App herunterladen
0.78% PACARKU ABDI NEGARA / Chapter 3: BAB 3

Kapitel 3: BAB 3

Adel berjalan menuju parkiran mobil dengan terpaksa. Bibirnya manyun karena dari tadi Yusuf menyeretnya dan tidak melepaskannya sedetikpun. Banyak pasang mata yang melihat kagum keduanya. Adel yang memang cantik bersama Yusuf yang tampan tampak seperti pasangan kekasih yang serasi. Semua melihat ke arah Adel dan juga Yusuf karena penasaran, Adel yang terkenal dengan kesendiriannya membuat semuanya bertanya - tanya siapa yang menggandeng tangan Adel sekarang.

"Ayo masuk!" perintah Yusuf setelah dia membukakan pintu disebelah kemudi. Adel hanya diam saja tidak menggerakkan kakinya sama sekali membuat Yusuf tersenyum jahil. Bibir Adel persis sekali seperti bibir bebek dan bisa diikat jika mau saking majunya ke depan.

"Mau aku gendong? Atau kamu mau aku cium disini?" ucap Yusuf berbisik dan Adel langsung melotot. Tanpa menunggu Yusuf melancarkan aksinya, Adel masuk dan duduk di kursi penumpang dengan kesal. Dengan keras Adel menjatuhkan bokongnya di kursi penumpang.

Yusuf yang melihat tingkah manyun Adel hanya tersenyum geli dan mulai melajukan mobilnya setelah dia duduk manis di kursi kemudi disamping Adel. Semua tentang Adel sudah sangat dihafal oleh yusuf karena informannya benar - benar memberi tahu semuanya. Mulai dari hal - hal yang Adel sukai sampai yang Adel paling benci juga sudah diketahui oleh Yusuf.

Mobil melaju dengan cepat, Adel tidak memperhatikan jalanan, dia hanya asyik dengan pikirannya sendiri yang terus berkecamuk tentang siapa pria yang duduk di sebelahnya ini. Pria yang tiba - tiba datang dan memberitahu semuanya bahwa Adel adalah tunangannya padahal bertemu saja baru tadi, itupun juga karena tidak sengaja tapi pria gila ini langsung mengatakan kalau Adel ini tunangannya. Adel hanya merunduk sejak tadi sambil memperhatikan kedua kakinya yang terus dia gerakkan, ciri Adel saat gadis itu terlaly banyak pikiran. Yusuf melirik apa yang dilakukan oleh Adel dan tersenyum.

"Memang kaki kamu ada apanya?" tanya Yusuf setelah dia melihat apa yang Adel lakukan.

"Hah?" tanya Adel balik, Adel terkejut tiba - tiba Yusuf bertanya kepadanya, dan Adel tidak begitu mendengarkan juga apa yang ditanyakan oleh Yusuf.

"Kaki kamu, dari tadi kamu liatin terus. Ada aku lo disini! Ganteng seperti ini kok dicuekin." Kata Yusuf sombong sambil tersenyum menggoda ke arah Adel.

"Iuuhhh...." Adel berekspresi pura-pura mau muntah mendengar candaan Yusuf. Yusuf sendiri tersenyum, akhirnya dia bisa melihat senyum Adel meski hanya sesaat.

"Kita makan dulu ya? Aku laper banget." Ajak Yusuf sambil memukul pelan perutnya.

"Barusan kan makan di kantin. Itu perut atau karung?" ketus Adel, Adel hanya ingin segera keluar dari mobil ini dan kalau Yusuf mengajaknya makan otomatis dia akan semakin lama bersama dengan Yusuf.

"Kan kamu tahu sendiri kalau aku nggak jadi makan tadi. Aku langsung ngikut pas kamu keluar dari kantin." Jawab Yusuf memberi alibi, dia memang langsung mengikuti langkah Adel yang keluar kantin tanpa makan terlebih dahulu agar dia tidak kehilangan jejak Adel.

"Salah siapa kamu ikut? Kan tadi kamu jalan berdua sama tuh cewek cantik." kata Adel tidak terima dengan apa yang dituduhkan Yusuf kepadanya, dan senyuman di bibir Yusuf langsung merekah saat mendengar nada tidak suka dari Adel saat mengatakan tentang wanita lain yang tadi bersama dengan Yusuf.

"Kamu cemburu ya?"tanya Yusuf sambil memainkan alisnya naik turun menggoda Adel.

"Memangnya siapa kamu? Ibu kamu ngidam apa sih waktu hamil? Anaknya kok kena penyakit pede akut?" Yusuf tertawa, bukannya marah karena diejek dia malah tertawa dengan keras.

"Kamu cantik kalau cemberut, tapi kalau senyum tambah cantik lagi." Yusuf kembali merayu Adel, Yusuf sangat tau jika Adel sangat menyukai pujian. semua hal yang menyangkut tentang Adel sudah Yusuf ketahui sehingga Yusuf bisa melangkah dengan benar saat mendekati gadis galak ini.

