Semenjak sore, aku, Paklik Sobirin, dan Paklik Junet membawa beberapa barang-barang keperluan Rianti. Bahkan sekarang, aku menghela napas panjang sembari mendengus, metelakkan tas besar yang aku ndhak tahu isinya apa. Kata Rianti, ini ndhak boleh dibuka. Terlebih oleh pemuda yang ndhak tahu diri sepertiku.
Lihatlah beberapa barang yang ada di pelataran ini. Kalau ini sih aku menyebutnya bukan pergi ke rumah Simbah Romelah untuk pindah tidur. Tapi, mau pindah rumah. Bagaimana bisa Rianti menyuruh bawa seranjang-ranjangnya, selemari-lemarinya, beserta semeja riasnya juga. Memangnya dia akan menetap di sana atau bagaimana? Dasar adik perempuanku satu itu memang kadang benar-benar keterlaluan!