinya masing-masing.

"Aku sama Ara tadi bawain martabak kesukaan bapak sama ibu."

"Wah..makin lengkap dong makannya."

"Kakak juga bawa ice cream kesukaan Rena.." Dariel dengan semangat membuat.

"Mana kak, mana?."

"Ada, tadi udah dikasihin ke bibi mungkin disimpen di kulkas."

"Kalo mau makan es, makan dulu sayang." Pak Stefan membuat Serena mengangguk.

"Bapak kira ga jadi soalnya kamu sempet bilang mau camping dulu."

"Jadi pak, Dariel kan pulangnya sore."

"Kali aja cape."

"Engga. Dariel pingin kenalin Bapak, ibu sama Ara jadi...pacarannya enak." Dariel tanpa malu mengungkap tujuannya sementara Ara menatapnya tak percaya.

"Ayo sambil dimakan." Tante Vani mulai membuka piring. Dia mulai menyajikan nasi di piring pak Stefan dan mengambilkan lauknya sementara Dariel dan AA mengikuti.

"Ara udah tahu cerita Dariel tentang keluarganya?."

"Udah om."

"Terus gimana? ada masalah?."

"Engga ada om."

"Orang tua kamu udah tahu tentang hubungan kalian?."

"Belum om.."

"Loh kenapa?."

"Aku yang minta pak. Pelan-pelan dulu pak."

"Kasih tahu dulu aja ga papa Riel. Kata kamu supaya pacarannya enak."

"Nah iya om, udah Ara kasih tahu juga tapi tetep aja gitu." Ara merasa senang ada yang satu pemikiran dengannya.

"Nanti deh aku jelasin berat kalo diomongin disini." Dariel tetap pada pendiriannya. Makan malam itu pun menjadi makan malam menyenangkan bagi Ara. Dia merasa si terima di keluarga pacarnya. Benar kata Dariel. Pak Stefan dan Tante Vani itu orang yang sangat baik.

***To be continue


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C36
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen