*Istana Mawar
Athanasia mengumpulkan kedua pelayanannya. Ia hendak berbincang mengenai kepergiannya.
"Saya akan meninggalkan kediaman Duke ayahku, dan pergi berkelana ke timur. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan ku, aku akan baik-baik saja" Athanasia menjelaskan keinginannya dengan lembut dan tersenyum.
"Kami akan pergi bersamamu. Kemanapun kaki Putri melangkah, di situlah juga kami akan berpijak" ujar Emely dengan wajah penuh kepercayaan.
"Kalian tidak perlu pergi bersamaku, Saya tidak ingin kalian mengalami kesulitan karena saya".
"Anda adalah tuan kami. Kepada siapakah kami akan mengabdi, jika bukan kepada Anda?" Beti memprotes keputusan Athanasia yang hendak berpergian sendirian.
Kedua pelayan itu bersih keras akan pergi bersama Athanasia. Sehingga Athanasia tidak dapat menahan desakan mereka dan mengijinkan mereka untuk berpergian bersamanya.
"Baiklah. Saya sangat bersyukur jika kalian mau berbagi nasib denganku. Namun kalian boleh ikut dengan 1 syarat! Setelah keluar dari kediaman ini, aku bukanlah tuan kalian" Athanasia berhenti sejenak, melihat wajah kedua pelayan itu yang kebingungan, ia melanjutkan perkataannya "Kalian adalah saudaraku. Oleh sebab itu, tolong panggil saja saya dengan nama saya, Nasia!"
"Bagaimana bisa kami melakukan hal itu? Itu tidaklah sopan memanggil tuan kami dengan namanya" ujar Emely
"Lakukanlah. Ini perintah! Apakah kalian akan melawan perintah ku?" Athanasia memperlihatkan ekspresi wajah marahnya yang lembut.
"Kami akan melakukannya" sambung Beti.
"Baiklah jika itu keinginan Putri" ujar Emely.
Athanasia tersenyum "Baiklah kita telah sepakat... Berbenah lah. Kita akan berangkat besok pagi. Dan saya akan keluar kediaman sebentar. Kalian tidak perlu menemaniku. Saya tidak akan lama".
Untuk pertama kalinya Athanasia keluar dari kediaman istana mawar dan pergi ke kota lain.
Ia berjalan sampai di sebuah jembatan dekat taman kota Niela. Ia terpukau dengan pemandangan danau dan angin sepoi-sepoi yang berhembus ringan menghampiri dirinya. Seketika ia teringat akan ibunya. Ia akan segera meninggalkan kota Niela dan mungkin dalam waktu lama tak akan kembali.
Matanya sedikit berlinang, ia mengingat masa-masa ketika bermain bersama ibunya di halaman belakang kediaman. Waktu berlalu begitu cepat, ia menghadap kan wajahnya ke arah selatan dan mendapati seorang anak muda berdiri seperti patung dan melihat kearahnya. Athanasia tak mengerti apa yang terjadi kepada pria itu, dan berbalik arah menuju jalan untuk pulang ke kediamannya.
"Saya telah kembali" Athanasia masuk dengan santai.
"Selamat datang kembali Putri" Sambut Beti dan Emely
"Sebentar, kenapa kalian memanggil ku dengan sebutan Putri? Bukankah kita telah sepakat untuk memanggil namaku saja? Tolong di ulangi wahai kakak-kakak ku tercinta" Athanasia protes
Wajah mereka tersipu malu dan memanggil nama Athanasia dengan terbata-bata.
"Na...si...a" mereka menyelesaikan kalimat mereka.
Mereka kemudian saling memandang satu sama lain dan tertawa terbahak-bahak.
**
*Keesokan harinya
Segala persiapan telah selesai dan mereka siap untuk berangkat. Athanasia tidak memberitahukan kepergiannya dan melapor ke kediaman istana utama. Ia bagaikan melarikan diri dan pergi begitu saja tanpa bertegur sapa kepada ayahnya.
Namun Emely mengirimkan surat kepada Duke mengantikan Athanasia untuk memberitahukan kepada Duke, bahwa mereka akan berpergian agar Duke tidak menjadi khawatir akan putri Athanasia. Begitulah perjalanan mereka telah dimulai. Mereka menempuh perjalanan selama 1 bulan menuju ke arah barat sampai kota perbatasan Kota Shyek.
(Bulan ke-8 tahun 734 Kota Shyek)
"Akhirnya kita telah tiba di kota Shyek" Ujar Athanasia
"Saya akan mencari penginapan di dekat sini" ujar Emely.
"Saya akan bertanya-tanya kepada masyarakat di sekitar sini" sambung beti
Emely melihat sekitar dan melihat sebuah kedai makan di sebelah kanan tidak jauh dari tempat mereka berdiri. "Baiklah, jika begitu Nasia boleh pergi ke kedai itu dan beristirahat sebentar"
"Baiklah kak, kalian janganlah pergi terlalu lama" Athanasia melangkahkan kakinya dan beristirahat di kedai makan itu sembari memesan teh hangat.
15 menit kemudian Emely dan Beti kembali dan mereka bersama-sama menuju ke penginapan. Beti mendapatkan berita bahwa kota Shyek adalah kota yang misterius.
"Kota ini adalah tempat pembuangan dan adalah kota dimana orang-orang kekaisaran diasingkan. Kebanyakan penduduk kota hidup sebatang kara tanpa keluarga. Dan jarang di temukan anak muda di kota Shyek. 80% penghuninya adalah orang-orang dengan usia 40 ke atas. 50% Penghuni kota memiliki penyakit yang tidak ada obatnya, mereka cacat! Anak-anak yang baru dilahirkan di kota ini biasanya mati secara mendadak karena terserang suatu penyakit epidemik. Jika mereka bisa bertahan hidup pun mereka akan cacat seumur hidup mereka" Beti menyelesaikan investigasinya dan selesai melapor.
"Bukankah ini sedikit aneh?" sambung Beti bertanya
Emely berpikir dan berkata "Hmt,, sedikit!"
"Dari mana kau mendapatkan informasi-informasi ini? Apakah kau bertanya pada warga-warga sekitar dan mereka terang-terangan menceritakan kisah kota mereka pada orang asing yang berkelana?" Sambung Athanasia
"Bukankah aneh jika orang-orang di kota ini menceritakan keburukan kota kepada orang asing?" lanjut Emely
Beti mengingat-ingat siapa saja yang memberikan ia informasi ini. "Saya pergi ke sebuah rumah makan mewah, disana banyak gosip yang beredar. Tampaknya orang-orang di rumah makan itu adalah bangsawan-bangsawan kota. Mereka membicarakan kegelisahan mereka tentang apa yang menimpah kota Shyek. Dan saat perjalanan pulang saya barulah memperhatikan sekitar, bukankah banyak orang yang pincang atau orang yang cacat di area wajah mereka?"
"Kamu benar, mungkin karena kita tiba di kota pada petang di mana hari mulai gelap kita kurang memperhatikan sekitar" Sahut Emely
"Tunggu dulu, bukankah pelayan penginapan tadi juga berjalan pincang?" Tanya Athanasia
"Oh iya, saya ingat. Benar katamu!" Emely menjawab dengan cepat
Wajah Beti mulai ketakutan dan di genggamnya erat-erat kedua tangannya dan berkata "Kota ini sangat misterius, bisakah kita kembali saja?"
Tiba-tiba mata Athanasia tertuju pada Beti, "Jangan takut. Maafkan aku, tapi kita tidak bisa kembali"
"Iya, kita tidak bisa kembali begitu saja" Emely membantu meyakinkan.
Kemudian Emely menjitak kepala Beti sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Bisakah kamu lebih dewasa sedikit dan kurangi rasa takutmu? kita sudah lewati banyak hal untuk sampai di kota Shyek!"
Athanasia tertawa dan berkata "Sudahlah kak Emely, jangan begitu keras kepada kak Beti"
Emely dan Beti sibuk bertengkar sedangkan Athanasia termenung, "Kenapa ibunda ingin aku ketempat seperti ini! Ini seperti kota mati"
"..."
"Ah, sudahlah. Tidak usa aku pikirkan" ujar Athanasia dalam hati
"Baiklah, sudah diputuskan bahwa besok kita akan menyelidiki lagi tentang kota ini. Istirahat lah dahulu" Ujar Athanasia menghentikan keributan kedua kakaknya itu.
Mereka sepakat untuk beristirahat dahulu dan membaringkan tubuh mereka dan tertidur dengan cepat karena perjalanan yang panjang.
Shyek adalah kota yang sang selir rekomendasikan bagi Athanasia untuk pergi berkunjung Sebelum ia melakukan perjalanan ke timur. Namun kota itu sangatlah misterius!
***