App herunterladen
65.21% Summons System In One Piece World ( Indonesia ) / Chapter 45: KERAJAAN DRUM (3)

Kapitel 45: KERAJAAN DRUM (3)

Setelah berbincang bincang dengan Dalton, Lana diajak Dalton untuk menemui Raja kerajaan ini, bagaimanapun itulah yang kemungkinan diinginkan rajanya, dan juga Lana bersikap koperatif dengan ini.

Lana, Dalton dan bawahan Dalton pergi ke istana kerajaan.

.

.

.

"Tuan Wapol, tidak ada kabar dari Dalton, sepertinya hal yang buruk terjadi" Seorang pengawal Wapol dengan pakaian aneh berbicara.

"Hmm sepertinya itu benar banar buruk, bersiaplah untuk berlayar" Wapol sepertinya sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika dia tidak pergi, maka dari itu dia mengambil keputusan ini.

.

.

.

Lana berjalan pergi bersama Dalton dan telah sampai didepan istana.

Istana yang sangat tinggi dengan atap dipenuhi dengan salju.

Dalton memimpin Lana untuk memasuki Istana ini, Melihat sekeliling Dalton merasakan sebuah keanehan. Ada beberapa penjaga yang berada di posnya, tapi itu masih jumlah yang sedikit, seharusnya ada orang lebih dari ini. Ada yang terjadi, Dalton memiliki perasaan buruk tentang ini.

Dalton mempercepat langkahnya untuk menanyakan hal ini kepada Rajanya hingga akhirnya mereka sampai diruang Tahta.

Dalton tidak mempercayai apa yang dilihatnya.

Kosong.

Tidak ada siapa siapa di ruangan ini.

Dalton berbalik kearah Lana dan berbicara.

"Adik kecil, sebaiknya kau tunggu disini sebentar, aku ingin memeriksa sesuatu"

Lana mengangguk dan memikirkan kemungkinan yang telah terjadi disini.

Dalton pergi mengelilingi Istana tapi itu percuma, tidak ada tanda tanda Wapol dan orang orang penting dikerajaan ini. Sekarang Dalton berada didepan pintu kamar tidur Rajanya.

Dalton menatap pintu ini dengan hati yang berat, Dalton memiliki beberapa pikiran yang buruk tentang ini, menggabungkan dengan peristiwa yang disebabkan adik kecil itu Dalton dapat menebak sesuatu.

Dalton mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban.

Dia mencoba kembali mengetuk pintu beberapa kali lagi.

Tapi masih tidak ada jawaban.

Pada akhirnya Dalton memaksa mendobrak pintu itu, dan melihat sekeliling kamar Wapol.

Tidak ada siapa siapa.

Dengan ini pikiran Dalton sebelumnya telah dikonfirmasi.

Rajanya telah meninggalkannya.

.

.

.

Lana menunggu dengan sabar di ruang tahta. Lana memikirkan apa yang terjadi disini, dan dengan mengetuk jari dikepalanya dia berhenti memikirkan masalah ini.

Sepertinya memang seperti itu. Kasihan Dalton.

Kriek.

Lana mendongak dan melihat pintu besar itu terbuka. Disana ada Dalton yang memiliki pandangan gelap dimatanya. Sepertinya kenyataan kejam sedang menghantamnya.

Dalton menggelengkan kepalanya dan memandang Lana dengan senyum dipaksakan.

"Adik kecil, sepertinya raja kita tidak ada saat ini" Kata Dalton.

Lana tahu ini dan mengangguk, Lana memandang Tahta yang kosong itu. Dia perlahan berjalan kesana dan duduk tahta yang kosong itu.

Lana memandang Dalton yang berada didepannya dan tersenyum.

"Kurasa aku sudah bisa menjadi seorang raja sekarang"

Dalton melihat ini benar benar tidak bisa berkata kata.

-----POV Lana-----

Aku menduduki tahta ini dan menutup mataku untuk merasakan sensasi duduk disini, Saat aku membuka mataku entah kenapa dunia berbeda. Ini pemandangang yang luar biasa, jadi ini pemandangan yang ayah lihat selama ini, ini sungguh menganggumkan.

-----POV Lana END----

Dalton melihat Lana tertegun dan membeku sesaat.

Dia melihat Lana menduduki tempat Rajanya, hanya rajanya yang boleh menduduki kursi itu, Dalton seharusnya marah melihat orang acak medudukinya, tapi perasaan apa ini? Apakah karena pengkhianatan Rajanya terhadap kerajaan ini? Atau apakah ada hal lain?

Tok.

Lana mengetuk jari jarinya dan tersenyum.

"Sepertinya tugas pertamaku untuk kerajaan ini adalah menghukum seorang pengkhianat, bagaimana menurutmu, Dalton?" Lana dengan tenang berkata.

Dalton masih tertegun dan tidak menjawab.

Lana menggelengkan kepalanya, dia menepuk pahanya dan berdiri, menyebarkan Cakranya dia mencari arah kepergian Wapol.

Cakra lana menyebar, disekitar ruang tahta, seluruh istana, seluruh desa, seluruh hutan, seluruh pulau, hingga akhirnya 1 km laut dari pinggiran pantai.

"Ah disitu dia" Lana menyeringai.

Sepertinya Buah Shura melakukan sesuatu pada kepribadian Lana, dia seharusnya tidak seperti ini.

"Dalton aku akan pergi sebentar" Tanpa menunggu jawaban Dalton, Lana telah bergegas keluar istana dan melemparkan Kunai ke arah dimana Wapol berada.

Lana menghilang dari tempatnya dan muncul diudara, Lana kembali melempar kunai itu dan kembali muncul ditempat kunai berada.

Lana terus melakukan ini hingga akhirnya melihat kapal Wapol.

