Kudorong dadanya menjauh dengan kedua tanganku dan Alexei melepaskan pelukannya dariku.
"Rosie?"
Aku tersentak ketika mendengarnya memanggil namaku lagi, seluruh bulu halus di kedua tanganku meremang. Suara tersiksanya di dalam kepalaku masih bergema.
"A— Apa?" tanyaku terbata. Tubuhku tiba-tiba terasa dingin setelah lepas dari pelukannya. Hembusan angin malam yang tiba-tiba menyapu seluruh tubuhku juga membuatku menggigil.
"Kau terlihat sakit... Apa sebaiknya kita pulang saja?" Pandangan Alexei yang khawatir masih tertuju pada wajahku.
Selama beberapa detik aku hanya bisa memandanginya. Pria ini tiba-tiba muncul di dalam kehidupanku, dan kini masa depannya dan masa depanku saling bertautan. Aku tahu aku tidak akan bisa menghindarinya lagi.
"Tidak," balasku sambil berusaha tersenyum. "Maaf, aku tidak apa-apa, hanya sedikit kaget."
"Kau yakin?" Ia masih memandangku lekat-lekat, keningnya berkerut serius.