Kuembuskan napasku dalam-dalam, sembari duduk di teras sembari menikmati rintikan hujan. Kuambil sebatang rokok yang baru saja kubeli, kemudian kunyalakan sembari kunikmati setiap nikotinnya. Rasanya, sudah sangat lama aku ndhak menikmati ketenangan seperti ini, rasanya sudah sangat lama aku ndhak merasa sebutuh ini dengan benda kecil ini. Lagi, kuhisep kretekku kemudian kubuang putungnya. Entah kenapa, hidup di kota dan jauh dari orangtua tiba-tiba menjadi semenyebalkan ini. Terlebih, dengan adanya perempuan bernama Hasnah itu.
Kupikir, hubunganku dengan Manis ndhak akan ada satu perkara yang memisahkan. Tapi rupanya, kerikil kecil yang tajam itu adalah karena Hasnah. Kawan dekat istriku sendiri. Bukan perkara pemuda lain atau karena apa pun.
Rasanya, baru kemarin aku dan Manis bermesraan. Ah, bukan... bukan, melainkan baru sebelum dia berangkat kuliah tadi. Dan tiba-tiba suasana menjadi secanggung ini.