"Aku ini hanya ke rumah Simbah, kok ya yang mengantar banyak sekali, toh, Kangmas," kata Rianti. Sembari menggerutu, sesekali dia menoleh ke arah belakang, dia pun cemberut.
Bagaimana endhak, toh. Dia hanya pindah tidur di rumah Simbah yang jaraknya hanya lima menit jalan saja, ada Romo, Biung, abdi dalem yang membawa barang-barang Rianti. Manis yang kini merengkuh lenganku, aku, dan tentu saja Rianti yang berada di samping kiriku. Benar-benar seperti iring-iringan pengantin. Ndhak jauh berbeda.
"Ya bagaimana lagi, anak perempuan satu-satunya, anak emas. Pasti mereka khawatir, toh," kata Manis, setengah mengolok-olok Rianti.