App herunterladen
6.6% Menikahi Simpanan Ayahku / Chapter 33: Kembalinya Clarissa

Kapitel 33: Kembalinya Clarissa

Bali, Indonesia

Clarissa berjalan sendirian, menyusuri pasir putih di sepanjang pantai di sekitar villa. Setelah lelah berjalan, wanita itu duduk di atas pasir tanpa alas. Dia begitu menikmati pemandangan sunset yang sangat indah. Dirinya merasa beruntung masih dapat merasakan nikmat Tuhan yang sangat luar biasa. Meskipun takdir serasa tak adil baginya, Clarissa tak akan menyerah. Dia akan berjuang untuk anak yang masih ada di dalam kandungannya. Dulu dia pernah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak dengan sekarang. Seolah kehamilannya semakin membuat dia selalu ingin bertahan. Clarissa sudah berjanji pada dirinya sendiri. Apapun yang terjadi di masa depan, dia akan berjuang melewati segala rintangan di depannya.

Dari kejauhan, Joe melihat Clarissa yang sedang duduk santai di atas pasir. Karena hari sudah sedikit gelap, Joe menghampiri wanita itu dan mengajaknya pulang. "Ayo pulang! Hari sudah semakin gelap, tak baik seorang wanita hamil diluar saat hari sudah gelap," kata Joe. Kemudian lelaki itu membantu Clarissa berdiri, lalu menggandengnya menuju villa.

Sampai di villa, Clarissa langsung membersihkan dirinya. Setelah selesai, dia menyusul Joe yang sudah duduk di ruang makan. "Mari kita makan!" ucapnya sambil mengambil beberapa makanan.

"Selamat menikmati," balas Joe dengan senyuman lembut.

Joe terus memandangi wanita yang sedang terlihat begitu menikmati makan malamnya. Melihat Clarissa bahagia, sudah cukup untuknya. Beberapa hari ini, diam-diam Joe mempersiapkan segala sesuatunya untuk kembali ke Jogja. Mungkin setelah mengantar Clarissa pada suaminya, lelaki itu akan kembali tinggal di Bali. Dia tak ingin lagi mengganggu Clarissa yang sudah bahagia bersama Andrew. Meskipun akan terasa menyakitkan baginya, Joe harus merelakan Clarissa menyambut kebahagiaan yang telah lama dirindukannya. Malam ini Joe sengaja ingin memandangi Clarissa sepuasnya, sebelum besok dia pergi.

"Clarissa. Mungkin ini adalah malam terakhir kita menikmati makan malam bersama," ucapnya sedikit ragu.

Clarissa langsung menaruh sendok yang dipegangnya. Dia sedikit terkejut dengan ucapan Joe. "Apakah kamu berencana meninggalkan aku?" tanyanya dengan raut wajah kecewa.

Lelaki itu mencoba mengulas senyuman dengan sangat tenang. "Besok pagi, aku akan mengantarmu kembali ke Jogja," jawab Joe dengan wajah sedih.

Clarissa terlalu bingung untuk menunjukkan perasaannya. Haruskah dia merasa bahagia? Atau, haruskah dia menangis karena akan berpisah dengan lelaki yang selama ini selalu bersamanya? Wanita itu mencoba bersikap tenang dan tidak berlebihan. Dia tak mau jika sikapnya akan menyakiti hati Joe. "Jam berapa kita akan berangkat?" tanyanya.

"Penerbangannya jam 9, kita akan berangkat dari sini jam 8 pagi. Semua sudah aku siapkan, kamu tak perlu mengkhawatirkan apapun," jelas Joe.

Clarissa hanya mengangguk menanggapi perkataan Joe. Dia merasa bingung harus mengatakan apa. Rasanya seolah sangat berat untuk mengucapkan salam perpisahan. Mendadak lidahnya kelu, tak mampu berkata. Clarissa hanya dapat menangkap, sinyal kesedihan yang terlukis di wajah lelaki itu

Jogjakarta, Indonesia

Setelah 1 jam lebih menikmati penerbangannya, sampailah di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Clarissa tak menyadari dirinya langsung tersenyum senang begitu melihat kota Jogja. Rasanya dia seperti sedang pulang kampung. Wanita itu sudah tak bisa lagi menutupi kebahagiaannya. Rasanya dia sudah tak sabar bertemu Andrew.

Joe juga tersenyum senang, melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Clarissa. Dia membawa barang- barang Clarissa ke dalam mobilnya, yang tadi diantar oleh sopir dari rumahnya.

"Ayo masuklah!" ajak Joe.

Clarissa langsung duduk di kursi penumpang. Dia sedikit penasaran, mobil siapa yang sudah dipakainya ini. "Joe! Darimana kamu mendapatkan mobil ini?" tanyanya.

"Tadi salah satu sopir di rumahku, mengantarkannya kesini," jawab Joe sambil menjalankan mobilnya.

"Kita langsung ke kantor Mas Andrew saja. Kemungkinan jam segini, dia berada di kantornya," ajak Clarissa.

Tanpa mengatakan apapun, Joe langsung menuju kantor Andrew. Setengah jam perjalanan, mobil sudah berhenti di depan gedung A.H Architect. Jantung Clarissa menjadi berdebar tak beraturan. Hatinya sangat gelisah, membayangkan pertemuannya dengan suaminya. Setelah sekian lama dia pergi, ini adalah pengalaman pertama dia kembali ke kantor ini. Sekuat hati dia menahan kegundahan yang menguasai hatinya. "Nanti malam aku akan mengunjungimu di apartemen, untuk mengucapkan salam perpisahan," ucap Clarissa sebelum keluar dari mobil.

Joe mengangguk kepalanya sambil tersenyum sekilas. Dia terus memandangi Clarissa sampai masuk ke dalam gedung. Rasanya sangat berat, jika dia harus melepaskan Clarissa sekarang. Bukannya segera pergi, lelaki itu justru tenggelam dalam lamunannya.

Clarissa berjalan dengan pelan mendatangi kantor Andrew. Sampai di depan ruangannya, wanita itu terlihat ragu untuk masuk. Hingga akhirnya, dia memberanikan diri untuk membuka pintu itu. Pemandangan pertama yang dilihatnya, berhasil membuat hatinya seolah terlempar lalu hancur.

"Mas Andrew!" Clarissa memaksakan diri untuk tersenyum dan tetap tenang.

Andrew yang mendengar suara istrinya, langsung mendorong wanita yang duduk di pangkuannya. "Clarissa! Sayang. Kamu sudah kembali?" ucapnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Andrew langsung merasakan kekecewaan dalam tatapan Clarissa. Dia tak menduga istrinya datang disaat yang sangat tidak tepat. "Sayang. Ini semua tidak seperti yang kamu bayangkan," jelasnya dalam rasa bersalah.

Clarissa mencoba menahan air matanya. Dia tak mau terlihat lemah, di hadapan wanita yang selalu menggoda suaminya. "Kapan Mas Andrew sadar dari koma?" tanyanya.

Belum sempat Andrew menjawab, Nadine langsung menghampirinya dan mengatainya dengan kasar. "Kemana saja kamu selama Andrew koma? Disaat suamimu terbaring koma, kamu justru pergi meninggalkannya dengan lelaki lain. Jangan salahkan dia, jika sampai berpaling darimu ... " ledek Nadine pada Clarissa.

"Cukup Nadine!" teriak Andrew dalam kemarahan.

Andrew langsung memeluk istrinya di depan Nadine. Lelaki itu sama sekali tak peduli dengan mantan kekasihnya itu. Dia terus menciumi Clarissa dengan sangat lembut. Andrew mencoba mencurahkan seluruh kerinduannya selama ini.

"Jangan lupa, Honey. Aku sedang mengandung anakmu," cetus Nadine ditengah pelukan mesra mereka.

Saking terkejutnya, Clarissa tak sadar malah mendorong Andrew untuk menjauh darinya. "Apakah semua itu benar Mas?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

"Sayang. Dia memang hamil, tapi belum tentu aku ayah dari anaknya," jelas Andrew.

Nadine sangat kesal dengan pemandangan di hadapannya. Dia pun memutuskan sedikit berakting untuk memisahkan mereka. "Honey! Apa kamu sudah melupakan permainan panas kita disini?" kata Nadine tanpa perasaan.

Clarissa langsung menutup mulutnya dengan tangan. Dia tak menyangka Andrew melakukan hal gila itu dikantornya. Clarissa sangat terluka dengan semua itu. Bagaimana bisa Andrew menghamili wanita lain, disaat dirinya juga mengandung? Tak bisa menahan sakit hatinya, Clarissa berlari keluar dari ruangan itu.

Ketika Andrew akan mengejarnya, Nadine justru menghalanginya. "Untuk apa kamu mengejar wanita yang sudah meninggalkanmu?" ucapnya sambil menarik tangan Andrew.

Lelaki itu langsung menghempaskan tangan Nadine dari lengannya. Kemudian Andrew berlari secepat mungkin untuk menyusul istrinya.

Happy Reading


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C33
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen