Aku pasti sudah gila.
Mr. Dostoevsky menyampirkan jasnya di atas meja pantryku lalu melangkah mendekatiku sebelum akhirnya berhenti tepat di depanku. Ia berdiri sangat dekat denganku hingga kedua kakinya hampir menyentuh lututku. Aku harus mendongak untuk bisa membalas tatapan intensnya.
"Satu ciuman untuk setiap pertanyaanmu," ulangnya dengan suara rendah yang terdengar sedikit bergetar.
Tangannya menarik daguku hingga kepalaku semakin mendongak, jari-jarinya terasa sepanas tatapannya saat menyentuh kulitku. Perlahan Ia membungkuk hingga bibirnya hampir menyentuh telingaku. "Setelah itu aku akan membantu tubuhmu mengingatku."
Bagian di antara kedua kakiku berdenyut ketika mendengar janji cabulnya seakan tubuhku memang mengenal sentuhan pria ini. Tiba-tiba Ia melepaskan tangannya dariku lalu menjauh satu langkah. Seringaian kejamnya muncul saat melihat ekspresiku yang sedikit linglung.
"Jadi, apa pertanyaan pertamamu untukku?"