Lana melemparkan kunai itu kekapalnya dan muncul mengagetkan orang orang yang ada disana.

"Siapa kamu?!"

"Penyusup?!"

"Serang dia!"

Panik karena Kemunculan Lana yang tiba tiba mereka langsung menyerang Lana dengan membabi buta. Mereka mengabaikan fakta bahwa Lana seorang anak kecil dan tetap menyerangnya.

Tapi sayangnya.

Mereka baru melangkahkan kakinya hanya kemudian Lana tersenyum dan dengan ayunan tangannya adegan berdarah muncul.

Lana menggunakan kemampuan buah iblis keduanya, Blood Control, dia bisa merasakan aliran darah orang orang ini, dia seperti bisa melihat mereka seolah olah kulit orang orang ini tidak ada. Lana perlahan memutabalikan aliran darah mereka, 10 orang langsung jatuh berjongkok.

Lana mengendalikan aliran darah mereka dengan asal asalan dan dengan tiba tiba mengarahkannya kearah kepala mereka. Vertigo berat menimpa 10 orang itu dan jatuh dalam keadaan setengah sadar.

Itu belum selesai, Lana perlahan menarik keluar darah yang ada di dalam tubuh 10 orang ini secara perlahan, perlahan darah keluar melalui lubang mata, hidung, mulut, telinga dan setiap lubang yang ada ditubuh mereka.

Meskipun dalam keadaan setengah sadar, rasa sakit kehilangan darah dengan cara seperti itu benar benar menyadarkan mereka. Mereka berteriak dengan ganas dan memberikan wajah putus asa.

Mereka ingin mati, tapi Lana bermain dengan mengeluarkan darah mereka secara perlahan. Mereka hanya bisa tersiksa berteriak dengan putus asa.

Wapol dan semua orang dikapal terperingatkan oleh teriakan ini, mereka pergi ke arah teriakan ini dengan cepat. Wapol memiliki firasat buruk tentang ini.

Semua orang dikapal tiba di asal teriakan, mereka melihat anak kecil dengan 10 orang pucat pasi tidak memiliki kehidupan tergeletak dengan darah berserakan diseluruh lantai kapal.

Mereka yang baru tiba memasang ekspresi ngeri dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Lana berdiri ditengah tengah mayat dan memandang orang orang yang baru datang seolah mereka adalah mangsa barunya.

Seharusnya tidak seperti ini, ada yang salah dengan Lana.

Wapol melihat ini dengan ngeri, dia ingin melarikan diri, tapi dia tidak bisa berenang, dan ini berada ditengah lautan, ada kapal sekoci tapi iu terlalu lambat, Lana akan dengan mudah menyusulnya mengingat dia bisa datang kemari.

Kalau begitu hanya ada satu hal yang tersisa baginya.

Menghadapi Lana.

Wapol melihat pengawal terpercayanya yang lumayan kuat dan kembai sedikit percaya diri.

"Cepat serang anak itu! Bunuh dia!" Wapol berteriak memerintahkan semua orangnya.

Meskipun takut pada Lana mereka masih sedikit takut pada Wapol dan hanya bisa mematuhi perintahnya.

Mereka semua menyerang Lana dengan tidak teratur. Dengan kondisi mental mereka saat ini, tidak mungkin akan adanya sebuah kerjasama dalam melawannya.

Lana memandang darah yang berceceran dilantai, dia berokus mengendalikan itu hingga akhirnya darah itu terbang diudara.

Lana mengangkat tangannya dan kembali memfokuskan pikirannya untuk mengendalikan darah.

Darah diudara perlahan membentuk banyak tombak panjang. Tombak tombak ini mengarahkan ujungnya pada para penyerang yang akan bergegas kearah Lana.

Dengan mengayunnya tangan Lana kebawah, Tombak tombak ini melesat maju dan menusuk orang orang ini. Tombak darah tidak berhenti disitu, tombak yang tertanam ditubuh orang orang ini berputar dan membuat organ dalam mereka berantakan. Darah didalam tubuh dan yang keluar bergabung dengan Tombak tombak darah ini.

Wapol melihat ini dengan putus asa, tidak ada harapan dalam situasi seperti ini. dia bersiap untuk lari dengan cepat sebisanya, meskipun dalam hatinya dia tahu itu tidak mungkin.

Lana meliat ada 3 orang yang tersisa, 3 orang ini memiliki pakaian aneh.

Nah itu bukan masalah, akhir mereka akan sama dengan teman temannya.

"Jadi siapa diantara kalian yang menjadi raja Kerajaan itu?" Lana menatap Wapol sambil menunjuk Pulau kerajaan Drum. Lana sudah tau siapa itu, tapi dia hanya ingin melihat apa yang akan dikatannya. Apakah dia akan tetap menjadi pengecut atau mengakui hal itu.

Wapol menunjuk salah satu bawahannya dengan wajah ketakutan, dia tidak tahu bahwa ini hanya akan membuat situasi lebih buruk dari sebelumnya.

Lana melihat orang yang ditunjuk oleh Wapol dan tertawa.

Mengingat tadi Wapol menyuruh orang itu menyerang Lana hanya membuatnya lebih konyol, jika dia benar seorang raja, bagaimana mungkin dia akan menerima perintah dari bawahannya dengan begitu patuh.

Lana menggelengkan kepalanya.

"Hahahaha, sungguh, ini sangat menyedihkan" Lana tertawa lepas, adegan ini sangat menyedihkan, orang ini benar benar tidak pantas menjadi seorang raja.

.

.

.


AUTORENGEDANKEN
Xiao_Nai Xiao_Nai

masih ada 1 bab lagi buat hari ini..

maaf ya kalau ada typo

Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C45
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen