"Kenapa Suwoto agaknya lama sekali. Apakah benar jika dia akan baik-baik saja?" tanyaku kepada Ucup. Ucup yang saat itu, wajahnya sudah pucat pasi karena takut pun hanya menggeleng lemas. Tubuhnya gemetaran hebat, dan keringat dingin keluar dari celah-celah pori-porinya. Jujur, ekspresi Ucup saat ini benar-benar penghibur di saat hatiku ingin meledak karena memikirkan Manis.
"Juragan mau ke mana?!" tanya Ucup, setengah histeris. Tatkala dia melihat aku berdiri, dan hendak masuk ke dalam gedung kosong itu. Tangan dingin dan gemetarnya menggenggam lenganku semampunya, dan aku yakin, sebentar lagi, pemuda satu ini pasti akan kencing di celana.
"Kamu kembalilah ke mobil. Tunggu dua puluh menit. Kalau aku dan Suwoto tidak keluar pada waktu itu. Segera lapor polisi."