App herunterladen
23.8% CAROLINE / Chapter 60: Chapter 60

Kapitel 60: Chapter 60

Setelah berjalan selama hampir empat puluh lima menit lamanya, kami ber-lima sampai di lapangan kosong yang berada di sisi terdalam hutan Redforest. Kata Alex tempat ini dulunya sering dipakai untuk sparring, tapi sekarang lokasi sparring sudah dipindah ke sisi hutan yang lain. Karena lama tidak digunakan semak-semak liar tumbuh di sekitar lapangan ini. Pohon pinus dan oak tumbuh mengelilingi lapangan ini juga.

Tanpa berbasa-basi Vincent berjalan ke tengah lapangan lalu menarik kaosnya dan melemparkannya ke pinggir lapangan. "Ayo selesaikan ini secepatnya, Evelyn memintaku makan malam di rumah karena Ia akan memasak." katanya sambil melambaikan tangannya pada Bastien agar Ia maju.

Bastien iku membuka kaosnya juga. Kutarik nafasku dengan tajam saat melihat luka cakaran panjang di punggungnya, kelihatannya luka itu sangat dalam dan baru karena hingga hari ini masih belum sembuh juga. Ia menoleh ke arahku saat mendengar tarikan nafasku, "Oh, ini hanya souvenir dari Adler." ucapnya sambil tersenyum sebelum kembali fokus pada Vincent yang berdiri di seberangnya.

"Apa aku harus berubah ke wujud serigalaku?" tanya Bastien sambil bersiap membuka kancing celana jeansnya.

"Tidak, tidak perlu... Aku bisa mengukur kekuatanmu dalam sparring biasa. Kau boleh menyerangku dengan kekuatan penuhmu." balas Vincent.

"Apa kau yakin?" Bastien terdengar ragu,

"Oh... aku belum memberitahumu? Sama seperti Dimitri, aku juga setengah Leykan." jawab Vincent dengan senyuman kecil. Keheningan sesaat menyelimuti lapangan ini. Jake menampar keningnya sambil memejamkan mata.

Apa Vincent baru saja memberitahu... identitasnya? Pikirku dengan terkejut.

"Kau... apa?" tanya Bastien dengan suara agak bingung.

"Ley-kan, aku juga setengah Leykan." ulang Vincent. "Ah! Kuharap kau tidak akan memberitahu siapa-siapa tentang rahasiaku ini." tambahnya seakan Ia lupa hal yang paling penting sebelum membuka identitasnya.

Bastien berbalik menatap Alex dengan pandangan bertanya. Aku yakin Ia pasti sedang berpikir di dalam kepalanya apakah Vincent orang yang waras atau bukan. Alex membalasnya dengan anggukan singkat, "Serang dia dengan seluruh kekuatanmu. Aku akan sangat berterima kasih jika kau bisa menghajarnya sekalian."

"Kenapa tidak kau sendiri yang maju untuk menghajarku, Alpha?" tantang Vincent dengan senyuman kesalnya sebelum kembali fokus pada Bastien yang masih terlihat agak ragu. "Aku tidak bercanda, Bastien. Serang aku dengan seluruh kekuatanmu."

"Auramu berbeda dengan Dimitri..." gumamnya sambil mengibaskan kedua tangannya untuk pemanasan.

"Tentu saja kami berbeda, aku tidak setolol Dimitri yang memamerkan kekuatannya dengan sembrono. Jika kau masih ragu juga, menurutmu bagaimana aku bisa membunuh Igor dalam waktu kurang dari sepuluh menit?" Vincent kembali melambaikan tangannya pasa Bastien, "Jika Dimitri memang setengah Leykan seperti yang kau bilang, maka kekuatan kami akan seimbang. Apa kau tidak ingin mencoba melawanku?"

Tantangan Vincent sepertinya berhasil membuat rasa ragu Bastien menghilang. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya.

Tanpa aba-aba Ia berlari dengan sangat cepat lalu menghantam rahang dan rusuk Vincent dengan pukulan kedua tangan kiri dan kanannya dalam waktu hampir bersamaan. Teknik bertarungnya sangat mengesankan karena Bastien mengandalkan kecepatan dan presisi saat memukul, bahkan Vincent terlihat agak terkejut. Ia duduk tersungkur di rumput sambil tertawa kecil.

