Pagi ini, aku sengaja mengajak Manis berangkat pagi-pagi sekali ke Universitas. Sebab ada banyak hal yang ingin aku lakukan di sini, termasuk menunggu kedatangan Bima. Bertanya kepada dosen-dosenya, dan siapa pun itu asalkan bisa menjawab semua rasa penasaranku tentang keberadaan Rianti.
"Kangmas...," kata Manis, yang berhasil membuatku menoleh ke arahnya. "Nanti, aku akan berkunjung ke kelasnya, dan bertanya kepada kawan-kawannya, barangkali kawan-kawannya tahu di mana Bima sekarang."
"Tapi, Ndhuk, kamu tahu kawan-kawan Bima, toh? Mereka itu adalah tipikal pemuda yang benar-benar sangat beringas. Aku ndhak mau kalau sampai kamu menjadi bahan goda-godaan hanya karena bertanya di mana gerangan pemuda ndhak tahu tanggung jawab itu berada."
"Kangmas," Manis kemudian menarik tanganku, diajaknya untuk berjalan menuju ruang kelasnya. "Bima adalah pemuda yang bertanggung jawab, terlepas dari bagaimana pandangan Kangmas terhadapnya."