Jika usianya sudah cukup, aku akan mengajaknya kesana. Tapi tidak dalam waktu dekat ini."
"Papamu tahu mengenai kepergianmu?"
Susan mengangkat bahu.
"Seperti biasa, dia hanya tahu aku bekerja. Memonitor salah satu perusahaan papa. Kebetulan besok aku akan bertemu dengan orang yang akan mendesain mall di sana."
Arkan berdecak.
"Sepertinya aku cukup beruntung, menjadi suamimu. Hartamu bahkan tak akan habis tujuh turunan," seloroh Arkan.
"Takut kau lupa, putri kita hanya satu, Arkan."
"Semoga Maura kelak bisa memiliki anak banyak, untuk menghabiskan harta papaku," kekeh Susan.
Ucapan Susan, membuat Arkan jadi terdiam. Pernikahan mereka memang sempurna, kecuali satu. Memberikan adik untuk Maura. Hal itu tak akan pernah terjadi.
Hening sejenak. Mereka sama-sama terdiam. Hingga Arkan berdiri.
"Oke kalau gitu, aku ke ruang kerjaku dulu. Besok aku antar ke Bandara, setelah kita antar Maura berangkat ke Sekolah."