"Tidak buruk..." pujinya sambil tersenyum walaupun sudut bibirnya berdarah. "Tapi sudah kubilang untuk menggunakan seluruh kekuatanmu, kan?"

Bastien mengulurkan tangannya untuk membantu Vincent berdiri, "Jadi kau benar-benar memiliki darah Leykan?"

"Tsk, apa kau mau melihat mataku agar bisa percaya?" tanya Vincent dengan kesal.

"Aku boleh melihatnya?" sahut Bastien dengan terkejut.

Vincent memandangnya dengan kedua matanya yang menyipit, "Setelah dipikir-pikir lagi kau sama menyebalkannya dengan Jake, huh? Pantas saja kalian sangat dekat."

Jake yang mendengarnya menggerutu di sebelahku, "Apa Ia tidak punya cermin di rumahnya?"

Vincent dan Bastien kembali berdiri di tempatnya masing-masing, hanya kali ini keduanya terlihat lebih serius dari sebelumnya. Vincent berhasil menghadang setiap serangan Bastien, tapi beberapa kali Ia juga menerima bogem mentah yang lolos dari pertahanannya. Dalam sparring ini hanya Bastien yang menyerang, sedangkan Vincent fokus menghindari setiap hantaman dan pukulannya. Semakin lama pertarungan mereka terasa semakin intens, aku hampir tidak bisa mengalihkan perhatianku dari gerakan cepat keduanya.

Tiba-tiba Alex menyentuh tanganku untuk mengalihkan perhatianku, aku menoleh padanya dengan pandangan bertanya.

"Salah satu mata Vincent hampir berubah warna." kata Alex sambil memandang sparring keduanya.

Benar saja, walaupun samar tapi salah satu mata Vincet berubah warna menjadi biru bersemu violet. Padahal saat melawan Igor kedua matanya terlihat normal-normal saja. Artinya Bastien memiliki kekuatan yang cukup dominan hingga bisa mendorong kekuatan Leykan Vincent keluar.

Akhirnya setelah beberapa lama berada di sisi bertahan, Vincent membalas pukulan Bastien dengan mencengkeram lehernya lalu membantingnya ke tanah. Keduanya saling memandang dengan nafas terengah-engah. "Bastien... Kau bisa mengalahkan Dimitri tanpa kekuatanku." ucap Vincent sambil membantunya berdiri.

Keduanya terlihat babak belur, tapi justru Batien lah yang kelihatan lebih parah walaupun Ia hanya menerima satu kali serangan dari Vincent.

"Tentu saja kau masih membutuhkan latihan bersamaku." lanjut Vincent sambil tersenyum.

Bastien mengusap keringat dan darah di keningnya lalu menggeleng, "Aku tidak akan bisa mengalahkan Dimitri dalam bentuk serigala."

Vincent mengangguk lalu menyeringai, "Benar, kau tidak akan bisa mengalahkannya jika Ia berubah ke wujud serigalanya... Kalau begitu kita tinggal memancingnya ke tempat di mana Ia tidak bisa mengubah dirinya, kan?"

"Maksudmu Tanah Abu?" sahut Jake dari pinggir lapangan. "Apa kau gila? Bertarung di Tanah Abu membutuhkan ijin dari seluruh Alpha."

"Atau ijin dari Enforcer..." kata Alex tiba-tiba. "Kau ingin aku meminta ijin pada Luca dan Jordan untuk menggunakan tempat itu, kan?"

"Tentu saja. Bukankah mereka sudah menawarkan bantuan? Sayang sekali kalau kita tidak memanfaatkan Enforcer itu dalam rencana ini. Kita harus melibatkan kedua orang itu sebagai asuransi juga. Jika rencana ini tidak berjalan sesuai rencana, paling tidak mereka akan ikut disalahkan ha-ha-ha." Hanya Vincent yang bisa mengatakan hal seperti itu dengan sangat santai.

"Tapi kau masih harus melewati tes penerimaan anggota Enforcer dari Luca dan Jordan." kataku untuk mengingatkannya.

Vincent kembali tersenyum. "Tenang saja, aku pasti akan lulus." Ia menoleh pada Bastien lalu menepuk pundaknya, "Ayo kita habisi Dimitri di tempat yang sama dengan adiknya."


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C60
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen