Andrew adalah CEO muda yang cukup tampan. Dilahirkan dari keluarga yang kaya, tak membuatnya bermalas diri. Tak ingin bergantung dengan keluarganya, Andrew membangun bisnis konstruksi seperti Ayahnya. Ayahnya juga sangat bangga pada anak semata wayangnya itu.
Malam itu Andrew akan bertemu kliennya di The Java Hotel Jogja. Tak ingin kerepotan dengan file-file yang harus dibawanya, Andrew akan mengajak Sekretarisnya.
"Nindy ... Nanti malam ikutlah bertemu klien di The Java Hotel Jogja," ucap Andrew pada sekretarisnya.
"Baiklah Pak, sebelum jam 7 malam saya akan berada disana," jawab Nindy.
Baru istirahat di rumahnya sebentar, ternyata hari sudah gelap. Andrew tergesa-gesa bersiap, tanpa menunggu lama. Di meja makan Ibunya sedang sendirian menikmati makan malamnya.
"Sebelum pergi lagi, temani dulu Ibumu ini makan." Ibunya terlihat kecewa melihat anaknya akan pergi.
"Sebentar lagi meeting, minta Ayah saja yang menemani Ibu," jawab Andrew.
"Ayahmu ada dinas di luar kota. Kalau begitu pergilah, hati-hati di jalan," kata ibunya lembut, membuat Andrew mengecup pipinya dan langsung berangkat.
Sampai di hotel, sekretarisnya sudah menunggu di depan lobby.
"Selamat malam, Pak," sapa Nindy.
"Sudah lama menunggu?" tanya Andrew pada sekretarisnya.
"Ayo langsung masuk ke meeting room yang sudah kamu pesan." Andrew mengajak Nindy masuk ke ruangan yang sudah di pesan sebelumya.
Tak lama kemudian klien itu datang. Andrew mulai membahas kerja sama yang dilakukan. Klien itu juga menyukai presentasi yang di bawakan oleh Nindy. Akhirnya penandatanganan kontrak kerja sudah selesai. Mereka kemudian makan malam bersama sebelum pulang.
Setelah semua selesai, Nindy juga pamit pulang.
"Nindy ... Kamu pulanglah duluan. Aku mau ke toilet sebentar," ucap Andrew sambil berjalan ke toilet.
Andrew keluar melewati lobby hendak pulang. Namun dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Andrew mengikuti orang itu, sampai di depan sebuah pintu kamar. Andrew bersembunyi diantara pohon imitasi yang dipajang di lorong kamar hotel. Dia sangat terkejut sosok yang mungkin dikenalinya, ternyata ayahnya sendiri. Bahkan terlihat ayahnya sedang mengecup wanita muda disampingnya. Tanpa membuang waktu Andrew mengabadikan momen itu dengan ponselnya.
Kekecewaan hati Andrew sangat besar. Bagaimana bisa Ayah yang begitu dikagumi, justru melakukan Sebuah Pengkhianatan? Andrew tak bisa membayangkan;perasaan ibunya jika tahu kelakuan buruk suaminya itu.
Andrew yakin, selama ini ayahnya jarang pulang dengan alasan dinas ke luar kota adalah kebohongan. Andrew tak mau lagi peduli dengan ayahnya, namun dia terlalu menyayangi ibunya. Dia berjanji akan melakukan apapun untuk menjaga hati Ibu yang sangat dicintainya.
Andrew mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Rasanya hatinya terbakar melihat pengkhianatan ayahnya. Dia memutuskan menemui kekasihnya.
Andrew mengetuk pintu apartemen Lanny kekasihnya.
"Andrew, apa yang terjadi? Bajumu berantakan, wajahmu merah padam. Apa kamu sedang mabuk?" tanya Lanny sambil mengajaknya masuk.
"Hal yang besar terjadi pada keluargaku," jawab Andrew dengan wajah sedih.
"Apa aku bisa membantumu?" tanya Lanny khawatir.
"Tidak sekarang, suatu hari aku akan meminta bantuanmu," jawab Andrew dengan nada menyedihkan.
"Tenanglah dulu, aku akan menyiapkan cokelat panas untuk membuatmu sedikit tenang." Lanny pun berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman untuk kekasihnya.
Andrew menyandarkan kepalanya di sofa. Kepalanya terasa berat dan mau pecah. Tak lama kemudian datanglah Lanny, membawa secangkir cokelat panas kesukaan Andrew.
"Minumlah selagi panas, ini akan menenangkan hatimu." Lanny duduk di samping Andrew menggenggam tangannya.
Setelah meminumnya, Andrew sedikit tenang.
"Aku melihat ayahku memasuki kamar hotel, bersama seorang wanita muda." Andrew mulai bercerita dengan wajah yang terlihat cukup sedih.
"Aku tidak tahan membayangkan, bagaimana perasaan Ibuku jika dia mengetahui kebusukannya?" Wajah Andrew dipenuhi amarah.
"Aku sudah sedikit lega bercerita padamu. Aku harus segera pulang. Ibuku di rumah sendirian, hanya ada pelayan dan satpam," ucap Andrew.
"Aku akan mengantarmu. Tak aman menyetir dalam suasana yang buruk." Lanny masuk ke kamarnya dan mengambil kunci mobil.
Lanny benar-benar mengantarkan Andrew sampai depan rumahnya. Dia memakai mobilnya sendiri dan meninggalkan mobil Andrew di apartemennya.
Andrew memasuki rumah, lampu ruang tengah masih menyala.
"Kenapa Ibu belum tidur?" tanya Andrew sambil menatap Ibunya.
"Ayahmu baru saja menelpon, katanya besok belum bisa pulang. Katanya, urusannya belum selesai," kata ibu Andrew sambil meletakkan ponselnya di meja.
"Ibu terlihat sedih," ucapan Andrew membuat Ibunya menatap sambil tersenyum.
"Ibu hanya merindukan ayahmu," ucapnya lirih.
"Bagaimana bisa Ayah mengkhianati Ibu yang sangat mencintainya. Aku tak rela jika Ibu tersakiti," batin Andrew.
Malam semakin larut, Andrew maupun ibunya memasuki kamar masing-masing. Andrew memejamkan matanya, namun bayangan ayahnya yang sedang mencium kening simpanannya, mulai membayangi malamnya. Sampai pagi menjelang, dia belum bisa tidur.
Andrew langsung bersiap untuk ke kantor. Sampai di garasi mobil rumahnya, dia baru ingat kalau mobilnya di apartemen Lanny.
Tak lama kemudian, taksi online yang sudah dipesannya datang. Andrew masuk dan taksi melaju sampai depan kantornya. Sampai di ruangannya, Andrew menelepon sahabatnya. Dia meminta sahabatnya untuk datang ke kantornya.
Saat jam makan siang, seorang lelaki datang ke kantor Andrew.
"Selamat siang Mbak, saya ada janji dengan Pak Andrew. Apa beliau ada di ruangannya?" tanya seorang lelaki kepada Nindy.
"Mari, Pak. Saya antar ke ruangannya." Nindy dengan ramah mengantarkan tamu itu. Wanita itu mengetuk pintu ruangan atasannya.
"Maaf Pak, ada tamu yang menunggu anda," ucap Nindy.
"Langsung suruh masuk saja," ucap Andrew dingin.
Nindy mempersilahkan tamu masuk ke ruangan atasannya.
"Hai Bro apa kabarnya? Ada angin apa yang membuatmu menelepon ku pagi-pagi?" tanya Reno pada Andrew.
Andrew mengeluarkan sebuah map cokelat berisi foto-foto seorang wanita.
"Tolong kamu selidiki wanita itu, ku harap kamu melakukannya tanpa sepengetahuan siapapun," perintah Andrew.
Reno langsung mengerti dengan perkataan Andrew.
"Siapa wanita ini? Apa dia kekasihmu?" tanyanya lagi.
"Itu bukan urusanmu, yang penting aku akan membayar mu seperti biasa." Reno sudah terbiasa dengan perintah Andrew, walau terkadang tidak masuk akal.
Reno adalah seorang detektif swasta yang cukup berpengalaman. Dia adalah teman SMA Andrew. Mereka berdua sangat dekat, walaupun terkadang Andrew terlihat mendominasi persahabatan mereka. Bahkan dulu Andrew pernah menyuruh Reno menyelidiki mantan kekasih yang memutuskannya. Padahal hubungan mereka sudah berakhir sangat lama.
Andrew sedikit tenang, ada Reno yang selalu membantunya dalam setiap kesulitan. Dia mulai memikirkan langkah apa saja yang akan di ambilnya, jika sudah mengetahui identitas wanita itu. Andrew terkenal dingin, tapi sangat hangat jika bersama wanita yang dicintainya. Namun dia bisa berubah sangat kejam, jika ada orang yang menyakiti dirinya ataupun orang terdekatnya.
Andrew berjanji pada dirinya sendiri akan menghancurkan siapapun yang melukai ibunya. Tak peduli jika itu adalah ayahnya sendiri.
Happy Reading
Hai Readers yang baik hati,
Sebelum melangkah ke episode selanjutnya, kiranya para Readers tercinta berkenan memberikan apresiasi dalam bentuk saran, kritik, power stone juga bintang 5 ya...
Karena ini adalah novel pertama Author di WebNovel. Dukungan kalian sangat bermanfaat dan mampu menjadi penyemangat dalam berkarya.
Terimakasih