Nggak apa-apa, Mas. Aku cuma kangen, habisnya Mas Arkan nggak nelphon seharian. Santika juga kangen loh, sama Ayahnya."
"Iya, tapi kan, urusanku belum selesai di sini."
"Mas Arkan nginap di mana?"
"Di Hotel Pelita memangnya kenapa?"
"Nggak papa, cuma nanya aja."
"Ya sudah, ya. Aku masih ada ususan yang belum selesai. Assalammualaikum."
"Waalaikum salam," jawabku walau sambungan telphon telah terputus.
Aku menghela napas dalam membuang sesak di dada. Satu bulan terakhir ini, mas Arkan sering kali terburu-buru jika kutelphon. Berbeda sekali saat aku hamil Juna, dia sangat antusias dan tak ingin jauh dariku. Atau jangan jangan, ini hanya perasaanku saja karena sedang hamil muda. Bukankah setiap kehamilan bawaannya berbeda-beda? Apa kehamilanku kali ini membuatku lebih sensitif? Entahlah. Tapi yang jelas, dadaku terasa sesak, tenggorokanku perih. Ada rasa pilu yang sulit kuungkapkan. Ada rasa cemas yang membuat hatiku kian tersiksa.