Entah kenapa hati Mo Xigu begitu sakit saat mendengar kata kebahagiaan dan harga yang terlampau mahal? Mengapa terasa begitu sakit? Mengapa terasa sesakit ini? Sangat, sangat sakit. Mo Xigu tidak tahu dan tidak mau mencari tahu kenapa bisa begitu. Yang ia tahu, ia tidak akan bisa membahagiakan Su Xiqin. Apa yang ia pikirkan tentang Su Xiqin mengenai kebahagiaan, baginya bukanlah masalah yang mudah.
"Kebahagiaan? Aku sudah tidak memiliki kebahagiaan. Aku tidak bahagia! Jadi, kamu juga tidak perlu berpikir tentang kebahagiaan. Bahkan, jika kamu pergi ke neraka sekalipun, aku akan menarikmu kembali!" ujar Mo Xigu dengan suara yang terdengar begitu bengis, seakan ia sendiri baru kembali dari neraka.
Su Xiqin menatap Mo Xigu yang berada di hadapannya. Pria ini bagaikan sebuah ladang yang tandus dengan tumbuh-tumbuhan yang kering menjadi abu.
Tiba-tiba, Mo Xigu teringat sesuatu dan bertanya pada Su Xiqin, "Soal kerja sama ini, dengar-dengar kamu pergi ke hotel dan tinggal satu kamar dengan Bai Yanshen."
Imajinasi yang saat ini berada di pikiran Mo Xigu membuat Su Xiqin tertawa dingin. "Jika pergi ke hotel untuk membahas pekerjaan, memangnya kenapa?"
Jawaban Su Xiqin membuat Mo Xigu berpikir bahwa wanita itu memenangkan kerja sama ini dengan cara yang tidak semestinya. Ia pun berdiri dan menuding Su Xiqin. "Kamu ingin bercerai denganku dengan menukar kontrak yang menguntungkan dirimu sendiri? Apa kamu benar-benar ingin meninggalkanku, Su Xiqin?" kata Mo Xigu dengan mata yang menyala-nyala. Jika itu bukan tempat umum, mungkin Mo Xigu mungkin sudah mendorong Su Xiqin sampai roboh.
"Dalam pernikahan ini, kita sudah saling menjelekkan satu sama lain," kata Su Xiqin dengan acuh tak acuh sambil menatap Mo Xigu yang masih emosi.
Setelah waktu istirahat selesai, mereka kembali ke ruangan. Namun, Su Xiqin merasa tidak punya harapan sama sekali. Awalnya, ia berniat untuk bercerai. Namun, ia hanya bisa pasrah saat teringat Mo Xigu yang seperti itu sehingga ia tidak peduli lagi jika ia bisa memenangkan kerja sama ini atau tidak.
Pada akhirnya, Ji Qingyang mengumumkan bahwa yang berhasil memenangkan kerja sama ini adalah Perusahaan Mo. Tidak ada kebahagiaan yang terpancar di wajah Su Xiqin ketika mendengar pengumuman itu. Bahkan, ketika semua orang bertepuk tangan, tetap tidak ada senyum yang terbit di wajah Su Xiqin. Sementara itu, Bai Yanshen menatap lekat wajah Su Xiqin yang sama sekali tidak tersenyum dari kursinya.
Setelah keluar dari Zhuo Sheng, Su Xiqin berjalan di pinggir jalan dengan pandangan kosong seperti anak hilang yang tidak bisa menemukan jalan untuk pulang. Ketika sampai di lampu merah, tatapan Jiang Cunyu yang sedang mengemudi mobil Bai Yanshen jatuh kepada Su Xiqin. "Bukankah itu Nona Su yang tadi telah memenangkan kerja sama?" gumam Jiang Cunyu.
Bai Yanshen yang sedang memejamkan mata kemudian perlahan-lahan membuka mata dan melihat ke arah kaca spion. Ia melihat kerumunan orang yang buru-buru menyeberang zebra cross, sedangkan sosok Su Xiqin yang kurus hanya terdiam di trotoar dengan tatapan yang meredup. Saat lampu lalu lintas berubah menjadi hijau dan lalu lintas mulai kembali bergerak, Bai Yanshen memberitahu Jiang Cunyu untuk membiarkan Su Xiqin masuk ke mobilnya.
Jiang Cunyu sejenak terkejut dan melihat ke arah kursi belakang mobil, namun ia hanya melihat Bai Yanshen yang telah kembali memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya ke kursi. Tanpa pikir panjang, Jiang Cunyu segera memutar balik mobil dan berhenti di depan Su Xiqin. Jiang Cunyu menurunkan kaca jendela mobil, kemudian mengeluarkan kepalanya dan memanggil, "Nona Su..."
Su Xiqin masih tenggelam dalam pikirannya hingga tidak sadar bahwa ada mobil yang berhenti di dekatnya. Ia tertegun sejenak ketika melihat Jiang Cunyu dan segera mengingat-ingat siapa Jiang Cunyu itu. Setelah berpikir beberapa saat, barulah ia teringat bahwa orang yang memanggilnya adalah seseorang bermarga Jiang yang merupakan asisten Bai Yanshen yang ditemui di Zhuo Sheng.
"Halo..." Su Xiqin berusaha menjawab dengan sesopan mungkin, meskipun kini wajahnya tampak pucat.
"Nona Su, Presdir ingin memberi Anda tumpangan."
Setelah Su Xiqin mendengar bahwa Bai Yanshen yang menyuruhnya, ia langsung melihat ke kursi belakang mobil itu. Tapi, karena kaca mobilnya berwarna hitam, ia tidak bisa melihat Bai Yanshen. Su Xiqin kemudian menolak dengan sopan, "Terima kasih. Saya sedang menunggu seseorang."
"Nona, silakan segera masuk ke mobil. Jarang ada mobil yang mau berhenti di sini. Presdur kami memberi Anda tumpangan karena ada urusan dengan Anda," kata Jiang Cunyu. Ia melihat Su Xiqin seakan ia takut dengan Bai Yanshen dan tidak punya pilihan lain selain mendesak Su Xiqin.
Karena Jiang Cunyu menyebutkan soal urusan dan perusahaan mereka baru saja terikat kontrak kerja sama, Su Xiqin memutuskan untuk masuk ke dalam mobil Mo Xigu dan duduk menempel di dekat jendela. Tak lama kemudian, mobil itu bergerak pelan meninggalkan tempat itu. Jendela yang perlahan dinaikkan membuat suasana ramai bising di luar menjadi terputus dan tergantikan oleh suasana hening di dalam mobil yang membuat Su Xiqin merasa gelisah. Su Xiqin mulai merasa lega ketika melihat Bai Yanshen perlahan menutup matanya. Kalau tidak, mungkin ia tidak tahu harus berbuat apa.
Jiang Cunyu menyetir mobil sambil sesekali melihat mereka dari arah kaca mobil. Saat melihat Bai Yanshen yang sedang memejamkan mata, ia jadi menerka-nerka, Kenapa Bai Yanshen memberi tumpangan mobil pada Su Xiqin? Jiang Cunyu belum pernah melihat bosnya seperti itu. Menurutnya, ini benar-benar misterius. Ia pun mengira bahwa sepertinya Su Xiqin begitu takut dengan Bai Yanshen setelah melihat Su Xiqin duduk begitu dekat dengan jendela. Apa yang telah Bos lakukan padanya? batin Jiang Cunyu.
Su Xiqin yang duduk di belakang merasa terkejut saat menyadari bahwa tangannya basah karena keringat. Ia juga merasa seakan puluhan ribu jarum sedang terarah padanya dan siap menusuknya kapan saja. Setelah bertahan selama beberapa menit, akhirnya Su Xiqin menoleh menatap ke seseorang yang ada di sampingnya.
Bai Yanshen sedang memejamkan matanya dan mengatupkan bibirnya dengan erat. Rambutnya menggantung di dahinya dan auranya terlihat berbeda dari biasanya. Cahaya yang terpancar di matanya dan tatapannya yang mendalam membuat orang sulit menebak apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya. Su Xiqin menatapnya dengan perasaan takut bercampur malu. Tiba-tiba, keduanya saling memandang satu sama lain dengan tenang dan suasana mobil tersebut menjadi ambigu. Di saat seperti ini, Su Xiqin tidak tahu harus berbuat apa.
"Kamu takut aku akan memakanmu?" tanya Bai Yanshen yang tiba-tiba memecah keheningan. Namun, apa yang ia katakan membuat orang menjadi berpikir yang tidak-tidak.
Su Xiqin tertegun beberapa saat dan di detik berikutnya, barulah ia menyadari bahwa kata-kata tersebut bisa mengandung banyak arti. Momen saat ia hampir dicium oleh Bai Yanshen tiba-tiba terlintas di dalam pikirannya hingga membuat wajah pucatnya menjadi memerah. Su Xiqin segera merespons kata-kata tersebut, "Siapa yang takut?"
Tiba-tiba, Su Xiqin menyunggingkan senyuman yang begitu cantik dan diluar dugaan hingga membuat mulut Bai Yanshen sedikit terbuka. Selama beberapa saat, mereka terdiam dan tidak bereaksi apapun. Su Xiqin kemudian menyadari bahwa kata-katanya terdengar terlalu santai, sehingga ia pun berdeham dan segera meralat perkataannya, "Ehm… Maksud saya, itu karena Presdir Bai bukanlah binatang buas..."