App herunterladen
22.3% Athanasia dan Pangeran Jayden / Chapter 29: Mencari tiket masuk!

Kapitel 29: Mencari tiket masuk!

Dipojok kiri kedai tampak seorang ibu yang terlihat lusuh tampak memperlihatkan kesedihannya dari mimik wajahnya. Lalu setelah beberapa lama berdiam diri seakan merenung, sambil melihat ke arah seduhan teh yang ada di depan matanya, ibu itu pun berdiri dengan tekat!

Ia lalu berjalan ke tengah-tengah ruangan kedai yang hanya berisi sekitar 7 orang saja, termasuk Athanasia dan Bao Yu.

"Siapapun tolong aku yang sedang putus asa ini!" Teriaknya sedikit berani, membuat ke tujuh pasang mata mengarah ke tempatnya berdiri.

Seorang pelayan lalu menoleh ke arah bos pemilik kedai kecil tersebut, hendak ingin mencari tahu apakah ada perintah untuk mengusir wanita itu dari kedai itu lagi. Sebab sudah selama seminggu ia masuk ke dalam kedai hanya untuk memesan segelas teh panas dan berteriak ingin meminta bantuan. Namun tidak ada seorang pun yang mau membantunya.

Pemilik kedai itu lalu mengayunkan tangannya, pertanda bahwa wanita itu harus segera diusir sebelum ia melakukan hal konyol, seperti berlutut dihadapan para pelanggan dan memaksa mereka untuk membantu putranya yang terbaring sakit.

Melihat kode yang diberikan oleh bosnya, pelayan wanita muda tersebut lalu meletakkan nampannya yang berisi berbagai macam menu makanan, yang akan disajikan di atas meja Athanasia dan Bao Yu.

"Mohon maaf, tapi anda tidak bisa berteriak di dalam kedai kami. Itu sangat menggangu nyonya..." Ujar pelayan itu dengan sopan.

"Tapi..."

Ibu tersebut lalu tampak tidak mau keluar dan bersikeras mencari jalan lain. Ia lalu berlari ke arah seorang pria muda yang tampak memakai jubah yang terbuat dari kain sutera halus berwarna biru dengan bulu domba sebagai lapisannya. Dari bajunya saja dapat diketahui bahwa mungkin pemuda itu merupakan anak yang memiliki cukup uang. Dimana sutera dan bulu domba merupakan pakaian mahal, di saat kelaparan tampaknya merajalela di kota Xiato, kerena musim dingin yang berkepanjangan.

Namun sayangnya ketika ibu itu meraih tangan pemuda itu, pemuda itu menepis kasar kedua tangan ibu tersebut sambil menatapnya dingin, sedingin es.

"Tuan tolonglah... Putraku sedang sakit parah dan aku membutuhkan sejumlah uang untuk membawanya berobat. Tolong bantu saya tuan..." Pinta ibu itu sambil berlutut dan memohon.

Pria dengan jubah yang bisa dikatakan cukup indah tersebut, lalu melihat ke arah pelayan wanita yang ada di belakang ibu itu. "Apa yang kau tunggu pelayan? Cepat singkirkan orang tua kumuh ini dari hadapan ku!" Ujar pria itu tampak sangat marah.

Bos pemilik kedai yang menyadari kedatangan anak dari kepala kota Xiato, lalu keluar dan segera menghampiri pria tersebut. "Ano... maafkan saya tuan. Tolong jangan simpan di hati anda, perkara hari ini... Bagaimana jika sake hari ini saya berikan gratis sebagai kompensasi dari kecerobohan saya?" Tanya bos pemilik kedai seperti seorang penjilat.

Matanya memperlihatkan kelicikan dan senyumannya berbisa mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri.

"Hmt, itu sungguh kesepakatan yang bagus. Bawakan aku sake terbaikmu!" Kata pria itu sambil mengambil tempat di ruangan khusus.

"Tuan memang sangat murah hati!" Ujar bos pemilik kedai. 'Dasar anak ingusan kurang ajar! Jika ayahmu bukan orang penting, mana mungkin aku akan memberikan sake kami dengan gratis...' Pikir bos pemilik kedai di dalam hatinya.

"Tuan... tolong jangan pergi... tuan..." Ibu tersebut masih berteriak berusaha untuk menyampaikan keluh kesahnya. Tapi apalah daya, dia hanya orang biasa tanpa kedudukan.

Bos pemilik kedai itu lalu menatap tajam ke arah pelayannya. "!" Pelayan itu sedikit terkejut, dan dengan segera ia menyeret ibu tersebut keluar dari dalam kedai dengan kasar.

"Tidak... tolong biarkan aku meminta pertolongan." Ibu itu bertahan dengan tekatnya.

"Sebaiknya anda mendengarkan saya dan jangan pernah kembali ke sini!" Ujar pelayan tersebut sambil melemparkan tubuh ibu itu di atas tumpukan salju yang dingin.

Pelayan itu juga tidak bisa bersikap lebih lembut lagi. Jika tidak, kemungkinan besar ia akan segera dipecat kali ini, karena bersikap terlalu lembut terhadap ibu tersebut.

Bao Yu lalu terlihat hendak mengambil tongkatnya, tapi Athanasia menghentikan Bao Yu untuk berdiri menghampiri ibu dan pelayan yang sedang sibuk itu.

"Itu bukan urusan kita. Jangan ikut campur!" Kata Athanasia tenang sambil meminum seduhan panas, secangkir teh yang ada dihadapannya.

"Apa kakak akan membiarkannya begitu saja?" Tanya Bao Yu menatap dengan penuh harapan bahwa Athanasia tidak akan tinggal diam.

"Nikmati saja makanan mu itu!" Jawab Athanasia diluar ekspektasi dari Bao Yu.

"Apa?" Tanya Bao Yu tak percaya dengan apa yang didengarnya.

Athanasia lalu menatap Bao Yu dengan tajam. Hal itu membuat Bao Yu diam tak berkutik lagi! "Baiklah, aku mengerti." Ujar Bao Yu menyelesaikan perdebatan yang mungkin akan terjadi, jika ia melanjutkan untuk memprotes sikap Athanasia.

Selang beberapa menit Athanasia pun beranjak dari kursinya dan pergi keluar. Didapatinya lah ibu itu masih duduk dengan gemetaran di atas salju dingin tanpa lapisan baju yang tebal.

"Anda masih di sini nyonya?" Ujar Athanasia memandangi ibu tersebut.

Bao Yu yang keluar belakangan lalu tercengang melihat ibu itu masih bertahan di tengah dinginnya salju di saat malam akan menghampiri. Ia dengan segera memberikan mantel bulunya untuk menyelimuti tubuh dari sang ibu tersebut.

"Apa yang nyonya lakukan? Jika nyonya terus berada di sini, anda akan mati kedinginan..." Ujar Bao Yu respect.

"Putraku... tolong putraku..." kata ibu itu dengan suara yang bergetar lirih.

"Apa?" Tanya Bao Yu sambil mendekatkan telinganya ke arah ibu tersebut, sebab suaranya terdengar seperti sebuah gumaman semata.

"Aku akan menolong putramu! Sebagai gantinya, aku ingin masuk ke wilayah Empire..." Ujar Athanasia.

Pernyataan Athanasia yang tiba-tiba membuat Bao Yu mengalihkan pandangannya ke arah Athanasia yang berdiri tepat di depan mereka yang dalam posisi menjongkok.

"Apa kau serius? Bukankah tadi kau tidak mau untuk..." Belum sempat Bao Yu menyelesaikan kalimatnya, Athanasia lalu membantu mengangkat ibu tersebut berdiri dan membiarkan Bao Yu tergeser ke samping.

"Mari saya bantu nyonya..." Ujar Athanasia dengan ramah.

"Kau sungguh aneh!" Gumam Bao Yu.

"Apa kau serius mau membantu saya?" Tanya ibu itu dengan pandangan yang memiliki harapan besar terhadap Athanasia.

"Tentu saja. Sekarang mari kita lihat apa yang bisa kulakukan untuk mengobati putramu. Sekarang bawa aku ke tempatmu!" Ujar Athanasia lagi menjawab pertanyaan dari ibu tersebut.

Ibu tersebut lalu menundukkan kepalanya. Tidak mungkin bagi dirinya untuk membawa Athanasia dan Bao Yu ke wilayah Empire. Tapi bisa menjadi mungkin jika anaknya saja yang ia bawa untuk keluar menemui Athanasia.

"Syarat yang saya katakan tadi, berlaku jika nyonya menginginkan saya mengobati putra nyonya." Ujar Athanasia memastikan bahwa ibu tersebut akan membawa mereka ke wilayah Empire apapun yang terjadi.

"Baiklah... kalian ikutlah dengan ku. Tapi kita harus ke suatu tempat terlebih dahulu!" Ujar Ibu itu dengan sayu.

~To be continued


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C29
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen