App herunterladen
26% KEMBALI PADAMU / Chapter 39: Mirip denganmu

Kapitel 39: Mirip denganmu

HOTEL MUTIA

Alan sedang menghadiri acara resepsi pernikahan kliennya, Yuda juga ada di sana, walupun mereka saling kenal tetapi Alan lebih baik menghindar, Alan dengan Andri berdiri di sudut ruangan sambil meminum Wine, terlihat Yuda mengandeng seseorang melewati Alan,

"Tunggu... tunggu Lan... kok mirip Raya." gumam Andri, Alan langsung melotot.

"Ayo ikuti!" Andri dan Alan mengikuti Yuda dan yang mirip dengan Raya. Terlihat mereka masuk ke kamar Hotel, tadinya mereka mau langsung masuk menerobos pintu, tetapi sialnya pintunya sudah di kunci, Alan berlari ke meja resepsionis dan menjelaskan semuanya kebetulan di situ ada Tito teman Raya,

"To..tolong aku, pastiin itu di kamar nomor 122 Raya apa bukan." Alan gelisah ,

"Aku minta ijin untuk meliat CCTV ." Alan memaksa, sebelumnya mereka menolak, tapi karna Alan bilang Raya istrinya pihak Hotel mengijinkan, mereka langsung melihat CCTV.

"Raya..." Alan hampir tidak percaya melihatnya.

"Aku mau pintu itu dibuka." suara Alan dingin, mukanya memerah, setelah mendapatkan kunci cadangan, pintu Alan dorong kuat- kuat dan terlihat Yuda sudah bugil menimpanya,

"Yuda..." teriak Alan menarik badan Yuda dan memukulnya sementara Cewek itu berhasil melarikan diri bahkan Andri tidak sempat menahannya,

"Raya tunggu!" teriak Alan tapi dia terus berlari dan menghilang,

"Raya milikku selalu milikku," Kata Yuda setengah sadar.

"Raya hanya milik gue," Alan berdiri sekilas melihat di atas seprei ada noda basah, kemarahannya makin memuncak, balik lagi menghadap Yuda yang baru bangun dan melayangkan pukulan lagi,

"Buuukkk." Yuda sempoyongan dan terjatuh.

"Kamu keterlaluan Yuda..." Yuda tertawa sambil mengelap sudut bibirnya yang berdarah,

"Cari Raya sampai dapat!" Alan keluar diikuti Andri,

Alan mencoba menghubungi Raya tetapi beberapa kali menelponnya, Handphonenya tidak aktif, amarah Alan makin memuncak.

"Sial! Apa yang terjadi Raya, malam ini kamu pulang malah langsung menemui Si Yuda brengsek itu." Alan bergumam tangannya gemetar dan beberapa kali menonjok dinding hotel hingga tangannya memar, Andri menyaksikan Alan jadi penasaran.

"Raya beneran istri kamu?" Alan mengangguk sambil bersandar di dinding,

"Aku sama sekali tidak mengira Raya berubah." Alan tertunduk sedih,

***

HOTEL MARIA

seseorang keluar dari taxi dengan cepat - cepat masuk kedalam Hotel,

"Pekerjaan aku sudah selesai, mana uang yang kamu janjikan?"

"Sesuai perjanjian." Perempuan itu menyerahkan uang 50jt di amplop, terus tertawa,

"Sebentar lagi Raya hancur, tidak sia- sia aku bertemu kamu."

"Aku butuh baju ganti, laki- laki yang tergila- gila sama si Raya itu benar- benar membuat aku kewalahan, lihat baju aku! basah sama cairannya semua, dia begitu bergairah dan dia bilang sangat bahagia."

"Dia suami aku ... tapi setelah dia tau aku keguguran mungkin dia akan menendang aku... makanya sebelum itu terjadi, aku ingin Raya juga menderita."

"Kamu gila, suami kamu sendiri kamu kasih ke aku buat jadi umpan balas dendam kamu? kamu manusia apa bukan?"

"Aku sebenarnya sangat tergila- gila sama Yuda tapi, hanya 1 kali aku mendapatkan dia, selebihnya dia selalu melihat aku jijik, yang dia cintai cuma Raya, jadi apa aku salah memanfaatkan situasi ini?"

***

Raya sibuk membereskan barangnya, harusnya malam ini Raya sudah sampai dan ketemu Alan terpaksa di tunda karna pekerjaannya juga kepalanya, Raya tersenyum membayangkan pertemanannya setelah sekian lama terpisah, badannya lebih kurus dari sebelumnya mungkin karna terlalu merindukan Natan dan Alan, malam ini Raya sama sekali tidak bisa tidur, dilihatnya layar handphonenya dia baru ingat handphonenya mati kesiram minuman saat di dalam mobil,

"Besok kita bertemu, sekarang kita tahan rindu kita semalam." gumam Raya,

Pagi - pagi setelah sarapan, Raya bergegas kebandara diikuti pengawalnya, setelah melewati hari yang melelahkan jam 7 malam Raya tiba di bandara di sambut Herlambang dan Natan, Raya menengok kekanan dan kiri,

"Alan mana?"

"Papa bilang Alan kemaren kalo papa yang mau jemput." Raya mengangguk dan menunduk agak kecewa, padahal hari ini Alan harusnya libur.

"Raya lupa kemarin Raya tidak memberi kabar kalau Raya tidak jadi pulang, apa Alan menunggu dan marah sekarang ya pah?"

"Tidak mungkin, Alan pasti tau kamu di rumah papa. Kepalamu kenapa?" Herlambang melihat perban yang menempel di kepala Raya.

"Kena tembak, makanya Raya menunda kepulangan, kepalanya masih pusing."

"Segera kedokter!" Herlambang panik,

"Tidak usah cuma kulitnya aja yang mengelupas, tembakannya meleset, Ayo pulang!"

Raya pulang ketempat Herlambang terlebih dahulu untuk melaporkan hasil kerjanya.

"Anak papa bisa diandalkan." Herlambang terlihat sangat bangga.

"Tentu..."Raya percaya diri.

"Kapan kamu ambil alih perusahaan papa?" Raya menggeleng,

"Untuk saat ini aku belum sanggup, mengurus cabangnya saja berat, apa lagi mengambil alih perusahaan berarti aku harus mengurus semuanya." membayangkannya saja Raya udah ngeri, Herlambang ketawa,

"Lambat laun kamu akan terbiasa, terlebih lagi sekarang ada Alan, kalian bisa mengurusnya bersama- sama." Raya menarik nafas panjang,

"Aku pulang." Raya pamit pada Herlambang, Herlambang mengangguk, tapi tiba- tiba Natan muncul memanggil Raya,

"Mama Natan mau bobo ayo temenin Natan sebentar!" ajak Natan, Raya tersenyum dan mengikuti Natan kekamarnya, Raya tidak berani menolak permintaan anak semata wanyangnya, Alan terlelap di pelukan Raya, Raya juga terlelap di kamar Natan.

Paginya baru Raya pulang ke Apartemen...

Karana Raya membawa kunci Apartemennya Raya tidak harus menekan bell seperti tamu atau menunggu Alan membukakan pintu. Raya masuk kedalam, terlihat Alan tertidur di sofa dengan banyak minuman di mejanya, Tanpa membangunkannya Raya membersihkan dan merapikan semua, mengganti seprei kamar dan memasak makanan buat Alan, karena mencium bau masakan Alan terbangun,

"Raya, ngapain kamu pulang setelah apa yang kamu lakukan?" Nada Alan kesal dan setengah berteriak, Raya kaget dan membalikan tubuhnya,

"Maaf aku ketiduran di tempat papa semalem jadi tidak langsung pulang."

"Kamu masih mengelak setelah ketauan selingkuh?" Raya bengong,

"Selingkuh? aku baru pulang semalem dan di bandara di jemput papa, terus kerumah papa tadi pagi di antar sopir kesini, Aku menunda keberangkatan karna aku terluka, aku mau mengabari hapeku ketumpahan air minum di mobil dan rusak." Suara Raya gemetar ketakutan melihat kemarahan Alan, sampai tangannya menyenggol penggorengan panas dan minyak panas separuh tumpah ketangannya hingga melepuh, mata Raya berkaca- kaca dan menggigit bibirnya menahan sakit,

Alan terdiam sebentar... mengatur emosinya,

"Jadi yang kemaren malam di kamar Hotel bersama Yuda siapa?" Raya menggeleng,

"kalo kamu tidak percaya, hubungi papa saja! jadwal kepulanganku di tiket ada di handphone pengawal papa." Suara Raya pelan, Alan langsung memeluk Raya erat....

mendengar itu Alan sedikit melunak dan mulai meneliti istrinya, kemudian memeluk Raya,

"Ma'afkan aku yang telah meragukanmu orang yang aku temui bersama Yuda kemaren malam, mirip denganmu." Raya bengong, bagaimana bisa ada kembarannya,

"Aww... " Raya meringis karna Alan menyenggol tangannya yang melepuh, melihat itu, Raya langsung di gendong kesofa dan di kasih obat luka bakar, Alan panik melihat tangan Raya melepuh,

"Tidak apa- apa, aku yang salah... tidak mengabarimu, aku pikir dengan membiarkanmu 2 malam akan membuat rindu kita terobati sekarang." Raya tertunduk,

"Kepalamu terluka dan aku sendiri yang membuat tanganmu luka." muka Alan memerah hampir menangis,

"Heyy, aku tidak apa- apa, kalau kamu sudah tenang, kita hubungi papa untuk menyelidiki ini, atau kita lihat ulang CCTV nya!" Raya berkata dengan hati-hati, Alan mengangguk,

"Sana mandi! aku siapin makanmu." Alan menggeleng,

"Kamu tetap di sini! aku tidak akan mengijinkanmu kedapur lagi." Raya hanya mengangguk tidak mau membuat Alan marah lagi.

Setelah mandi Alan mengambil kunci mobil,

"Ayo!"

"Yakin kamu bisa nyetir? sedang kamu minum banyak semalam? Kamu juga belum makan." Raya sangat khawatir,

"Udah netral jangan khawatir, kita nanti makan di luar."Raya hanya menurut diam, Alan mengandeng Raya keparkiran tujuan pertama adalah Dokter, karna Alan sangat khawatir luka Raya meninggalkan bekas, setelah dari dokter Alan membeli handphone baru buat Raya setelah itu baru makan,

"Kamu mau makan apa?" Tanya Alan,

"Samakan saja sama pesananmu." Raya tersenyum dan menyandarkan badannya kebahu Alan,

kemudian Alan pesan 2 porsi Ayam bakar dan jeruk dingin.

Setelah makan Raya mampir ke Hotel Mutia dan melihat ulang CCTV mulai dari awal dan dengan fikiran jernih, sangat terlihat perbedaannya cewek itu memang sekilas mirip Raya tapi, melihat rambutnya berombak dan hitam, sedang Raya lurus dan agak coklat, dari postur tubuhnya cewek itu lebih pendek dan lebih besar jadi kalau teliti melihatnya sangat berbeda kulitnya juga tidak seputih Raya, melihat ulang Vidionya Alan meremas tangan Raya dan sangat merasa bersalah, sedang Raya menghubungi Papanya untuk mencari cewek yang telah membuat kekacauan.

"Ayo pulang!" Ajak Raya pelan, Alan mengangguk, setelah berterimakasih kepada pihak Hotel, Alan dan Raya kembali ke Apartemennya, Raya masuk kekamar dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur,

"Maaf... " Suara Alan menunduk, Raya membuka matanya dan mengecup bibir Alan,

"Aku kangen.... ma'afmu tidak cukup mengobatinya." Raya menatap dalam Alan,

"Aku akan mengobatinya..." Alan memeluk tubuh Raya dan menekan bibir Raya,

"Aku mencintaimu..." setiap kali Raya mengatakan itu, perasaannya makin baik,

"Jangan meragukan aku lagi... hatiku sakit mendengar kamu membentaku..." Raya merengek,

"Maaf sayank..."

"Aku bisa bayangin kalau kemaren Yuda tidak tergoda dan kamu yang di deketin Cewek itu, apa kamu akan melakukannya?" Raya menggoda...

"Aku ingat postur tubuh istriku dan lekuk tubuh istriku, juga aromanya, waktu itu aku hanya melihat sekilas dan amarahku sudah memuncak jadi aku kehilangan akal sehatku."

"Jangan terlalu mencintaiku, itu akibatnya membuat kamu buta..."

"Aku hampir gila karena kamu meninggalkanku begitu lama..."

"Itu ujian kesetiaan."

"Apa yang kamu lakukan di sana? Aku melihat pengawalmu begitu tampan?"

"Kamu pikir dengan banyak pengawal tampan aku akan menjadikan mereka seperti Natan mandi bola dengan bola- bola yang banyak?" Alan spontan tertawa,

"Bahkan selama aku di sana dressku tidak pernah aku pakai karena aku tidak nyaman dengan situasi itu." Alan makin erat memeluk Raya,

"Terimakasih sayank." Raya membalas pelukan Alan.

"Aku rindu banget saat seperti ini..." Raya membenamkan wajahnya di dada Alan dan menghirup aroma tubuh Alan kemudian perlahan terlelap di pelukannya, Alan membenarkan posisi tidur Raya dan menyelimutinya, terlihat Raya lebih kurus dari sebelumnya dan melihat tangannya yang luka cukup parah membuat Alan mengutuk dirinya sendiri, atas kebodohannya...


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C39
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen