App herunterladen
10% My Husband from My First Love / Chapter 21: revisi

Kapitel 21: revisi

jangan dibuka.

story ini aku hentikan, karena udah di plagiat 3 aplikasi. Aku putuskan untuk menghentikan nya.

terima kasih yang sudah membaca. jangan maki-maki aku dan salahkan aku.

karena ini semua salah plagiat yang udah mencuri story' ini. Mohon pengertiannya karena author juga sangat kecewa. bukan hanya kalian saja.

terima kasih atas pengertiannya. terima kasih.

Arnold yang masih berdiri sendiri pun langsung berteriak memanggil Aksan dan Sinta yang hendak masuk ke dalam mobil.

"Hai Aks, tunggu dulu!" Panggil Arnold sambil mengulurkan tangannya.

Aksan menoleh dan melihat langsung kearah Arnold.

"Ada apa lagi?" Tanya Aksan.

Mendengar ucapan Aksan. Arnold langsung mendesah pelan dan menjawab, "Kenapa kamu bertanya lagi padaku. Hei Aksan. Kamu masih muda tapi kenapa kamu menjadi pikun seperti itu?" Ucap Arnold. Dia langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali.

Aksan terdiam sejenak dan tidak lama kemudian dia pun langsung tertawa saat itu juga.

"Oh, hahahaha … aku minta maaf Ar, aku terlalu senang jadi aku melupakan masalah itu," ucap Aksan. Dia tertawa seperti orang bodoh sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya dia tidak merasa gatal sama sekali dan Aksan pun melanjutkan ucapannya, "Jadi, bagaimana? Apakah aku harus ikut dengan kamu ke kantor polisi?" Tanya Aksan. Dia mendadak menjadi pria bodoh yang tidak bisa berpikir sendiri.

Arnold menghela nafas panjang dan menatap kearah Sinta.

"Kamu terlalu fokus dengan wanita cantik ini, sampai kamu melupakan segalanya. Oh Tuhan, Aks kamu masih temanku yang dahulu kan? Tidak berubah kan?" Tanya Arnold, dia terus menatap wajah Sinta yang cantik yang membuatnya merasakan ada getaran lain didalam hatinya. Namun dia langsung mengusirnya karena Sinta adalah istri orang lain.

"Sial! Jaga mata kamu Arnold. Dia istri orang lain. Dia memang cantik tapi … sudahlah! Ingat jangan memiliki perasaan apapun lagi padanya," gumam Arnold didalam hatinya. Dia langsung mengalihkan pandangannya kearah Aksan lagi.

Aksan tersenyum dan dia pun menjawab, "Aku masih teman kamu yang dahulu. Sudahlah, ayo kita pergi ke kantor kamu. Aku juga merasa sangat penasaran dengan dalang dibalik semua ini, mengapa dia begitu kejam hingga mengirim orang-orang semacam itu untuk mengejar kamu," ucap Aksan. Dia merasa jika orang dibalik semua ini tidak lah sesederhana yang dia pikirkan.

Dalam pikiran Aksan saat ini, jika orang ini adalah orang yang sangat kejam dan memiliki banyak kekuasaan yang setara dengannya.

Aksan pun terdiam sejenak dan berpikir tentang siapa musuh yang sedang mengincarnya. Namun, dia langsung tersentak karena Sinta menepuk pelan bahunya saat itu juga.

"Kakak, kenapa?" Tanya Sinta. dia merasa aneh dengan Aksan yang tiba-tiba terdiam.

Aksan tidak mau membuat Sinta merasa khawatir. Dia pun langsung kembali ke ekspresi biasanya dan dia pun tersenyum kearah Sinta. Aksan bersikap biasa saja dan berpura-pura tidak memikirkan masalah itu.

Aksan pun melihat kearah Sinta dan melanjutkan ucapannya lagi, "Sinta. Sepertinya kita tidak bisa kesana dulu. Kamu tidak apa-apa kan? Kakak mohon agar kamu tidak marah kepada kakakmu ini," ucap Aksan. Dia tersenyum kearah Sinta dan Sinta membalas senyuman Aksan saat itu juga.

"Kakak tidak perlu meminta maaf dan aku juga ..., aku juga tidak mungkin bisa marah kepada kakak. Karena kakak sudah melindungi aku dari para penjahat itu, jadi aku mohon, agar kakak tidak merasa bersalah seperti itu," ucap Sinta, dia tersenyum dan dia pun langsung menggenggam erat tangan Aksan.

"Jadi, bisakah kita pergi sekarang?" Tanya Sinta dan dia pun menarik tangan Aksan saat itu juga. Sinta mengajak Aksan untuk segera masuk ke dalam mobil.

Aksan tersenyum dan langsung menganggukkan kepalanya, dia tidak menolak sama sekali.

"Baiklah, ayo kita pergi sekarang juga. Terima kasih ya Sinta! Terima kasih karena sudah mau menyayangi kakak kamu yang lemah ini," ucap Aksan.

Sinta menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepadanya.

"Tentu saja, kakak adalah salah satu orang yang paling dekat dengan aku. Setelah Mas Daffin dan juga Kakek Wijaya. Jadi, mulai saat ini. Kakak juga harus menyayangi diri kakak sendiri. Kakak mau kan berjanji padaku, kalau kakak harus semakin bersemangat dalam menjalani kehidupan ini dan juga kakak juga harus yakin jika kakak pasti akan sembuh?" Ucap Sinta. Dia melepaskan genggamannya dan tiba-tiba Sinta mengulurkan tangannya lagi dan menunjukkan jari Kelingkingnya.

"Nah, kakak harus berjanji. Kalau kakak harus lebih bersemangat lagi untuk sembuh. Sini jari kelingking kakak ada dimana?" Ucap Sinta. Dia menarik tangan Aksan dan menyatukan dua jari kelingkingnya.

Aksan tertawa dan dia mengingat janji itu pernah dia lakukan saat mereka masih kecil.

"Hahahahaha … baiklah, kakak berjanji akan jauh lebih bersemangat lagi untuk sembuh dan tentunya kakak juga harus sembuh dari penyakit ini demi kamu Sinta, adiknya kakak yang paling manis dan juga paling cantik ini," ucap Aksan. Dia tertawa dan setelah itu mereka pun saling melepaskan kelingking yang tadi sempat menyatu.

Arnold hanya menggelengkan kepalanya saat melihat itu semua. Dia melihat sisi lain dari temannya, sisi lain seorang Aksan yang begitu menyayangi adik angkatnya dan terlihat olehnya jika Aksan benar-benar tulus menyayangi Sinta sebagai adiknya bukan ada motif yang lain.

Arnold pun mendesah pelan dan dia pun mengusap dahinya yang sudah basah oleh keringat. Karena saat ini sudah masuk waktu tengah hari. Sehingga panasnya dari terik matahari siang itu sangatlah terasa sangat membakar tubuhnya.

"Huft … baiklah, ayo kita pergi sekarang juga! Lalu untuk kamu Aksan. Aku tidak menyangka jika pria binal semacam kamu bisa memiliki kasih sayang yang besar untuk adik kamu, hahahaha … baiklah, aku masuk ke mobilku dulu, kalian bisa mengikutiku dari belakang," ucap Arnold, dia pergi sambil melambaikan tangannya bersama dengan tawanya yang membuat Aksan merasa aneh.

"Sinta, apakah dia sudah mulai gila? Ataukah kakak yang sedang berhalusinasi?" Tanya Aksan. Dia menggosok matanya berkali-kali dan meyakinkan dirinya jika dia tidak sedang salah dalam penglihatannya.

Sinta tertawa dan menepuk bahu Aksan.

"Kakak tidak salah melihat, ayolah kita pergi dari sini. Mobil pak Arnold sudah pergi terlebih dahulu kak dan kita harus segera mengikutinya," ucap Sinta. Dia pun berlari dan masuk terlebih dahulu ke dalam mobilnya Aksan.

Aksan tertawa dan dia pun mengikuti Sinta masuk ke dalam mobil.

Setelah semuanya masuk ke dalam mobil.

Mereka pun pergi meninggalkan tempat itu menuju kantor polisi untuk menemui para penjahat itu.

***

Di tempat lain.

Di dalam kapal pesiar.

Daffin yang baru saja masuk ke dalam kamarnya dan disana ada tiga pria lainnya yang duduk bersama dirinya.

Daffin merasakan perasaan tidak nyaman di dalam hatinya.

Terasa sakit namun bingung apa yang dia rasakan. Mungkin itu semacam firasat buruk yang sudah datang menghantui hatinya.

"Sayang, apa yang terjadi dengan kamu? Kenapa tiba-tiba hatiku terasa sesak," gumam Daffin sambil menyentuh dadanya. Perasaan Daffin benar-benar merasa sangat tidak nyaman. Dia merasa semakin gelisah karena dia takut jika ada orang lain yang memanfaatkan kesempatan ini. Kesempatan dimana dirinya sedang tidak ada disisinya.

Di sudut lain, Nick yang sedang duduk didekat Daffin, Dia terus menatap Daffin yang sejak tadi diam dan terlihat dari raut wajahnya, Daffin terlihat jika dia sedang mengkhawatirkan sesuatu dan Nick tahu jika Daffin pasti sedang memikirkan Sinta.

"Daff, kamu kenapa? Apakah kamu sedang tidak sehat?" Tanya Nick. Dia merasa sangat penasaran.

Daffin langsung tersentak dan dia pun tersenyum dengan kaku.

"Oh, aku tidak apa-apa. Hanya merasa jika aku sedang menkhawatirkannya saja. Apalagi aku saat ini sedang meninggalkannya disana," ucap Daffin. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.

Nick tersenyum dan dia mulai mengejek Daffin lagi.

"Ciihh … baru beberapa jam saja, kamu sudah seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Kamu tidak perlu merasa khawatir. Sinta pasti baik-baik saja. Bukankah dia tidak masuk kerja hari ini. Jadi dia tidak mungkin keluar rumah, akan lebih aman jika dia ada di rumah, ya kan Daff?!" Ucap Nick, dia tertawa sendiri.

Mendengar itu, Daffin langsung bangun dari tempat duduknya dengan tiba-tiba.

"Sial! Aku lupa. Hari ini Sinta mau bertemu dengan Aksan. Pasti dia … dia, dia ...," Daffin menghentikan ucapannya dan segera mencari ponselnya.

"Oh shitt! Dimana kamu berada? Aku tadi menaruhnya disini?" umpat Daffin, dia terus mencari ponselnya yang dia ingat jika dia menaruhnya didalam saku celananya. Tapi dia tidak menemukannya.

Daffin langsung bangun dan mencarinya didalam tas miliknya. Dia terlihat sibuk dan menganggap jika ponselnya saat ini adalah benda paling berharga yang paling dia miliki. Menurutnya jauh lebih berharga dari emas dan berlian. Karena Sinta jauh lebih berharga dari itu semua dan tak ada tandingannya Didalam hatinya saat ini.

Nick, Arya dan Marco yang sejak tadi hanya duduk diam disana, hanya bisa mendesah pelan dan tidak berani bicara apapun. Mereka pun saling memandang satu sama lainnya dan hanya bertanya dengan menggunakan kode mata satu sama lainnya. Mereka tidak bisa mengatakan apapun karena Daffin memang sudah terkena virus cinta yang sudah sangat akut dan juga, mereka juga tidak mau bicara sembarangan karena bisa jadi, mereka akan mendapatkan semburan dari api kekesalan Daffin yang sibuk mencari ponselnya.

Nick hanya menggelengkan kepalanya dan dia pun ikut bangun dari tempat duduknya.

"Daff, aku pergi keluar dulu sebentar. Ingat! Jika kalian ingin pergi, tunggu aku. Aku hanya pergi sebentar saja," ucap Nick. Dia tersenyum dan langsung pergi meninggalkan ruangan itu.

Daffin yang sibuk mencari ponselnya sejak tadi dan hatinya sudah diliputi api amarah pun akhirnya dia bisa menemukannya. Dia tidak menyadari jika dia sendiri yang melempar ponselnya ke atas tempat tidur saat dia baru saja masuk ke dalam kamar itu.

"Oh Tuhan, akhirnya aku bisa menemukan kamu, terima kasih ya Tuhan. aku bisa menemukan ponselku ini," ucap Daffin. dia mencium ponselnya dan tersenyum gembira.

Dia langsung menoleh saat mendengar Nick yang sudah meminta izin padanya untuk pergi dari kamar itu.

Sambil menggenggam ponselnya. Daffin menjawab ucapan Nick,

"Baiklah, kamu jangan terlalu lama. Aku tahu kalau diluar sana pasti banyak wanita cantik dan seksi. Jaga mata kamu Nick!" Teriak Daffin, dia mengejek Nick dan Nick hanya tertawa saja saat mendengar Daffin mengejeknya seperti itu.

author note:

story ini hanya ada di Webnovel.

jika menemukan story' ini diluar webnovel. berarti aplikasi itu plagiat.

saya sumpahi, orang yang memplagiat story' saya, masuk neraka.

terima kasih


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C21
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen