"Ah, nama yang bagus. Apakah kau tahu artinya juga?" sahut Yerin.
"Nama 'Yoon' akan aku berikan padanya, yang berarti seorang lelaki yang pemberani. Sedangkan, 'Sanha' itu adalah seorang yang penyayang kepada semua kaum wanita. Dan kookie berharap, ketika bayi ini tumbuh dewasa dia akan menjadi lelaki yang berani, tegas, dan sayang dengan semua wanita." jelasnya.
Yeri kembali dibuatnya tersenyum dan kagum dengan sikap manisnya Jungkook. Baginya, Jungkook adalah lelaki yang sangat sayang kepada semua bayi di dunia ini. Kemudian, Yeri menggenggam tangan Jungkook tiba-tiba.
"Eh? Ada apa, noona?" ucap Jungkook terheran.
"Untuk sementara ini, boleh tidak jika kau menjadi appa nya Yoon Sanha?"
"Apa?! Kenapa tiba-tiba begitu, noona?" sahut Jungkook yang langsung terkejut saat Yeri mengucapkan hal barusan.
"Untuk sementara saja. Karena, pasti nanti setelah aku keluar dari rumah sakit ini kita akan kembali lagi untuk mengurus beberapa surat-surat kelahiran Sanha. Jadi, aku menganggapmu sebagai suamiku saja sementara. Bagaimana?"
Jungkook seketika terdiam dan berfikir.
"Tolong bantu noona ya, soalnya nanti pasti noona akan ditanya terus dimana suaminya jika nanti noona mengurus surat-surat itu tidak bersama kookie." rayu Yeri.
"Baiklah, noona. Aku bersedia jadi appa nya Sanha sementara. Tapi, tidak untuk di surat kelahiran Sanha kan? Noona tidak akan menulis nama kookie sebagai appa sekaligus suami noona kan?" rengek Jungkook layaknya anak kecil.
"Iya, kookie~ Aduh, umurmu memangnya berapa sih, masih saja bertingkah imut dan menggemaskan seperti itu? Noona jadi penasaran."
"Umur kookie 16 mau jalan 17 tahun, noona! kookie duduk di sekolah menengah atas tingkat dua. Salam kenal ya, Yeri noona." seru Jungkook.
Yeri hanya tersenyum.
"Baiklah, apa kamu tidak lelah menggendong Sanha terus-terusan kookie? Sini, biar Sanha nya noona baringkan di dekat noona." ucap Yeri.
"Ah, ini sama sekali tidak melelahkan kok. Bahkan, kookie masih belum puas menggendong Sanha."
"Aku sih tidak apa. Tapi, kookie bagaimana? Ini sudah hampir malam. Dan kookie tidak mau pulang ke rumah? Bahkan, kookie juga masih memakai seragam begitu? Apakah nanti eomma mu tidak marah?" tanya Yeri.
Jungkook lupa seketika. Dia langsung melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul 9 malam.
Wah, dia selalu saja lupa waktu jika bermain dengan anak kecil.
"Omo, ini sih sudah terlalu malam, noona. kookie pasti akan di marah eomma. Duh, bagaimana ini? kookie bingung, noona!" Jungkook kebingungan untuk mencari alasan untuk bilang pada eomma nya nanti.
"Ya sudah, kookie pulang saja duluan. Nanti, bilang pada eomma kookie, kalau kookie ada les tambahan tadi di sekolah." sahut Yeri yang berusaha memberikan solusi.
"Tapi, Yeri noona tidak apa kalau kookie tinggal sendirian? Nanti, siapa yang jagain noona di sini?" rengek Jungkook.
"Noona tidak apa-apa, kookie. Noona bisa jaga diri. Lagipula kan disini ada suster dan dokternya juga yang selalu mengecek kondisi noona dan Sanha. Jadi, kookie gak perlu khawatir." jelas Yeri.
"Ah, baiklah. Tapi, besok kookie boleh main ke sini lagi kan? Padahal, kookie sebenarnya belum puas menggendong Sanha." Jungkook terlihat memanyunkan bibirnya.
"Gwaenchana----besok kookie, noona biarkan bermain sama Sanha sepuasnya sehabis kookie pulang sekolah. Oke?" hibur Yeri.
"Noona janji?" ucap Jungkook.
Yeri hanya kembali tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu kookie pamit pulang ya, Yeri noona?" seru Jungkook.
"Ne, hati-hati di jalan ya kookie.."
"Iya, noona.. sampai jumpa!" pamitnya.
Kemudian Jungkook segera keluar dari ruang bersalin itu dan kembali pulang ke rumahnya.
_____***_____
Sampai rumah.
Rumah Jungkook kini sudah sepi dan gelap, mungkin eomma nya sudah terlelap tidur. Dan dilihatnya, rumah juga sudah terkunci rapat. Kemudian, Jungkook mengambil sesuatu di dalam tasnya.
"Hah, untung kookie punya kunci cadangannya!" seru Jungkook sembaring membuka pintu, lalu segera masuk.
Jungkook kemudian membuka sepatunya, dan hari ini dia terlihat sangat lelah.
Dengan langkah cepat, ia langsung masuk ke kamarnya untuk segera beristirahat. Namun, tiba-tiba eomma nya masuk dan bertanya karena terlalu khawatir dengan anaknya.
"Dari mana saja kau, Jeon Jungkook? Jam segini baru pulang? Eomma pikir, kau tidak ingat eomma mu disini yang daritadi sudah khawatir menunggumu." ketusnya.
"Maaf eomma, tadi kookie ada kelas tambahan di sekolah. Jadi, kookie pulang agak telat." jawab Jungkook berbohong.
"Kenapa kau tidak memberi tahu eomma lewat chatt? Ponsel mu itu cuma bisa digunakan untuk game ya?" sahut eommanya.
"Mmm.. baterainya lowbat, eomma. Jadi, kookie gak bisa memberi tahu. Lagipula, Jimin juga tidak masuk hari ini." jawab Jungkook asal.
"Kenapa dia tidak masuk?"
"Hm, mungkin sakit." singkat Jungkook yang sengaja berbohong untuk menutupi keburukan sikap temannya, Jimin.
"Baiklah, cepat ganti baju dan istirahatlah. Besok kau harus kembali ke sekolah lagi." ucap eomma nya.
"Baik, eomma." sahut Jungkook dengan sopan nya.
"Kau sudah makan, Jungkookie?" tanya eomma nya kembali.
"Sudah, eomma. Tadi kookie membeli sebungkus kimbab di supermarket dekat rumah."
"Kau yakin cukup hanya memakan itu? Biasanya porsi makan mu segitu cuma cukup untuk ngemil saja. Eomma akan memasak sesuatu lagi untukmu. Tunggu sebentar."
Wanita paruh baya itu kemudian keluar dari kamar Jungkook, namun tiba-tiba Jungkook langsung menahan tangan eomma nya.
"Tidak usah, eomma. Aku sudah kenyang. Eomma kembali istirahat saja. Pasti eomma lelah kan?" seru Jungkook yang kemudian memperhatikan gigi kelincinya.
"Ya sudah, kamu cepatlah mandi dan istirahat. Eomma mau kembali ke kamar sekarang ya?"
"Baik, eomma." singkat Jungkook sembaring tersenyum pada eomma nya.
Setelah eommanya menutup kamarnya, Jungkook langsung melepas baju dan merebahkan tubuhnya di ranjang sebentar dalam keadaan setengah telanjang.
Pandangannya menatap ke arah langit-langit kamarnya.
"Ahh...,"
.
.
.
~ to be continued ~