"Ih... Tukang gombal!" Adel memalingkan wajahnya melihat jalanan dengan wajah yang bersemu merah, Adel berusaha menyembunyikan wajahnya agar Yusuf tidak tau kalau wajah Adel bersemu merah. Belum lama dia Adel melihat jalan, mobil yang dia tumpangi masuk kedalam parkiran sebuah cafe. Mata Adel berkaca-kaca. Ingatan masa lalunya kembali menyeruak masuk kedalam ingatannya.

"Ayo turun! Kenapa bengong saja dari tadi?" Adel tergagap saat Yusuf menegurnya karea dia masih berdiam diri di dalam mobil. Dengan pelan dia melepas sabuk pengaman yang dari tadi masih mengikat tubuhnya dengan kuat.

Yusuf membuka pintu penumpang, memberikan jalan kepada Adel. Mereka berdua berjalan menuju pintu masuk, tetapi langkah Adel sangat pelan seakan dia enggan untuk masuk kedalan tempat itu. Yusuf tau apa yang ada dipikirkan Adel saat ini, karena Yusuf tau ini tempat apa bagi Adel. Tempat yang penuh kenangan bagi Adel dan juga tempat favorit Adel.

"Selamat siang! Untuk berapa orang?" Tanya pelayan cafe dengan ramah.

"Dua, Mbak." Yusuf menjawab pertanyaan pelayan itu dengan memberikan senyumannya. Pelayan cafe itu seperti terpana melihat ketampanan Yusuf membuat Adel risih. Dengan keras Adel mencubit perut rata Yusuf.

"Dasar ganjen!" Adel meninggalkan Yusuf terlebih dahulu dan menuju tempat yang biasa dia tempati jika datang kesini.

"Kamu sudah sering datang kesini ya?" Tanya Yusuf saat dia berhasil menyusul Adel dan duduk didepan Adel. Yusuf ingin mengetahui respon Adel saat dia mengajaknya ke tempat ini, tempat yang paling Adel sukai.

"Dulu. Tapi sekarang sudah nggak pernah." jawab Adel dengan lesu. Adel sudah tidak bersemangat untuk berada disini dalam waktu yang lama akrena tempat ini sekarang bukan lagi tempat favoritnya, tempat ini adalah tempat yang paling menyakitkan untuk Adel sekarang.

"Kenapa? Tempatnya nyaman, apalagi ini tidak terlalu jauh dari kampus." Adel hanya menganggukkan kepalanya tanpa memberikan alasan apapun. Adel selalu merindukan tempat ini tapi jika dia datang sendirian itu tidak menyenangkan. Orang yang selalu membawanya kesini entah ada dimana. Adel sangat marah jika mengingat semuanya. Dia pergi tanpa pamit kepadanya. Yang ditinggalkan orang itu hanya sebuah surat permintaan ma'af karena harus pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan. Bahkan, Adel tidak pernah tahu pria itu pergi kemana? Dalam rangka apa dia pergi? Dan masih sangat banyak pertanyaan dari Adel untuk pria yang sudah meninggalkannya sendirian disini itu.

Air mata Adel tiba-tiba menetes, Yusuf kaget saat melihat Adel menangis.

"Kamu kenapa? Ada yang membuat kamu sedih?"

Adel mengangguk, semakin lama tangisan Adel semakin terdengar. Yusuf pindah tempat duduk, sekarang dia ada disamping Adel. Dia menempatkan kepala Adel diatas bahunya. Adel yang merasakan kenyamanannya menumpahkan segala kesedihannya. Tangisnya semakin keras dan Yusuf hanya membiarkan Adel menangis agar beban yang ada di hati Adel sedikit bisa berkurang.

Pesanan yang dipesan Yusuf sudah ada diatas meja mereka. Yusuf masih membiarkan Adel yang sesengukan diatas bahunya. sekitar satu jam Yusuf hanya diam, sambil melihat suasana disekitar. Yusuf tahu tempat ini dari Dimas, kakak Adel yang memberitahu semuanya, mulai dari kesukaan Adel sampai hal-hal yang biasa Adel lakukan.

"Kamu tahu tempat ini dari siapa?" Tanya Adel saat dia sudah bisa menguasai dirinya.

"Tadi kebetulan aku lihat, pas perut laper jadi aku belok saja." Bohong Yusuf sambil mengambil potongan kentang goreng yang mulai lembek karena dingin. Mata Yusuf tidak berani melihat ke arah Adel karena Yusuf paling tidak bisa berbohong. Dia akan mudah diketahui saat berbohong jadi sebisa mungkin Yusuf tidak melihat ke arah Adel agar semua tetap aman.

"Oh..."

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Sudah makan saja itu makanan kamu. Ma'af gara-gara aku kamu jadi nggak makan-makan." kata Adel meminta maaf tapi suara yang terdengar di telinga Yusuf sangat pelan sepertinya Adel mulai tidak bersemangat lagi.

"Kamu harus membalas semua yang sudah aku kasih ke kamu." kata Yusuf cukup keras seperti dia sedang meminta pertanggung jawaban dari Adel sudah membuat Yusuf tidak jadi mengisi perutnya.

"Hah?"


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen