Safitri tidak bisa tidur. Kejadian sore tadi masih terbayang di benaknya. Pesan masuk di ponselnya sudah sangat banyak, dari tiga sahabatnya, dan dari Jaemin juga. Tapi tak ada satupun yang dibalasnya.
Perut Safitri berbunyi. Safitri memang belum makan malam.
Ditengoknya jam di dinding kamarnya. Pukul 01.00. Safitri turun dari lantai atas. Ia ingin mengambil makanan di dapur.
Dari dapur tercium aroma nasi goreng, yang membuat perutnya makin bernyanyi.
"Bik kok.... " Safitri terpaku di depan pintu dapur. Setelah melihat, kalau bukan Bibik yang berdiri dengan celemek menggantung di leher, dan penggorengan berisi nasi goreng di depannya.
"Lapar?" Tanya Fahri.
Kriyuk ... kriyuuk
Perut Safitri yang menjawab, membuat pipinya merona.
"Duduklah!" Perintah Fahri. Safitri duduk di kursi dapur.
Fahri membagi jadi dua piring, nasi goreng yang dimasaknya.
Kemudian mengambil telur dari dalam kulkas.
"Dadar atau mata sapi?"
"Dadar," jawab Safitri singkat.