Malam ini agaknya perasaanku campur aduk luar biasa. Namun terlepas dari itu semua adalah, rasa bahagia yang ndhak terkira. Bagaimana aku ndhak bahagia, toh, jika keluarga kecilku bisa berkumpul secara lengkap seperti ini, di sini. Di kamarku, terlebih saat ini mereka tengah ada di kamarku.
Aku kembali tersenyum melihat ini semua, tatkala Ningrum tidur di antaraku, dan Manis. Dia sudah terlelap, memeluk erat Manis seolah-olah takut jika barangkali Manis akan pergi. Sementara aku, memeluk mereka berdua, dalam diam, dan dengan mata yang sulit untuk terpejam.
Kuperhatikan tubuh Ningrum yang tampak memar-memar, tapi sudah kuoles dengan salep pemberian dari mantri tadi. Aku yakin, sebentar lagi luka-luka itu akan sembuh dengan lebih cepat. Kemudian, aku mengelus lengan Manis yang agaknya bergeliat gelisah. Ndhak sadar, lengan bajunya tersingkap ke atas. Mataku terpaku, pada sebuah memar yang sangat jelas di sana.
Manis, kenapa?